Share

2. Kenyataan Pahit

******

Bel pulang sekolah berbunyi, Guru yang mengajar di kelas Manda pun baru saja keluar. Ia segera mengemasi barang barang miliknya.

"Man, pulang bareng gue aja gimana? Daripada lo nunggu abang taksi," tanya Luna yang masih menyalin materi yang disampaikan guru tadi disampingnya. 

"Lain kali aja, ya, Lun. Gue ada rapat OSIS hari ini, Bye," jawab Manda lalu berlari keluar kelas.

"Yah, gue ditinggal sendirian," gumam Luna, sambil melihat ke-sekeliling kelas yang sudah sunyi. 

"Mana udah sepi banget, lagi," Ia menyelesaikan tulisannya lalu memasukan barang barang nya dengan sedikit terburu buru. Kalau kalian berfikiran kalau Luna ini penakut, jawabannya iya. Saat ia  berbalik dia terkejut karena ada seseorang didepannya. 

"Astaghfirullah," ucapnya sambil memegangi dadanya. 

"Eh, sorry sorry. Ngagetin ya? Hehe," itu Gema. 

"Eh, Gema. Nggak apa apa kok. Oh, ya ada apa lo kesini?" 

"Temen lo mana lun?", tanya Gema.

"Manda?" Gema menganggukkan kepalanya cepat. 

"Oh, tadi dia ke ruang OSIS. Ada rapat sih katanya."

"Oh"

"Kok lo tiba tiba nanyain Manda, Kenapa ya?"

"Ehm.. Ada perlu. Thanks, ya, Lun gue pergi dulu, Bye," ujarnya lalu meninggalkan Luna sendiri di kelas tersebut. 

Luna hanya memandangi arah perginya Gema. "Ih, ditinggal mulu gue," kesalnya. 

*****

Ditempat lain, Manda sedang memimpin rapat bersama anggota OSIS terkait Pensi tahun ini, yang akan diselenggarakan sebelum wisuda kelas dua belas.

"Tadi, saya di suruh pak Arya buat menginformasikan, kalau tahun ini OSIS harus buat pertunjukan di Pensi, yang menghandle nanti diatur sama beliau," ujar Manda selaku Ketua OSIS. Sesama anggota OSIS selalu ditekankan untuk berbicara secara formal, jika tidak mematuhi aturan maka akan dikenakan sanksi. Tapi aturan tersebut hanya berlaku di area sekolah saja, untuk diluar area sekolah tidak masalah. 

"Kalo menurut saya,untuk pembukaan nampilin grup dance saja bagaimana?"

"Saya setuju. Nanti untuk penutupan acaranya anggota OSIS yang tampil, " ujar Gara. Wakil Ketua OSIS. 

"Tapi, kita mau menampilkan apa?" tanya Manda bingung dengan usulan Gara. 

"Bagaimana kalau duet? Di sekolah kita yang kurang hanya ekskul band, kan? Suara Kamu juga bagus, Man. Sekali kali, kan? OSIS menampilkan sesuatu bukan cuma menyiapkan saja. Nanti anggota lain ngiringin sambil ngedance atau apapun terserah."

"Setuju Kak. Nanti kak Manda duetnya sama kak Gara saja," usul salah satu anggota kelas sepuluh. 

"Iya, ide yang bagus. Biar Pensi kali ini terlihat beda dari yang sebelumnya. Kamu setuju?" Ujar Farrel menatap Manda. 

"Tapi,kalian yakin hasilnya akan sesuai, Kalau yang nyanyi saya?" Manda menatap ragu para anggota yang saat ini menatapnya penuh harap. 

"Sekali ini saja Man, tunjukin diri kamu didepan publik. Ini demi OSIS juga, kok, kita semua berharap sama kamu banget kali  ini," harap Farrel. Farrel ini memang teman dekatnya Devan, dia sudah kenal dekat dengan Manda dari SMP. Oleh karena itu dia berani berkata seperti itu. Kalau orang lain mungkin tidak akan berani. 

"Ya, sudah, saya setuju. Saya akan usahakan yang terbaik untuk Pensi kali ini," finalnya. 

"Sudah setuju semua kan?" tanya Gara. Semua yang ada disitu pun mengangguk menyetujui. 

"Oke, kita akhiri rapat hari ini. Untuk tugas setiap Devisi jangan lupa, siapkan mulai besok biar nanti pas hari-H tidak terburu - buru. Silahkan pulang ke rumah masing masing," lanjut Gara. Lalu para anggota mulai keluar dari ruang OSIS untuk pulang. 

Manda memakai tasnya ke punggung, berniat untuk pulang. 

"Man," ia menghentikan langkahnya lalu menengok kebelakang mendapati Gara di sana. 

"Kapan mau mulai latihan?" 

"Nanti saya kabarin," jawabnya. 

"Oh, oke."

Manda lalu melanjutkan langkahnya keluar ruangan tersebut. Saat ini Jam menunjukan pukul empat sore. Ia berjalan menyusuri koridor yang sepi sendiri, hingga ada kaki jenjang seseorang yang menyamai langkahnya. 

"Sendiri aja neng?"

Manda mengalihkan pandangan nya kearah orang disampingnya, "Ngapain lo?"

"Mau nemanin kamu."

Manda tersenyum, itu Gara. Sejak satu tahun yang lalu Manda dan Gara menjalin hubungan, tapi secara diam - diam. Bahkan Luna pun tidak Manda biarkan tahu. Tidak ada seorang pun di sekolah ini tahu jika Manda dan Gara mempunyai hubungan spesial. Karena hubungan mereka terhalang aturan, sesama anggota OSIS tidak boleh ada yang mempunyai hubungan karena ditakutkan akan mengganggu kefokusan pada organisasi atau biasanya akan menyangkut kan masalah pribadi dengan organisasi. Jadi, didepan orang - orang dan anggota OSIS mereka akan bersikap seperti partner ketua dan wakil saja. 

"Ngapain nungguin gue?"

"Hei, nggak boleh bicara informal,ya. Ini masih di sekolah,loh."

Refleks ia menghentikan langkahnya, begitupun dengan cowok itu. Lalu terkekeh pelan. "Iya iya, siap pak waketos."

"Kok ngeledek gitu?" Mereka melanjutkan langkahnya. 

"Nggak,kamunya aja yang baperan, " ucap Manda. 

"Haha, bisa aja. " Gara menyentil pelan dari cewek itu.

"Keluar yuk," ucap Gara menghadap Manda. 

"Kemana?"

"Ikut aja, " jawabnya lalu menarik pelan tangan Manda kearah parkiran. 

Ditempat yang tak jauh dari mereka berdiri, seseorang murid laki - laki menatap mereka dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. Dia orang yang sebelumnya berpikir akan menghampiri Manda tadi, tapi dia urungkan melihat kenyataan yang begitu pahit didepan matanya. 

"Kenapa selalu dia yang dapat hal yang gue ingin?" tanyanya pada dirinya sendiri. 

"Harusnya gue nggak disini, anjir." Dia berbalik pergi dari sana, menelan bulat - bulat rasa kecewa yang dirasakannya. 

*****

Gara ternyata membawanya ke perpustakaan kota. Biasanya mereka kesini untuk sekedar mengerjakan tugas atau membaca buku disana. Kamu tau? Mempunyai pacar yang sama-sama mementingkan pendidikan seperti kita itu bagaikan menemukan berlian diantara ribuan kerikil. Sangat sulit untuk menemukan kekasih yang mempunyai hobi sama seperti kita. Mereka berjalan menyusuri jejeran rak penuh buku yang menjulang tinggi. 

"Mau ngapain kesini? " tanya Manda kepada Gara. 

Gara yang semula sedang memilih buku komik menoleh kearah Manda. "Ya, mau baca buku dong, sayang," ucapnya seraya terkekeh geli. 

"Maksudnya, mau ngerjain tugas atau apa gitu,loh, Gara, " ujar Manda sambil memandang sinis lelaki disampingnya itu. 

"Susah, ya bikin kamu salting?"

"Kamu aja yang nggak jago, " ucapnya lalu berlalu menuju kearah rak yang berisi khusus novel remaja. 

"Apa, sih, bagusnya buku tanpa gambar?" tanya Gara yang sudah berada disamping Manda. 

"Bagusnya, karena kita bisa berimajinasi sendiri gimana gambaran wajah dan bentuk tokoh yang ada dibuku tanpa gambaran orang lain. Bagi aku itu memuaskan  banget," jelas Manda. 

"Tapi, kan lebih bagusan yang ada gambarnya?"

"Kalo ada gambarnya dibuku langsung, itu ngerusak imajinasi, dong, namanya,dan mungkin aku nggak bakalan suka."

"Kalau aku suka nggak?" tanya Gara menggoda. 

Manda tak menghiraukannya, lalu beranjak kearah pustakawan untuk meminjam buku. 

"Pinjam buku aja,yuk. Kita makan eskrim didepan," ajaknya kepada Gara.

"Tumbenan, biasanya nggak pernah mau," ucap Gara jengkel sendiri. 

"Haha, mukanya lucu banget."

"Jadi mau apa nggak nih? " tanya Manda lagi. 

"Mau, lah. Kesempatan langka mana mungkin aku sia - siain, " ujar Gara lalu menarik Manda keluar perpustakaan setelah meminjam buku, menuju penjual eskrim yang berada di taman depan perpustakaan. 

"Kamu duduk disana aja, biar aku yang pesanin, " ucap Gara,seraya menunjuk bangku taman bewarna putih yang berada dibawah pohon.

Manda pun mengangguk lalu melangkah menuju bangku tersebut. Dari sana dia bisa melihat pemandangan banyak anak anak kecil—mungkin sekitar lima tahunan yang sedang bermain bersama di taman tersebut.

Entah kenapa,hal itu mengingatkan Manda kepada seseorang yang dahulu menghiasi masa kecilnya, seorang anak laki-laki yang selalu mengulurkan tangannya kearah Manda ketika dia berada didalam jurang kesedihan terdalam.

Setiap suara yang keluar dari bibirnya, tidak pernah sekalipun membuat orang sedih, kata katanya selalu membuat pendengarnya tenang, seperti namanya. Sampai sekarang, Manda tak pernah lagi melihat orang yang mempunyai tatapan tulus itu lagi.

"Kok ngelamun? Mikirin apa?"

Manda mengalihkan tatapannya kearah laki laki yang sudah duduk di sampingnya, yang memberinya eskrim rasa coklat kesukaan Manda. Ia pun menerimanya. 

"Nggak apa - apa." Gara hanya mengangguk anggukan kepalanya mengerti. 

"Disini banyak juga, ya, anak anak yang masih bermain diluar rumah."

"Iya, biasanya yang seumuran sama mereka, sekarang udah main gadget dirumah. Nggak mau keluar. "

"Ya, bagus lah, harusnya seumuran mereka kan memang harus sesekali keluar rumah. Banyak banget hal hal yang perlu mereka kenali di dunia luar." Gara menatap anak anak yang berlarian kesana kemari tersebut dengan pandangan ingin merasakan kembali masa kecilnya. 

Manda memandang laki - laki disampingnya, dia tidak tahu apakah alasan dia tertarik dengan Gara karena murni tertarik atau karena hal lain. Pasalnya, kesan pertama yang Manda simpulkan saat mengenal Gara adalah Gara sangat mirip dengan dia—teman kecilnya yang selalu ia rindukan hingga sekarang. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status