Malam harinya, Ansen meminta uang sebanyak 3 juta hep kepada Anaya. Tanpa pikir panjang, Anaya langsung segera memberikan uang itu.
Hal ini jugalah yang semakin membuat dahi Ansen berkerut, Anaya tidak pernah menolak apabila Ansen meminta uang. Anaya akan selalu memberikannya dengan cepat.Setelah itu Ansen segera pergi menuju ke Kasino Mawar. Itu adalah Kasino terbesar di Kota Danzou. Kasino Mawar itu dimiliki oleh Wujin, Ketua Mafia Mawar Hitam. Itu adalah kelompok kriminal terbesar di kota itu.Sesampainya disana Ansen langsung pergi bermain di meja kecil. Ansen ternyata sangat pintar dalam bermain judi, hanya sebentar saja uang Ansen sudah bertambah berkali-kali lipat.Setelah itu Ansen berpindah bermain di meja besar, namun sial bagi Ansen. Dia selalu menelan kekalahan dan akhirnya semua uangnya habis. Ansen lalu pergi ke meja kasir, disana Ansen mencoba meminjam uang sejumlah 100 juta hep.Kasir itu sangat terkejut mendengar permintaan Ansen, itu adalah jumlah uang yang sangat besar. Kasir segera menghubungi Tuan Wujin. Tak lama kemudian Wujin datang bersama beberapa anak buahnya. Wujin penasaran siapa yang berani meminjam uang sebanyak itu?Begitu melihat Ansen, air muka Wujin berubah menjadi sangat senang. Wujin telah lama sangat menginginkan Anaya, Ini adalah peluang baik baginya untuk mewujudkan impiannya.Wujin segera menyuruh Erlang, tangan kanannya untuk mempersiapkan sebuah surat perjanjian. Setelah itu mereka berdua menuliskan namanya dan membubuhkan tanda tangan masing-masing. Setelah itu Wujin langsung menyerahkan uang sebanyak yang Ansen pinjam.Hanya dalam waktu yang tidak lama Ansen sudah kehabisan uangnya lagi, Ansen lalu mencoba meminjam uang kembali kepada Wujin. Wujin dengan senang hati memberikannya, namun Wujin tetap melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.Pada akhirnya Ansen sudah berhutang sampai sebanyak 300 juta hep. Ansen juga gagal meraih kemenangan sekalipun, Ansen kalah total di meja judi. Uang sebanyak itu semuanya langsung habis. Namun anehnya Ansen justru terlihat sangat senang, tidak ada sedikitpun kesedihan di mukanya.Ansen lalu pulang ke rumah dengan gembira, Ansen yakin kali ini rencananya akan berhasil, Anaya pasti akan segera menceraikan dirinya. Saat akan menuju kamar tidur, Ansen melihat semua orang sedang berkumpul di meja makan. Mereka semua sedang makan dengan lahap.Melihat itu Ansen segera bergabung dengan mereka, Anaya mempersilahkan Ansen duduk dan menyiapkan makanan untuknya. Semua orang menatap Ansen sangat murka, wajah mereka semua sudah seperti singa yang ingin menerkam Ansen."Buat apa bajingan ini duduk bersama kita!" Rico berkata dengan sangat jengkel.Sebelum Anaya berbicara membela Ansen, Ansen segera bangkit dari kursinya lalu pergi ke kamar tidur. Ansen berkata membentak Anaya, "Hey, Aku tidak selera makan disini. Segera bawa makananku ke dalam kamar, Aku menunggumu!"Mendengar itu spontan wajah semua orang disitu langsung merah membara, mereka semua menatap Ansen dengan tatapan yang kejam. Rico bahkan sudah melihat pisau makan di tangannya, namun segera tatapan kakaknya Anaya membuat Rico hanya bisa menahan emosinya.Anaya cepat-cepat menyediakan sepiring nasi bersama lauk pauknya. Lalu Anaya pergi ke kamar tidurnya mengantar makanan itu untuk Ansen.Keesokan harinya saat mereka sedang sarapan datang seorang pria berpenampilan sangat rapi kerumah Anaya. Pria itu bernama Sudiro, Dia adalah pewaris tunggal sekaligus CEO dari Firma Group. Salah satu group bisnis besar dan memiliki beberapa perusahaan hebat di kota Danzou."Halo semuanya, Maaf mengganggu sarapan paginya. Aku hanya tidak dapat menahan rasa rinduku kepada Anaya. Ini aku bawakan seikat bunga yang paling cantik hanya buat Anaya seorang!" Sudiro berkata dengan sangat sopan kepada mereka semua."Wah, Nak Sudiro datang yah! Ayo duduk sini, Ikut sarapan bersama kita!" Marina berkata menyambut Sudiro dengan sangat senang.Anaya terlihat keluar dari kamar dengan sudah berpakaian rapi, Anaya akan segera berangkat kerja. Anaya meminta izin dari orangtuanya dan segera pergi dari situ.Sudiro tiba-tiba berkata dengan mengejek, "Sungguh malang nian nasibmu Anaya, Memiliki suami yang sangat pemalas. Padahal jika kau menjadi istriku, Kau akan hidup senang menikmati segalanya didunia ini! Mana suamimu, Pasti dia masih tidur nyenyakkan! Memang sungguh pria tidak berguna!"Anaya tidak mempedulikannya, Anaya segera pergi dari situ dengan muka memerah.Ansen menguping mendengarkan semua itu, Kali ini mukanya sangat kesal. Dia memukul-mukul dinding kamarnya, kata-kata Sudiro tadi sangat menusuk hatinya. Namun Ansen bangga Anaya masih tetap tidak bergeming, Ansen jadi tersenyum bahagia.Dua hari kemudian di sore hari yang cerah Sudiro kembali datang kerumah Anaya, Marina langsung menyambutnya dan membawanya masuk. Merekapun berbincang-bincang ringan dengan tertawa-tawa. "Pak Wiradi, Aku serius ingin mempersunting Anaya menjadi istriku. Aku sangat mencintainya Pak, Aku tidak akan mempermasalahkan Dia sudah pernah menikah. Tolong, Bantu aku mewujudkan impianku Pak!" Tiba-tiba Sudiro berkata dengan mantap sekali kepada Wiradi. "Sudiro, Kamu seharusnya mengatakan kepada Anaya langsung bukan kepada Bapak. Kalo bapak akan selalu mendukung apapun keputusan Anaya, Makanya kamu silahkan dekati Anaya!" Wiradi menjawab Sudiro dengan santun. Wiradi tahu Sudiro tidak tulus menyanyangi Anaya, sebab mereka sudah saling mengenal semenjak kecil. Jika memang Sudiro mencintai Anaya, mengapa tidak dari dulu Sudiro mengejar Anaya. "Papa, Ini peluang bagus buat kita loh! Kalo nanti Anaya menjadi istri Sudiro, Anaya tidak perlu hidup susah seperti sekarang ini! Apa papa menutup mata de
Beberapa hari kemudian Wujin datang ke rumah Anaya dengan membawa banyak orang. Wujin segera masuk lalu memanggil-manggil semua orang, Wujin berteriak-teriak dengan sangat keras. Saat itu semua keluarga besar Anaya sedang bersantai meminun teh di ruang istirahat Sontak semua orang menjadi terkejut, lalu segera pergi bergegas menemui Wujin. "Tuan Wujin, Mengapa engkau berteriak-teriak di rumahku? Apakah kita memiliki masalah, Katakan Tuan Wujin ada apa ini?" Wiradi berkata dengan suara lembut. Wiradi tahu Wujin adalah Ketua Mafia Mawar Hitam, Wiradi yakin ada sesuatu yang tak beres. Wiradi menjadi sangat khawatir akan keselamatan mereka semua. "Wiradi, Hari ini aku ingin menagih hutang menantumu sebanyak 300 juta hep!" Wujin segera menjawab seraya menunjuk Ansen."Apaa, Dasar kurang ajar!" Wiradi segera menatap Ansen dengan sangat dingin. Begitupun dengan mereka semua, mereka menatap Ansen semakin murka. Hanya Anaya yang menatap Ansen dengan penuh keheranan. "Tuan Wujin, Ini adala
Keluarga besar Anaya sempat berharap ketika mendengar teriakan itu, namun ketika mereka menyadari itu adalah teriakan Ansen maka mereka semua kembali ketakutan.Mereka hanya bisa menangis dan pasrah melihat keadaan Anaya, Mereka tidak tahu harus melakukan apalagi. Mereka lalu menatap Ansen dengan sangat murka dan mengutuki Ansen didalam hatinya. Erlan dan anak buahnya juga tidak mempedulikan teriakan Ansen. Mereka tetap mendekati Anaya dengan perlahan, suasana menjadi sangat mencekam sekali. Nasib Anaya saat ini sudah berada di ujung tanduk. Ansen menatap Wujin dengan sangat marah, Ansen tidak menyangka Wujin akan menipunya. Ansen menjadi sangat murka. "Hehehehehe, Apa yang ingin kau lakukan!" Wujin tertawa terkekeh-kekeh. Wujin sangat senang rencananya berhasil, Wujin memang sudah lama menginginkan Anaya. Wujin sudah membayangkan keindahan tubuh Anaya, tanpa sadar Wujin menelan ludahnya sendiri. Ansen lalu segera berdiri, senyumnya mengembang dengan sinis. Ansen menyeringai seraya
Kejadian ini memang sangatlah aneh, kenapa Wujin tiba-tiba bersikap aneh? Padahal tadi Wujin sudah sangat bersemangat ingin menangkap Anaya. Belum lagi tindakan Wujin yang segera mengoyakkan surat-surat hutang Ansen dan bersikap seolah-olah hal itu tidak pernah terjadi. "Tuan Wujin, Ada apa denganmu? Mengapa engkau bertindak sangat aneh, Kenapa tiba-tiba engkau berubah?" Wiradi bertanya dengan sangat penasaran. Wiradi benar-benar kebingungan, dalam hatinya kemudian Dia bertanya-tanya, "Ada apa ini? Siapa sebenarnya Ansen?""Hahahahahaha, Tuan Wiradi! Aku tadi sudah mengakui bahwa kami telah silap, Dan itulah memang yang telah terjadi tadi! Sekali lagi aku benar-benar mohon maaf yah! Sekarang kami pamit pulang dulu yah, Besok pagi anak buahku akan mengantar uang kemenangan Tuan Ansen! Maaf sudah mengganggu kalian, Terimakasih!" Wujin berkata dengan hormat kepada mereka seraya pamit pulang. Ansen berjalan mendekati Anaya, Ansen berkata dengan sedih seraya mengusap air mata Anaya, "Maa
Ansen sangat senang sekali bertemu sosok yang sudah lama tidak Dia lihat. Fenghui adalah Paman Ketiga. Fenghui adalah salah satu adik ayahnya, jadi mereka semua 4 bersaudara. yang paling besar adalah Fengchai yakni ayah Ansen, lalu yang kedua yakni paman pertama adalah Fengsou, lalu yang ketiga yakni paman kedua adalah Fengbin dan yang terakhir yakni paman ketiga yang sekarang duduk dihadapan Ansen adalah Fenghui. Ansen sangat senang lalu segera memeluk pamannya, dari semua pamannya Ansen memang paling dekat dengan Fenghui. Bagi Ansen Fenghui adalah ayah keduanya. Ansen lalu ingin bertanya dengan keheranan.Fenghui langsung berkata cepat, "Ansen, Tadi Wujin menghubungi kami dan telah menjelaskan semuanya. Kebetulan paman berada dekat dari sini, Makanya paman segera kemari! Oh iyah, Kamu kenapa tidak bilang-bilang kalau sudah menikah?" "Ayah dan ibumu sangat senang sekali mendengarkan berita itu, Minggu depan mereka akan datang kemari. Jadi mereka mengutus paman terlebih dahulu untuk
Pagi hari merekah cerah, Anaya terbangun dari tidurnya. Anaya heran Dia sekarang sudah berada diatas tempat tidurnya, lalu ada sepasang tangan yang mendekapnya mesra. Anaya berbalik dan melihat wajah suaminya, Anaya sangat senang sekali. Ansen mulai berubah, Ansen tidak lagi kasar padanya dan bahkan sudah mulai memanggilnya "Istriku". Anaya mengelus sebentar wajah suaminya, lalu dengan perlahan melepaskan dekapan suaminya dan keluar dari kamarnya. Anaya duduk bergabung bersama keluarga besarnya di ruang makan, sebelum Anaya duduk tiba-tiba Ayahnya mengatakan sesuatu. "Anaya, Coba tanyakan dulu kepada Ansen mengenai latar belakangnya! Ayah sungguh sangat penasaran, Nanti setelah itu ajak Ansen sarapan bersama dengan kita!" Anaya menghela napasnya, namun karena mendengar niat baik ayahnya yang akan mengajak Ansen sarapan bersama maka Anayapun segera pergi kekamarnya. Diwaktu bersamaan Sudiro datang dengan wajah sumringah, sebelum Sudiro mengatakan apapun Dia melihat semua orang tel
Sebuah mobil mewah masuk dan berhenti didepan pintu rumah Anaya. Keluarga besar Anaya tidak berani datang menyambut tamu itu. Mereka hanya memperhatikan dengan waswas, Masih ada sedikit ketakutan dengan kejadian sebelumnya. Dua pria berpakaian rapi turun dari mobil dan berjalan dengan cepat mendekati mereka. Salah seorang dari mereka membawa sebuah koper berwarna hitam yang lumayan besar. Mereka berjalan sampai didepan Ansen, lalu mereka berdua menyapa Ansen dengan membungkukkan badannya.. "Salam Hormat, Tuan Ansen! Kami adalah anak buah Tuah Wujin. Maafkan kedatangan kami mengganggu Tuan Ansen, Kami datang pagi ini diperintahkan untuk mengantarkan uang kemenangan Tuan Ansen. Terimalah uang sebesar 500 juta hep ini Tuan Ansen, Ini adalah uang Tuan!" Mereka berdua berkata dengan sopan, Lalu salah seorang dari mereka membuka koper hitam itu seraya mengulurkannya ke hadapan Ansen. "Apaaa,.....! Wujin benar-benar serius yah!" Wiradi seketika langsung terkejut, Dia sebelumnya berpikir W
Jansen berjalan bergandengan tangan dengan mesra bersama Anaya. Anaya menyandarkan dirinya ke dada Ansen. Jantung Anaya berdetak dengan kencang, Senyumnya mengembang sangat manis. "Istriku sayang! Katakan padaku, Sayang mau sarapan apa!" Ansen bertanya dengan mesra kepada Anaya. "Aku pengen makan bubur ayam saja suamiku sayang!" Anaya menjawab Ansen sambil tersenyum. Mereka lalu pergi ke sebuah warung pinggir jalan yang menjual bubur ayam. Setelah memesan bubur ayam lalu mereka berdua duduk di kursi yang disediakan. Tak lama kemudian mereka makan dengan sangat lahap, Sesekali mereka saling pandang dengan malu-malu. Beberapa saat kemudian datang beberapa pemuda berpakaian lusuh ke warung itu. Salah satu dari mereka lalu berkata dengan marah, "Bono! Mengapa sudah sampai satu minggu engkau belum memberikan uang keamanan? Apa kau bermaksud tidak membayar nya yah?" Pak Bono menjawab dengan ketakutan, "Maaf Tuan Willy! Jualanku selama ini sepi sekali, Aku belum mampu memberikannya kepa