Share

Bab 2

Malam harinya, Ansen meminta uang sebanyak 3 juta hep kepada Anaya. Tanpa pikir panjang, Anaya langsung segera memberikan uang itu.

Hal ini jugalah yang semakin membuat dahi Ansen berkerut, Anaya tidak pernah menolak apabila Ansen meminta uang. Anaya akan selalu memberikannya dengan cepat.

Setelah itu Ansen segera pergi menuju ke Kasino Mawar. Itu adalah Kasino terbesar di Kota Danzou. Kasino Mawar itu dimiliki oleh Wujin, Ketua Mafia Mawar Hitam. Itu adalah kelompok kriminal terbesar di kota itu.

Sesampainya disana Ansen langsung pergi bermain di meja kecil. Ansen ternyata sangat pintar dalam bermain judi, hanya sebentar saja uang Ansen sudah bertambah berkali-kali lipat.

Setelah itu Ansen berpindah bermain di meja besar, namun sial bagi Ansen. Dia selalu menelan kekalahan dan akhirnya semua uangnya habis. Ansen lalu pergi ke meja kasir, disana Ansen mencoba meminjam uang sejumlah 100 juta hep.

Kasir itu sangat terkejut mendengar permintaan Ansen, itu adalah jumlah uang yang sangat besar. Kasir segera menghubungi Tuan Wujin. Tak lama kemudian Wujin datang bersama beberapa anak buahnya. Wujin penasaran siapa yang berani meminjam uang sebanyak itu?

Begitu melihat Ansen, air muka Wujin berubah menjadi sangat senang. Wujin telah lama sangat menginginkan Anaya, Ini adalah peluang baik baginya untuk mewujudkan impiannya.

Wujin segera menyuruh Erlang, tangan kanannya untuk mempersiapkan sebuah surat perjanjian. Setelah itu mereka berdua menuliskan namanya dan membubuhkan tanda tangan masing-masing. Setelah itu Wujin langsung menyerahkan uang sebanyak yang Ansen pinjam.

Hanya dalam waktu yang tidak lama Ansen sudah kehabisan uangnya lagi, Ansen lalu mencoba meminjam uang kembali kepada Wujin. Wujin dengan senang hati memberikannya, namun Wujin tetap melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.

Pada akhirnya Ansen sudah berhutang sampai sebanyak 300 juta hep. Ansen juga gagal meraih kemenangan sekalipun, Ansen kalah total di meja judi. Uang sebanyak itu semuanya langsung habis. Namun anehnya Ansen justru terlihat sangat senang, tidak ada sedikitpun kesedihan di mukanya.

Ansen lalu pulang ke rumah dengan gembira, Ansen yakin kali ini rencananya akan berhasil, Anaya pasti akan segera menceraikan dirinya. Saat akan menuju kamar tidur, Ansen melihat semua orang sedang berkumpul di meja makan. Mereka semua sedang makan dengan lahap.

Melihat itu Ansen segera bergabung dengan mereka, Anaya mempersilahkan Ansen duduk dan menyiapkan makanan untuknya. Semua orang menatap Ansen sangat murka, wajah mereka semua sudah seperti singa yang ingin menerkam Ansen.

"Buat apa bajingan ini duduk bersama kita!" Rico berkata dengan sangat jengkel.

Sebelum Anaya berbicara membela Ansen, Ansen segera bangkit dari kursinya lalu pergi ke kamar tidur. Ansen berkata membentak Anaya, "Hey, Aku tidak selera makan disini. Segera bawa makananku ke dalam kamar, Aku menunggumu!"

Mendengar itu spontan wajah semua orang disitu langsung merah membara, mereka semua menatap Ansen dengan tatapan yang kejam. Rico bahkan sudah melihat pisau makan di tangannya, namun segera tatapan kakaknya Anaya membuat Rico hanya bisa menahan emosinya.

Anaya cepat-cepat menyediakan sepiring nasi bersama lauk pauknya. Lalu Anaya pergi ke kamar tidurnya mengantar makanan itu untuk Ansen.

Keesokan harinya saat mereka sedang sarapan datang seorang pria berpenampilan sangat rapi kerumah Anaya. Pria itu bernama Sudiro, Dia adalah pewaris tunggal sekaligus CEO dari Firma Group. Salah satu group bisnis besar dan memiliki beberapa perusahaan hebat di kota Danzou.

"Halo semuanya, Maaf mengganggu sarapan paginya. Aku hanya tidak dapat menahan rasa rinduku kepada Anaya. Ini aku bawakan seikat bunga yang paling cantik hanya buat Anaya seorang!" Sudiro berkata dengan sangat sopan kepada mereka semua.

"Wah, Nak Sudiro datang yah! Ayo duduk sini, Ikut sarapan bersama kita!" Marina berkata menyambut Sudiro dengan sangat senang.

Anaya terlihat keluar dari kamar dengan sudah berpakaian rapi, Anaya akan segera berangkat kerja. Anaya meminta izin dari orangtuanya dan segera pergi dari situ.

Sudiro tiba-tiba berkata dengan mengejek, "Sungguh malang nian nasibmu Anaya, Memiliki suami yang sangat pemalas. Padahal jika kau menjadi istriku, Kau akan hidup senang menikmati segalanya didunia ini! Mana suamimu, Pasti dia masih tidur nyenyakkan! Memang sungguh pria tidak berguna!"

Anaya tidak mempedulikannya, Anaya segera pergi dari situ dengan muka memerah.

Ansen menguping mendengarkan semua itu, Kali ini mukanya sangat kesal. Dia memukul-mukul dinding kamarnya, kata-kata Sudiro tadi sangat menusuk hatinya. Namun Ansen bangga Anaya masih tetap tidak bergeming, Ansen jadi tersenyum bahagia.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status