Share

Bab 4

Beberapa hari kemudian Wujin datang ke rumah Anaya dengan membawa banyak orang. Wujin segera masuk lalu memanggil-manggil semua orang, Wujin berteriak-teriak dengan sangat keras.

Saat itu semua keluarga besar Anaya sedang bersantai meminun teh di ruang istirahat Sontak semua orang menjadi terkejut, lalu segera pergi bergegas menemui Wujin.

"Tuan Wujin, Mengapa engkau berteriak-teriak di rumahku? Apakah kita memiliki masalah, Katakan Tuan Wujin ada apa ini?" Wiradi berkata dengan suara lembut. Wiradi tahu Wujin adalah Ketua Mafia Mawar Hitam, Wiradi yakin ada sesuatu yang tak beres. Wiradi menjadi sangat khawatir akan keselamatan mereka semua.

"Wiradi, Hari ini aku ingin menagih hutang menantumu sebanyak 300 juta hep!" Wujin segera menjawab seraya menunjuk Ansen.

"Apaa, Dasar kurang ajar!" Wiradi segera menatap Ansen dengan sangat dingin.

Begitupun dengan mereka semua, mereka menatap Ansen semakin murka. Hanya Anaya yang menatap Ansen dengan penuh keheranan.

"Tuan Wujin, Ini adalah urusan hutang Ansen. Tidak ada hubungannya dengan kami! Silahkan tagih pada orangnya langsung!" Wiradi menjawab dengan kesal.

"Hehehehehehe! Ini memang bukan urusanmu Wiradi!" Wujin berkata lalu mendekati Ansen dan Anaya.

"Ansen, Silahkan bayar hutangmu. Jika tidak kami akan membawa Anaya sebagai gantinya!" Wujin berkata dengan senyum kemenangan.

"Apaaa, Apa maksudnya dengan membawa Anaya! Ansen, Apa yang kau lakukan! Awas yah, Aku akan membunuhmu!" Wiradi berkata dengan sangat kesal.

"Wujin, Jangan macam-macam kau yah! Aku yang berhutang kepadamu, Tidak ada hubungannya dengan Anaya" Ansen berkata dengan sangat marah. Dia memang memiliki hutang 300 juta hep, tapi tidak pernah mengaitkannya dengan Anaya.

"Hahahahahaha, Aku tahu kalian tidak akan percaya. Tapi aku punya beberapa surat yang langsung ditandatangani oleh Ansen sendiri. Disitu tertulis bila Ansen tidak dapat membayar utangnya maka aku akan membawa Anaya sebagai gantinya!" Wujin berkata dengan penuh kelicikan.

"Tidak mungkin, Tidak mungkin suamiku menjadikanku sebagai jaminan!" Anaya berkata dengan sangat yakin.

Wujin segera mendekat kepada Wiradi. Lalu memberikan tiga buah surat kepada Wiradi. Wiradi segara membaca surat-surat itu lalu tangannya bergetar hebat. Dia menatap Ansen dengan murka, lalu Dia mengumpat dan segera memukuli Ansen, "Dasar binatang, Kau tega menjadikan Anaya sebagai jaminan. Awas kau yah, Aku akan membunuhmu!"

Melihat hal itu kedua adik kembar Anaya segera ikut menghajar Ansen, mereka memang sudah lama ingin memukuli Ansen. Akhirnya saat yang mereka tunggu-tunggu telah tiba.

Anaya juga membaca surat-surat itu, setelah itu badannya langsung lemas dan dia terjatuh dengan sedih. Air matanya mulai menetes dan dia berkata dengan terbata-terbata, "Suamiku melakukannya, Suamiku melakukannya!"

"Bukan, Bukan seperti itu! Tolong hentikan, Aduh sakit sekali!" Ansen berkata seraya membungkuk melipat badannya untuk melindungi dirinya. Wiradi dan kedua adik kembar Anaya tak henti-hentinya memukuli Ansen, mereka semua sudah sangat murka.

"Hei, Hei! Hentikan dulu sebentar! Kita masih punya urusan disini kan! Sekarang, Kalo kalian tidak membayar maka aku akan membawa Anaya!" Wujin berkata berteriak dengan keras.

Wiradi segera menoleh, lalu berhenti memukuli Ansen. Wiradi lalu bersujud memohon kepada Wujin, "Tuan Wujin, Aku mohon berilah kami waktu. Aku akan memberi dulu 100 juta hep, Bulan depan aku akan segera membayar sisanya. Kumohon Tuan Wujin, Jangan bawa Anaya!"

"Tidak bisa, Karena kalian tidak mampu membayarnya maka aku akan membawa Anaya!" Wujin berkata seraya memberi tanda kepada anggotanya.

Erlan segera mengangguk lalu bergerak maju bersama beberapa orang anak buahnya. Melihat hal itu Wiradi dan kedua adik kembar Anaya mencoba melawan mereka.

"Buk, Buk! Jeb, Jeb, Akhhh! Aduh, sakit sekali!" Wiradi dan kedua anak kembarnya jatuh mengerang kesakitan. Tampaknya mereka bukan lawan sepadan bagi Erlan dan anggotanya.

"Anaya, Pergilah! Pergilah anakku!" Wiradi menjerit kuat dengan histeris.

Anaya segera mencoba berlari, namun sayang Dia sudah terkepung. Tidak ada lagi jalan keluar baginya, Anaya melihat sekelilingnya dan disebelahnya ada tergeletak sebuah pisau di meja.

Anaya mengambil pisau itu dan mengancam Erlan dan anak buahnya, "Jangan mendekat, Jangan mendekat!" Tangannya bergetar memegang pisau itu.

Tapi Erlan bersama anak buahnya tidak perduli, mereka tetap mendekat perlahan.

"Tetap disitu, Jangan mendekat! Aku akan bunuh diri, Jangan mendekat" Anaya berteriak-teriak dengan putus asa. Air mata mengalir di pipinya, Dia tidak menyangka Ansen tega melakukan itu.

Suasana menjadi sangat hening dan mencekam, wajah semua keluarga besar Anaya sangat tegang. Mereka semua amat ketakutan, air mata menetes diwajah mereka semua.

"Hentikannnn!!!" Terdengar sebuah jeritan kuat sekali.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status