Share

Bab 8

Pagi hari merekah cerah, Anaya terbangun dari tidurnya. Anaya heran Dia sekarang sudah berada diatas tempat tidurnya, lalu ada sepasang tangan yang mendekapnya mesra.

Anaya berbalik dan melihat wajah suaminya, Anaya sangat senang sekali. Ansen mulai berubah, Ansen tidak lagi kasar padanya dan bahkan sudah mulai memanggilnya "Istriku".

Anaya mengelus sebentar wajah suaminya, lalu dengan perlahan melepaskan dekapan suaminya dan keluar dari kamarnya. Anaya duduk bergabung bersama keluarga besarnya di ruang makan, sebelum Anaya duduk tiba-tiba Ayahnya mengatakan sesuatu.

"Anaya, Coba tanyakan dulu kepada Ansen mengenai latar belakangnya! Ayah sungguh sangat penasaran, Nanti setelah itu ajak Ansen sarapan bersama dengan kita!"

Anaya menghela napasnya, namun karena mendengar niat baik ayahnya yang akan mengajak Ansen sarapan bersama maka Anayapun segera pergi kekamarnya.

Diwaktu bersamaan Sudiro datang dengan wajah sumringah, sebelum Sudiro mengatakan apapun Dia melihat semua orang telah berjalan mengikuti Anaya. Marina yang sadar akan kedatangan Sudiro, segera berkata, "Tunggu sebentar yah, Ada sesuatu yang sangat penting!"

Sudiro menjadi sangat penasaran lalu melangkah mengikuti mereka. Sudiro ingin melihat apa yang sedang dilakukan oleh mereka. Ternyata mereka semua sedang menguping didepan pintu kamar tidur Anaya. Sudiro menjadi sangat heran, dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah konyol mereka.

Anaya masuk kedalam kamar dan melihat Ansen sudah bangun dan telah berganti pakaian. Anaya mendekat lalu berkata, "Suamiku sayang, Ada hal yang ingin kutanyakan kepadamu?"

"Oh, Ada apa istriku tercinta?" Ansen menjawab menatap mesra Anaya.

"Suamiku sayang, Aku ingin tahu semuanya tentangmu! Sayang belum pernah bercerita kepadaku, Tolong ceritakan latar belakangmu sayang!" Anaya berkata dengan mesra.

"Baiklah istriku, Aku akan menceritakan segalanya sayang!" Ansen menjawab Anaya lalu kemudian Dia mengarang cerita tentang latar belakangnya.

Ansen berkata bahwa semenjak kecil dia hidup sebatang kara dan tidak memiliki siapapun didunia ini. Ansen hidup sangat miskin dan tidak mempunyai harta benda apapun. Beruntung Ansen bertemu Kakek Bongin yang kemudian mau menampungnya. Bahkan Kakek Bongin menganggap Ansen sudah seperti anak sendiri.

Anaya hanya manggut-manggut mendengarkan cerita Ansen yang sangat menyedihkan. Anaya lalu mendekat dan memeluk Ansen seraya berkata, "Suamiku sayang, terimakasih sudah menceritakannya kepadaku. Kini malah aku semakin mencintaimu sayang!"

Ansen membalas memeluk Anaya, lalu mencium keningnya dan berkata, "Terimakasih buat semuanya istriku sayang, Kamu memang luar biasa!"

Lalu saat mereka hendak keluar membuka pintu kamar, tiba-tiba dari luar terdengar suara gaduh dan ada orang menjerit kesakitan.

"Aduhhh! Gedebuk!" Ansen segera ingin berlari menuju ke depan pintu kamar itu.

Namun Anaya segera memeluk Ansen, lalu membenamkan kepalanya di dada Ansen. Anaya sangat menikmati momen itu dan memejamkan matanya.

Ansen segera membalas pelukan Anaya, lalu Ansen mencium kening Anaya dengan mesra. Setelah itu Ansen mengelus-elus rambut Anaya dengan penuh kasih sayang.

Wiradi mendekap menutup mulut Marina, lalu memberi tanda untuk jangan berisik. Kemudian dia memerintahkan kedua anak kembarnya untuk mengangkat Marina. Mereka lalu berjalan turun kembali ke meja makan dan duduk dengan rapi. Setelah itu mereka melanjutkan makan tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Sudiro sangat terkejut melihat tidak ada seorangpun yang menyapanya. Segera Sudiro menyapa Marina, "Halo ibu mertua, Anaya dimana yah. Aku sudah beberapa hari tidak melihat wajah manisnya!"

Marina menoleh sebentar menatap Sudiro, lalu tersenyum dan kembali melanjutkan makan. Sudiro menelan ludahnya, Sudiro tidak percaya akan dicuekin seperti ini.

"Ehemmm!" Sudiro mencoba berdehem dengan kuat. Tapi sayang tidak ada satupun yang meresponnya, semua orang terdiam dan membisu. Mulutnya terbuka lebar, Sudiro tidak percaya akan mengalami hal ini. Sudiro menggaruk-garuk kepalanya, Dia masih belum percaya dengan keadaan ini.

Beberapa saat kemudian terlihat Ansen dan Anaya berjalan berdua dengan sangat dekat. Anaya bersandar manja di bahu Ansen, mereka berpegangan tangan dengan mesra.

Lalu Anaya izin pamit mau keluar sebentar, Ansen mengajaknya sarapan diluar. Semua orang tersenyum dengan senang, mereka semua sangat gembira melihat kemesraan Ansen dan Anaya.

Sudiro terduduk semakin termangu, seketika dia menjadi lemas. Dia tidak percaya akan kejadian ini, Sudiro hanya bisa pasrah menatap kemesraan Ansen dan Anaya.

Tiba-tiba terdengar ada suara mobil berhenti, kemudian ada orang yang memanggil-manggil dari luar. Mereka semua segera bergegas ke teras rumah, mereka ingin tahu siapa yang bertamu pagi-pagi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status