Pagi hari merekah cerah, Anaya terbangun dari tidurnya. Anaya heran Dia sekarang sudah berada diatas tempat tidurnya, lalu ada sepasang tangan yang mendekapnya mesra.
Anaya berbalik dan melihat wajah suaminya, Anaya sangat senang sekali. Ansen mulai berubah, Ansen tidak lagi kasar padanya dan bahkan sudah mulai memanggilnya "Istriku".Anaya mengelus sebentar wajah suaminya, lalu dengan perlahan melepaskan dekapan suaminya dan keluar dari kamarnya. Anaya duduk bergabung bersama keluarga besarnya di ruang makan, sebelum Anaya duduk tiba-tiba Ayahnya mengatakan sesuatu."Anaya, Coba tanyakan dulu kepada Ansen mengenai latar belakangnya! Ayah sungguh sangat penasaran, Nanti setelah itu ajak Ansen sarapan bersama dengan kita!"Anaya menghela napasnya, namun karena mendengar niat baik ayahnya yang akan mengajak Ansen sarapan bersama maka Anayapun segera pergi kekamarnya.Diwaktu bersamaan Sudiro datang dengan wajah sumringah, sebelum Sudiro mengatakan apapun Dia melihat semua orang telah berjalan mengikuti Anaya. Marina yang sadar akan kedatangan Sudiro, segera berkata, "Tunggu sebentar yah, Ada sesuatu yang sangat penting!"Sudiro menjadi sangat penasaran lalu melangkah mengikuti mereka. Sudiro ingin melihat apa yang sedang dilakukan oleh mereka. Ternyata mereka semua sedang menguping didepan pintu kamar tidur Anaya. Sudiro menjadi sangat heran, dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah konyol mereka.Anaya masuk kedalam kamar dan melihat Ansen sudah bangun dan telah berganti pakaian. Anaya mendekat lalu berkata, "Suamiku sayang, Ada hal yang ingin kutanyakan kepadamu?""Oh, Ada apa istriku tercinta?" Ansen menjawab menatap mesra Anaya."Suamiku sayang, Aku ingin tahu semuanya tentangmu! Sayang belum pernah bercerita kepadaku, Tolong ceritakan latar belakangmu sayang!" Anaya berkata dengan mesra."Baiklah istriku, Aku akan menceritakan segalanya sayang!" Ansen menjawab Anaya lalu kemudian Dia mengarang cerita tentang latar belakangnya.Ansen berkata bahwa semenjak kecil dia hidup sebatang kara dan tidak memiliki siapapun didunia ini. Ansen hidup sangat miskin dan tidak mempunyai harta benda apapun. Beruntung Ansen bertemu Kakek Bongin yang kemudian mau menampungnya. Bahkan Kakek Bongin menganggap Ansen sudah seperti anak sendiri.Anaya hanya manggut-manggut mendengarkan cerita Ansen yang sangat menyedihkan. Anaya lalu mendekat dan memeluk Ansen seraya berkata, "Suamiku sayang, terimakasih sudah menceritakannya kepadaku. Kini malah aku semakin mencintaimu sayang!"Ansen membalas memeluk Anaya, lalu mencium keningnya dan berkata, "Terimakasih buat semuanya istriku sayang, Kamu memang luar biasa!"Lalu saat mereka hendak keluar membuka pintu kamar, tiba-tiba dari luar terdengar suara gaduh dan ada orang menjerit kesakitan."Aduhhh! Gedebuk!" Ansen segera ingin berlari menuju ke depan pintu kamar itu.Namun Anaya segera memeluk Ansen, lalu membenamkan kepalanya di dada Ansen. Anaya sangat menikmati momen itu dan memejamkan matanya.Ansen segera membalas pelukan Anaya, lalu Ansen mencium kening Anaya dengan mesra. Setelah itu Ansen mengelus-elus rambut Anaya dengan penuh kasih sayang.Wiradi mendekap menutup mulut Marina, lalu memberi tanda untuk jangan berisik. Kemudian dia memerintahkan kedua anak kembarnya untuk mengangkat Marina. Mereka lalu berjalan turun kembali ke meja makan dan duduk dengan rapi. Setelah itu mereka melanjutkan makan tanpa mengatakan apa-apa lagi.Sudiro sangat terkejut melihat tidak ada seorangpun yang menyapanya. Segera Sudiro menyapa Marina, "Halo ibu mertua, Anaya dimana yah. Aku sudah beberapa hari tidak melihat wajah manisnya!"Marina menoleh sebentar menatap Sudiro, lalu tersenyum dan kembali melanjutkan makan. Sudiro menelan ludahnya, Sudiro tidak percaya akan dicuekin seperti ini."Ehemmm!" Sudiro mencoba berdehem dengan kuat. Tapi sayang tidak ada satupun yang meresponnya, semua orang terdiam dan membisu. Mulutnya terbuka lebar, Sudiro tidak percaya akan mengalami hal ini. Sudiro menggaruk-garuk kepalanya, Dia masih belum percaya dengan keadaan ini.Beberapa saat kemudian terlihat Ansen dan Anaya berjalan berdua dengan sangat dekat. Anaya bersandar manja di bahu Ansen, mereka berpegangan tangan dengan mesra.Lalu Anaya izin pamit mau keluar sebentar, Ansen mengajaknya sarapan diluar. Semua orang tersenyum dengan senang, mereka semua sangat gembira melihat kemesraan Ansen dan Anaya.Sudiro terduduk semakin termangu, seketika dia menjadi lemas. Dia tidak percaya akan kejadian ini, Sudiro hanya bisa pasrah menatap kemesraan Ansen dan Anaya.Tiba-tiba terdengar ada suara mobil berhenti, kemudian ada orang yang memanggil-manggil dari luar. Mereka semua segera bergegas ke teras rumah, mereka ingin tahu siapa yang bertamu pagi-pagi.Sebuah mobil mewah masuk dan berhenti didepan pintu rumah Anaya. Keluarga besar Anaya tidak berani datang menyambut tamu itu. Mereka hanya memperhatikan dengan waswas, Masih ada sedikit ketakutan dengan kejadian sebelumnya. Dua pria berpakaian rapi turun dari mobil dan berjalan dengan cepat mendekati mereka. Salah seorang dari mereka membawa sebuah koper berwarna hitam yang lumayan besar. Mereka berjalan sampai didepan Ansen, lalu mereka berdua menyapa Ansen dengan membungkukkan badannya.. "Salam Hormat, Tuan Ansen! Kami adalah anak buah Tuah Wujin. Maafkan kedatangan kami mengganggu Tuan Ansen, Kami datang pagi ini diperintahkan untuk mengantarkan uang kemenangan Tuan Ansen. Terimalah uang sebesar 500 juta hep ini Tuan Ansen, Ini adalah uang Tuan!" Mereka berdua berkata dengan sopan, Lalu salah seorang dari mereka membuka koper hitam itu seraya mengulurkannya ke hadapan Ansen. "Apaaa,.....! Wujin benar-benar serius yah!" Wiradi seketika langsung terkejut, Dia sebelumnya berpikir W
Jansen berjalan bergandengan tangan dengan mesra bersama Anaya. Anaya menyandarkan dirinya ke dada Ansen. Jantung Anaya berdetak dengan kencang, Senyumnya mengembang sangat manis. "Istriku sayang! Katakan padaku, Sayang mau sarapan apa!" Ansen bertanya dengan mesra kepada Anaya. "Aku pengen makan bubur ayam saja suamiku sayang!" Anaya menjawab Ansen sambil tersenyum. Mereka lalu pergi ke sebuah warung pinggir jalan yang menjual bubur ayam. Setelah memesan bubur ayam lalu mereka berdua duduk di kursi yang disediakan. Tak lama kemudian mereka makan dengan sangat lahap, Sesekali mereka saling pandang dengan malu-malu. Beberapa saat kemudian datang beberapa pemuda berpakaian lusuh ke warung itu. Salah satu dari mereka lalu berkata dengan marah, "Bono! Mengapa sudah sampai satu minggu engkau belum memberikan uang keamanan? Apa kau bermaksud tidak membayar nya yah?" Pak Bono menjawab dengan ketakutan, "Maaf Tuan Willy! Jualanku selama ini sepi sekali, Aku belum mampu memberikannya kepa
Seorang teman Willy tiba-tiba berbisik kepada Willy, Dia curiga Ansen telah menipu mereka. Apakah benar-benar tadi Ansen menghubungi Wujin? Dia merasa sebenarnya mereka dikerjai oleh Ansen? Willy mengernyitkan dahinya, Di satu sisi memang ada benarnya kecurigaan temannya. Wujin bukan orang sembarangan, Tidak semua orang kenal kepadanya. Willy tersenyum lebar, Dia benar-benar percaya dengan ucapan teman-temannya. Willy lalu menatap Ansen dengan marah, sebelum Dia berkata apapun tiba-tiba handphonenya berdering. Willy melihat Tanzie menghubungi dirinya. Willy terkejut, Sebab Tanzie adalah Boss Willy. Willy mengangkatnya dan terdengar suara Tanzie menggelegar penuh emosi. "Willy,....! Apakah benar engkau mengganggu Tuan Ansen? Apakah engkau ingin menghabisinya dan memperkosa Nyonya Anaya!" Tanzie marah-marah memaki Willy. "Aaa,......!" Willy menjawab dengan kelu. Dia tidak tahu harus berkata apa lagi, ternyata Ansen benar-benar kenal dengan Wujin. "Dasar bodoh! Kau mau mati yah!
Ansen kembali ke rumah bersama Anaya, Begitu sampai diteras rumah ternyata keluarga besar Anaya sudah menunggu mereka berdua dan langsung menyambut mereka dengan semangat. Kini mereka semua sangat ramah kepada Ansen, Semua sikap mereka berubah drastis kepada Ansen. Mereka sekarang memandang Anden dengan sangat sopan dan hormat. "Ekh,..! Kalian sudah pulang yah? Ayo, Silahkan makan dulu! Mama sudah masakin makanan yang enak loh!" Marina berkata dengan sangat senang. Ansen telah begitu baik memberikan semua uang kemenangannya kepada Marina. Itu bukanlah uang sedikit, itu adalah uang yang sangat besar sekali. Sekarang Ansen telah menjadi menantu kesayangan Marina. "Ibu,...! Kami baru makan tadi, Masih kenyang loh!" Anaya menjawab cepat seraya tersenyum. "Hei,...! Gak boleh begitu donk, Mama sudah cape-cape masak loh! Ayo dimakan donk, Mama jamin pasti enak deh!" Marina kembali merayu mereka berdua. "Istriku sayang! Mama sudah begitu repot mempersiapkan makanannya! Ayo kita cobain yu
Wiradi dan Marina masuk ke sebuah rumah yang megah. Wiradi sudah beberapa kali datang ke rumah ini, jadi Dia bersikap biasa saja. Sementara itu, Bagi Marina ini adalah kunjungan pertamanya. Dia tidak bisa menutupi kekagumannya akan rumah mewah itu.Seorang pelayan muncul dan menyapa mereka, "Tuan Wiradi, Nyonya Marina! Silahkan ikut saya! Tuan Wujin sudah menantikan kalian!" "Oh Iyah! Baiklah! Silahkan pimpin jalannya!" Wiradi menjawab pelayan itu seraya membawa istrinya. Mereka sampai di sebuah ruang tamu yang dipenuhi dengan barang-barang antik. Disitu Wujin telah duduk menantikan mereka sambil menikmati segelas teh. Wiradi dan Marina kemudian duduk di dekat Wujin. Dengan cepat seorang pelayan menuangkan teh kepada mereka. Wiradi ingin bertanya kepada Wujin, Namun Wujin langsung berkata kepadanya, "Aku tahu tujuan kalian datang kerumahku!" "Benarkah Tuan Wujin! Kalau begitu bantulah kami Tuan Wujin!" Wiradi berkata kepada Wujin. "Hahahahahaha,............! Sayangnya aku diber
Di pagi hari yang cerah, Ansen dan Anaya beserta keluarga besarnya sudah berkumpul di ruang makan. Saat ini mereka semua sarapan dengan lahap, mereka sepertinya sedang menikmati makanan itu. Sudiro datang dan menyapa mereka semua, Dia segera bergabung dengan mereka. Dia ingin duduk namun semua kursi yang ada sudah terisi. Lalu Marina langsung berkata, "Sudiro kamu datang! Ada apa yah! Oh yah, Semua kursi sudah berisi yah! Silahkan tunggu di ruang tamu saja yah!" "Ibu mertua! Aku datang karena ingin melihat Anaya, Aku..........!" Sudiro berkata lembut namun Marina langsung memotongnya dengan marah. "Sudiro,.......! Jangan panggil aku ibu mertua lagi, Lalu kamu buat apa mengganggu Anaya! Dia kan sudah menikah, Kamu punya pikiran gak!""Ekh,.....! Apaaa,......! Ibu.....!" Sudiro sontak terkejut, mukanya langsung merah merona. Biasanya Marina akan sangat senang dipanggil ibu mertua, dan Dia segera mengusir Ansen lalu mempersilahkan Sudiro duduk di samping Anaya. "Itu benar Sudiro, Ka
"Yah ampun! Benarkah itu! Jangan katakan yang membatalkan itu adalah Tuan Bihong!" Wiradi berkata kepada Rean. "Ayah! Orang yang kumaksud justru Dia ayah!" Rean berkata dengan sangat sedih. "Gawat! Kita sangat membutuhkannya! Aduh, Bagaimana ini yah?" Wiradi berkata dengan penuh khawatir. "Papa! Apa ini semua ada hubungannya dengan Sudiro yah!" Marina tiba-tiba berkata kepada suaminya. "Aku yakin ini semua karena ulahnya! Bukankah Tuan Bihong memiliki seorang putri bernama Gilga yang sangat tergila-gila kepadanya!" Wiradi berkata menjawab istrinya. "Sudiro pasti merayu telah Gilga dan memanfaatkannya. Tuan Bihong sangat memanjakan putrinya dan akan mengabulkan semua permintaan putrinya!" Wiradi melanjutkan ucapannya. "Aduh,....! Kenapa jadi begini yah! Jadi gimana ini papa, Mama gak mau jadi orang miskin!" Marina berkata dengan sedih. Tiba-tiba Ansen berkata dengan penuh keyakinan, "Ayah Mertua, Ibu Mertua! Semuanya, Tenanglah! Aku akan mecarikan investor baru! Aku baru ingat,
Sudiro masih menikmati saat-saat menyenangkan ini. Tiba-tiba handphonenya berbunyi, Sudiro langsung mengangkatnya. Dia segera tersenyum gembira, ternyata yang menghubunginya adalah mata-mata yang ditugaskan untuk mengawasi Ansen dan keluarga Anaya. Dia mendapat berita bahwa Ansen dan Anaya akan pergi menginap di Hotel Ewall besok. Mereka akan menginap selama 2 hari disana. Sudiro begitu gembira, Ini adalah kesempatan yang bagus. Sebelumnya Dia mendapat berita yang buruk. Pembunuh yang disewa mereka sangat kesulitan untuk melaksanakan tugasnya. Anak buah Wujin selalu mengawasi Ansen dan Anaya terus-menerus. Sudiro segera menghubungi seseorang, Dia memberitahu berita tersebut dan menjelaskan semuanya kepadanya. Ansen sudah bersiap-siap diteras rumah, Di sampingnya Anaya menggenggam tangannya mesra. Wajahnya sangat bahagia, senyum mengembang lebar di wajahnya. Marina keluar dan melihat kemesraan mereka. Dia berkata, "Duh, Mesra banget yah! Mama jadi iri loh, Ciecie..............!