Share

ANTARA AKU, KAU DAN 5 MILIAR - COMPLETE
ANTARA AKU, KAU DAN 5 MILIAR - COMPLETE
Penulis: Weena Young

Accident

Pagi itu langit masih mendung dan jalanan yang masih terlihat basah. Seperti biasa Vania melakukan aktivitas nya sebagai seorang karyawati di sebuah cabang perusahaan raksasa USA.

  Dan pagi itu di perjalanan menuju kantornya, Seperti biasa dia sambil berdendang saat mengendari sepeda motor kesayangan nya dan melewati dingin nya pagi, maklum saja mobilnya telah ia jual untuk biaya pengobatan sang ayah.

  Jalanan pagi itu masih tergolong sepi dari biasanya, mungkin karena cuaca yang memang sangat nyaman untuk berada di balik selimut sehingga orang – orang masih enggan untuk beranjak dari peraduan nya, Tapi tidak dengan Vania yang harus bekerja apapun yang terjadi demi menghidupi putri nya dan membayar hutang – hutang nya.

  Karena jalanan yang sepi tentu saja memacu adrenalin siapapun yang berada di jalanan untuk terus menambah kecepatan dan menikmati segar nya angin yang menerpa.

  Laju motor nya perlahan berkurang ketika dari kejauhan mata nya tertuju dengan sebuah sepeda yang melintang di jalanan, lalu di samping trotoar itu ia melihat seseorang terbaring dengan bersimbah darah, Dengan ragu ia memarkirkan motornya di pinggir jalan, lalu ia berjalan menuju korban laka lantas pagi itu.

  “Degg”

  Hatinya berdegub kencang melihat darah yang mengalir segar dari pelipis mata orang tersebut, lalu Vania dengan panik mealmbaikan tangan nya untuk meminta bantuan, Akan tetapi tak seorang pun memperdulikan nya,

  Kemudian Vania memeriksa apakah orang tersebut masih bernafas, dan seteah di pastikan bernafas, maka Vania dengan sigap mengambil handphone dari dalam tas nya lalu mencari no telpon kepolisian di google. 

  Setelah menghubungi kantor polisi, ia lalu mencoba menyetop taxi yang lewat, dan banyak taxi yang menolak, mungkin karena sudah ada penumpang, sampai akhirnya ada sopir taxi yang mau berhenti.

   

  “ Pak bisa tolong bantu saya angkat korban kecelakaan itu pak? Antar ke Best Hospital aja ya pak biar deket, tar saya ngikutin dari bapak dari belakang, saya mau nitipin sepedanya dulu ke warung sono . . . “ Ucapnya seraya menujuk warung pinggir jalan itu.

  Sang sopir taxi itu mengangguk seraya menjawab “ Baik mba , saya tunggu di rumah sakit ya mba “

  Sopir taxi itu mengangkat tubuh korban ke dalam taxinya kemudian melajukan taxinya menuju Best Hospital sesuai yang di minya.

  Sesampainya di Best Hospital, korban langsung di bawa ke IGD dan langsung di tangani oleh dokter jaga dan beberapa perawat yang membantu.

  Tak lama kemudian Vania tiba di rumah sakit dan membayar ongkos taxi tadi lalu bertanya keberadaan korban kecelakaan tadi.

  “ Dimana korban nya pak ?”  mendapat pertanyaan dari wanita yang telah menyetop taxi nya si sopir taxi itu menjawab “ sedang di tangani dokter ibran apa gibran yak tadi namanya saya kurang dengar maklum mba sudah tua.”  Terlihat tatapan menyesal sang bapak karena tak teliti, kemudian Vania tersenyum seraya berkata “ wahh makasih banyak ya pak maaf merepotkan harus pake menunggu saya disini, oh ya pak ini ongkos taxi nya...” Ucap Vania seraya memberikan dua lembar uang bergambar Soekarno yang ada di genggaman nya.

  “ Mba ini mah kebanyakan, ongkosnya Cuma Enam puluh ribu doank, ini saya sudah print out bon taxi nya...” Ucap bapak sopir taxi seraya menyerahkan print out tagihan taxi tersebut.

  “ Gak apa apa pa..., bapak sudah bantu saya tadi angkat korban d tambah bapak nungguin saya lumayan lama disini bapak percaya sama saya, ambil lah pak ini rejeki bapak yang di titip dari Allah melalui saya...”  Ucap Vania memberikan senyum manis kepada soppir taxi itu.

   

  Lalu dengan badan membungkuk bapak sopir taxi itu mengucapkan terimakasih kepada  Vania, dan pamit meninggalkan rumah sakit untuk melanjutkan mengais rejeki.

  “ Mba kalau begitu terimakasih banyak ya mba semoga kebaikan mba hari ini di balas Allah, saya permisi mba “ 

  Dengan sopan Vania menjawab  “ Baik pak hati – hati di jalan pak, semoga banyak rejeki hari ini, Aamiin...”

  Setelah menatap kepergian sopir taxi itu, Vania bergegas menuju IGD dan bertanya mengenai korban kecelakaan sebelah mana dengan menunjukkan ciri-ciri dari korban yang ia temui pagi ini kepada salah seorang perawat.  

   “ Sus...mau nanya, tadi ada korban kecelakaan yang baru dibawa pagi ini dengan ciri-ciri pria dengan umur sekitar 40 tahunan wajah brewokan, katanya di tangani dokter Gibran gitu..??” 

  Sang perawat berfikir sejenak lalu menjawab seraya berlalu meninggalkan Vania dan membantu pasien yang lain. “ Pasien dengan ciri-ciri seperti yang ibu maksud ada di bed paling ujung yang tengah di tangani dokter..”

  Setelah mendengar jawaban perawat itu Vania berjalan menuju bed paling ujung.

  Sesampainya di bed itu Vania bertanya kepada dokter yang tengah menanganinya. “ Dok bagaimana kondisi pasien? Karena tadi saya periksa masih bernafas dok..., Tolong selamatkan pasien ini ya dok...” Mendengar ucapan dari seseorang sang dokter menoleh dan menjawab “ Ibu keluarganya?? Syukurlah pasien segera dibawa ke rumah sakit, jadi masih bisa segera di selamatkan, karena pasien mengalami kehilangan banyak darah dari kepalanya, dan sebaiknya akan segera di lakukan MRI atau CT SCAN untuk pemeriksaan secara intensif. Ibu saat ini silahkan ke bagian administrasi terlebih dahulu, ibu agar bapaknya dapat ditangani lebih lanjut...” Vania mendengarkan penjelasan sang dokter dengan seksama lalu menjawab

  “ Bukan dok, saya bukan keluarganya. Hanya saja saya menemukan korban saat saya sedang melintas di tempat itu untuk tujuan ke kantor, karena korban saya periksa masih bernafas maka saya langsung beranikan diri menghubungi polisi dan membawa ke rumah sakit dok...” sang dokter mengangguk tanda memahami situasi Vania. “ Saya mengerti posisi ibu saat ini, hanya saja ini sudah menjadi peraturan rumah sakit setelah pasien mendapat pertolongan pertama maka untuk tindakan selanjutnya harus memenuhi persyaratan administrasi terlebih dahulu.”

  Dengan ragu Vania berjalan menuju meja pendaftaran untuk mengurus administrasi, seraya memutar otak berfikir keras bagaimana mengenai biayanya, sedangkan Vania saat ini harus ekstra berhemat untuk membayar hutang rumah sakit operasi sang ayah dan biaya sekolah sang putri ditambah cicilan rumahnya yang masih kredit 10 tahun lagi.

   

  Sesampainya di pendaftaran, Vania dengan ragu melirik dompet dalam tasnya dengan pura - pura melihat ponselnya, lalu ia mendongakkan kepalanya dan bertanya kepada petugas yang berjaga pagi itu. “ Mba..., sayakan bawa korban kecelakaan dan saat ini sedang ditangani oleh dokter, nah dokter tadi bilang kalau saya harus kesini dulu untuk mengurus administrasi...” Lalu sang petugas dengan ramah menjawab Vania.

  “ Apakah ibu sudah mencoba menghubungi pihak keluarganya? “ 

  Vania menepok jidatnya dan menghela nafas “ Ohh, iya ya..., Kenapa saya tidak kepikiran dari tadi ya mba? Yasudah deh mba saya coba cari tahu dulu kontak keluarga korban, Coba saya cek ponsel dan dompetnya...” Ujar Vania seraya meninggalkan meja pendaftaran dengan sang petugas yang tersenyum dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah polos Vania.

   

  Sesampainya di bed korban, Vania dengan menatap seluruh tubuh pasien korban kecelakaan itu yang masih berbalutkan pakaian denga bercak darah. Dan kemudian dengan dengan ragu ia meraba badannya dan mencari saku dengan mata terpejam untuk memastikan apa yang ia cari. Tapi ia tak menemukan apa yang tengah ia cari, Hingga akhirnya ia mengecek bagian celana olahraga tersebut, Vania membuka matanya karena merasakan ada saku disana,  ia merogoh saku tersebut lalu dahinya berkerut karena ia tak menemukan apapun disana.

   

  Diiringi helaan nafas berat, Vania berfikir keras karena ia bingung  harus bagaimana, karena si pasien harus segera mendapat tindakan medis lebih lanjut. Ia duduk termenung dan menatap langit – langit ruang IGD, pikiran nya berkecamuk ‘ bagaimana jika ia telat menghubungi keluarga pasien dan terjadi sesuatu terhadap pasien ini? Haruskah aku yang menanggung jawabi semuanya sampai pihak keluarganya datang, tapi darimana uangku? Haruskah aku minjam ke kantor atau ke Jessica? Ahh aku harus gimana. Nyawa orang lain tergantung padaku saat ini, apa yang harus aku lakukan TUHAN? ‘  Bisik Vania dalam hati.

  Ia tak ingin salah langkah dalam mengambil keputusan di tengah kesulitan yang ia hadapi saat ini, dan lamunannya buyar ketika ada jari jemari halus menyentuhnya dengan lembut, dan dengan suara lemah seorang pria yang membuat jantung nya hampir melompat.

  “ Teimakasih sudah membawa saya kesini..” Vania menyadari arah suara dan sentuhan itu berasal dari seorang pria yang kini terbaring dengan lemah di hadapannya laly ia menoleh menatap pria berwajah brewok dan berkumis itu seraya mengangguk dan tersenyum.

  “ Tdak apa-apa pak, ebetulan saja saya lewat tadi. Oh, ya pak. Apakah ada keluarga bapak yang bisa saya hubungi saat ini untuk mengurus semua nya? “  Tanya Vania dengan suara dibuat selembut mungkin.

  “ Ponsel saya mungkin tercecer mba, atau boleh saya pinjam ponsel mba nya? “ Dengan sigap Vania memberikan ponsel nya kepada pria brewokan yang bersuara lemah tak berdaya itu.

   

  Kemudian terlihat pria itu menghubungi seseorang dan tak lama kemudian ia menyerahkan ponsel ke tangan Vania dengan sedikit gemetar.

  “ Terimakasih atas semua bantuannya mba...” Ada rasa iba di hati Vania melihat raut wajah dan kondisi badan pria itu. Bagaimana tidak? Pria itu terlihat kurus dengan bibir pecah – pecah dan rambut tidak terawat, sekilas terlihat seperti orang yang sedang putus asa.

  “ Jangan di pikirkan pak, Pulsa itu tak seberapa yang terpenting bapak sembuh dulu, dan segera bertemy dengan keluarga agar keluarga bapak tidak kecarian...” 

   

  Tak lama kemudian datang 2 orang polisi yang menemui Vana beserta korban kecelakaan itu. Petugas kepolisian mengintrogasi Vania dan kemudian pasien brewokan itu secara bergantian guna mendapatkan keterangan lebih lanjut mengenai Laka Lantas yang di alami korban yang tengah berbaring ini. Sebelum di lanjutkan lebih panjang, si brewok meminta Vania meninggalkan nya sebentar, tanpa perlawanan Vania menruti apa yang di perintahkan, ia berjalan menuju kursi yang ada di lobi yang tak jauh dari ruangan IGD tadi.

  Tak lama berselang kedua orang petugas kepolisian itu menghampiri Vania dan berpamitan, Tak lupa ia mengucapkan terimakasih karena Vania telah peduli dan sigap terhadap korban lakalantas itu dengan menghubungi pihak kepolisian dan segera melarikan sang pasien kerumah sakit guna mendapat pertolongan pertama dari petugas medis. Vania menyambut ramah sikap baik sang polisi dan menatap kepergian kedua petugas kepolisian yang telah sigap menanggapi laporan pengaduannya.

   

  Setelah petugas kepolisian itu menghilang dari pandangannya, lalu Vania kembali menemui si brewok ke bed pasien paling ujung dan hendak berpamitan karena si korba telah menghubungi pihak keluarga jadi ia berfikir dirinya tak lagi perlu berada disana berlama – lama, dimana saat ini jam juga telah menunjukkan pukul 08.45 menit sedangkan dirinya masuk pukul 09.00 WIB.

  Dengan tersenyum manis Vania berkata “ Apakah keluarga bapak sudah menuju kerumah sakit?  “ Vania menatap pria brewokan itu. 

  “ Masih adakah terasa pusing atau keluhan lain? Biar saya panggilkan dokter sebelum saya pergi pak “ Lanjut Vania lagi seraya melirik jam di pergelangan tangannya. Si Brewok dengan suara lemah dan ekspresi wajah memelas berkata “ Bisakah kamu menemani saya sebentar sampai teman saya datang? Karena saya harus pindah ke kamar perawatan, jadi mohon bantu saya sampai itu semua selesai..” sorot mata pria itu memelas menatap Vania yang berfikir sejenak ‘ Apa teman? Mengapa teman? Keluarganya dimana? Ataukah pria ini jauh dari keluarganya? Haruskah ku korbankan kerjaku? Ahh kan hanya sebentar, baiklah aku harus berbuat baik setidaknya kepada sesama manusia’  Bisik Vania dalam hati. Lalu dengan tegas ia menjawab permintaan si brewok tadi.

  “ Baiklah pak, tapi saya harus menghubungi kantor saya dulu untuk meminta izin karena keterlambatan saya masuk kantor..” Si brewok mengangguk perlahan seraya senyum mengembang di sudut bibirnya yang di penuhi oleh kumis. Vania berjalan menjauh untuk menghubungi pihak kantor agar mereka mengetahui keterlambatannya hadir ke kantor. 

   

  Tak lama berselang setelah Vania kembali ke bed dimana pasien korban kecelakaan itu terbaring, Terlihat petugas rumah sakit mendekat kearah pasien itu dan mengangguk hormat kepada si brewok dan memindahkan si brewok menuju kearah keluar membuat Vania mengerutkan dahi dan sedikit panik karena ia takut terjadi sesuatu terhadap pasien yang sudah di tolongnya itu, ternyata pihak rumah sakit membawanya ke lantai 15 rumah sakit, menuju ruangan presiden suite.

   

  

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Nina Amelyaputri
Ich disini udh ga plus typo doank😘
goodnovel comment avatar
Ninhd
Bagus nih kayaknya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status