Share

4

" Aku gabisa lanjutin semua ini Rin. Aku pengen tapi aku gabisa "

" Maksudnya?"

" Bapak gak punya uang buat bayar UKT. Jadi aku kayaknya gak bisa lanjut kuliah. Bapak udah berusaha tapi uang 2 juta buat keluarga ku itu susah. Aku juga gamau kalau ibuku harus ngutang lagi padahal kemarin baru ditagih sama orang bank karena telat bayar "

" Iya vin gapapa. Jangan dipaksa kalau gitu. "

" Kamu jangan marah ya Rin. Aku pengen banget kuliah tapi gak ada uang nya. "

" Iya Vin gapapa kalau emang memberatkan keluarga kamu jangan diterusin. "

" Iya, tapi nanti kamu sendiri, Kita juga udah dp kos. "

" Gampang itu mah, gausah di pikirin. "

" Maaf banget ya Rin, padahal wacana kita masih banyak tapi aku gabisa lanjutin ini. "

" Ngga vin, aku gak marah. Mungkin ini jalan yang terbaik buat kamu. "

Aku langsung mematikan ponsel ku setelah percakapan kami selesai.

Ada sedikit perasaan kecewa di dalam diriku. Entah lah, tapi berita itu membuat ku merasa sangat sedih. Aku masih belum terlalu dekat dengan siapapun disana, aku juga belum banyak tahu tentang kehidupan disana akan seperti apa nantinya. Ada sedikit rasa takut yang menyelimuti diriku ketika membayangkan harus tinggal jauh dari rumah seorang diri. Aku merasa tenang karena ada Vina di sisiku tapi sekarang kita berdua gak akan bisa kayak kemaren lagi. Tapi bagaimana perasaan Vina sekarang? aku sangat ingin membantu tapi uang segitu aku tidak punya.

Sepanjang malam aku selalu overthinking mengenai nasib ku nanti. Menduga duga hal buruk yang akan terjadi kalau aku sudah kembali kesana seorang diri.

" Rin... "

" Ya Mei, kenapa??"

" Katanya kamu sama Vina mau pindah kos"

" Iya kenapa emang nya "

" Ngga, cuman tanya aja. Kira kira masih ada kamar kosong gak yah? aku niatnya semester depan mau ngekos. kemaren udah dapet kos cuman diusir ama yang punya. Si Lael sama Fira kan ngontrak aku gabisa tiba-tiba masuk gitu aja ke tempatnya. "

Aku berpikir sejenak setelah membaca pesan dari Meila. Atau aku sama Meila aja ya? kan lumayan ada temen nya nanti?. Tapi kan aku belum akrab sama Meila?. Pertanyaan Pertanyaan itu seketika muncul dikepalaku.

" Sama aku aja mau gak?"

aku ragu ragu untuk mengirimkan pesan itu.

" Lah terus si Vina gimana ?"

" Dia gak lanjut kuliah Mei "

" Ohhhh, yaudah deh boleh "

Liburan ku yang panjang kini sudah mulai terasa singkat. Tinggal menghitung hari saja untuk meninggalkan semua kegiatan tidur tiduran selama dirumah ini.

" Hati hati yahh, belajar yang rajin "

" Iya yah "

Aku bergegas berjalan mendekati kereta yang baru saja datang dari arah Selatan. Waktu ku semakin menipis tapi sesekali aku masih menengok kebelakang untuk melihat keberadaan ayah yang masih berdiri dipintu pagar beserta orang orang yang mengantar penumpang lain. Rasanya kali ini begitu berat dibanding kan saat pertama kali aku pergi. Entahlah yang pasti ada keraguan disetiap langkah yang aku jalani saat ini.

Selama perjalanan aku disuguhkan oleh hamparan sawah yang membuat ku sesekali melongok ke arah jendela. Sepanjang perjalanan aku hanya membaca buku yang belum aku tamatkan kemarin. Keretanya tampak sepi hari itu, tidak seperti waktu aku pulang bersama Vina dulu. Biasanya Gerbong kereta akan di isi oleh suara orang-orang bercengkrama ataupun orang yang sibuk telponan dengan suara yang cukup nyaring. Harap harap tidak akan ada yang terganggu oleh semua itu.

" 20 ribu aja mbak "

" Boleh pak, sampe Kampus Merdeka yah "

Ada sedikit perasaan takut saat pertama kali aku naik ojek di sebuah kota besar yang belum sepenuhnya aku kenal. Tapi aku mencoba memberanikan diri untuk melewati semua ini supaya suatu saat perasaan takut, ragu, ataupun cemas ini bisa hilang.

" Ambil jurusan apa mbak ?"

" Psikologi pak "

" Wahh, bisa baca pikiran orang nih mbak nya "

" Ahaha nggak gitu juga pak "

" Kalau saya asli sini mbak, anak saya juga baru kuliah semester satu "

" ohhh gitu, "

" kalau mbak nya sudah semester berapa to?"

" Semester 3 pak "

" Oh masih baru juga. Saya doakan semoga sukses ya mbak "

" Aamiin, makasih loh pak "

" Iya mbak, anak saya juga perempuan soalnya, jadi kadang-kadang kepikiran kalau lagi merantau "

" Ehehe iya pak, apalagi kalau baru pertama "

" Gapapa mbak, semoga mbak nya selalu dipertemukan dengan orang orang baik "

" Iya pak, aamiin "

Motor yang aku naiki berjalan cukup kencang, sehingga tak terasa sebentar lagi aku akan sampai di kos kosan yang akan menjadi tempat tinggal ku selama 4 bulan kedepan.

" Makasih ya pak. Kembalian nya bapak ambil aja "

" Oh, makasih mbak. Sukses selalu yah "

" Iyaa hati hati pak "

Aku melihat keadaan disekitar rumah tersebut. Tampak ada 2 lantai seperti yang ada digambar. Didepan nya terdapat banyak sekali sandal yang cukup berceceran dan motor yang berjejer cukup rapih. Aku berjalan mendekati pintu masuk yang masih tertutup, karena kamarku ada di lantai satu katanya.

" Assalamualaikum " Salamku sembari mengetuk pintu.

Hening, tak ada yang menjawab sama sekali

" Assalamualaikum " Salamku lagi sembari mengetuk pintu.

Kembali tak ada jawaban sama sekali dari dalam. Dengan ragu ragu aku membuka pintu sedikit demi sedikit dan melihat situasi yang ada didalam tanpa melangkah satu langkah pun. Terlihat gelap dan semua pintu didalamnya tampak tertutup. Eh tunggu

" Permisi mbak, saya mau ngekos disini kalau kamar nomor 11 disebelah mana yahh??"

" Oh? Ini disebelah sini "

" Oh yaa, makasih mba "

Ucapku kepada seorang perempuan berbaju hitam yang baru saja berjalan dari arah belakang. Entahlah mungkin kamar mandi? aku belum tau pastinya karena aku sendiri baru pertama kali datang kesini. Perempuan berbaju hitam itu langsung masuk ke kamar setelah aku tanyai tadi. Suasanya kembali gelap dan sepi. Entahlah apa mungkin saklar di rumah itu mati atau memang tidak di nyalakan. Pasalnya kamar nomor 11 yang akan aku tuju terlihat lampunya menyala. Ada keraguan untuk masuk kedalamnya karena aku mendengar sayup sayup suara orang tengah bercakap cakap dari dalam. Dan yah! bau mie berhembus cukup kencang dari dalam. Aduh, rasanya aku menjadi sangat lapar.

" Permisi..."

Ucapku sembari membuka pintu kamar nomor 11. Semua yang ada didalam berhenti melakukan aktivitas nya dan memandangiku seperti maling yang ketangkep basah oleh pemilik rumah.

" Ya??"

" Permisi mbak, saya yang mau ngekos di kamar ini "

" ohh, itu kasur nya diatas "

" Oh iyaa..."

Dengan ragu ragu aku menarik koperku masuk kedalam kamar yang sangat panas dan dipenuhi oleh barang barang. Aku melihat sekeliling dengan perasaan begitu tertegun. Pasalnya aku kira akan mendapatkan kamar berisi 2 orang nyatanya berisi 4 orang. Aku merasa tertipu dan kecewa saat itu juga. Tak lama aku langsung duduk di lantai yang jaraknya tak jauh dari pintu kamar, lalu aku langsung membuka ponsel ku untuk menghubungi Meila.

" Dimana ??"

Aku langsung mengirim pesan kepadanya, karena suasana disini menjadi sangat kikuk setelah aku datang. Tak ada percakapan diantara dua orang didepan ku ini. Padahal tadi aku mendengar ribut ribut kecil dari luar. Apakah karena aku? entahlah aku jadi tambah bingung harus berbuat apa .

" Sebentar lagi sampe. Sabar "

" Oke "

Meila tampak membalas pesanku, ada sedikit perasaan lega didalam diriku. Karena setidaknya ada aktivitas yang bisa aku lakukan daripada cuman melihat lihat sekeliling kamar yang terasa begitu panas itu.

" Aku didepan. Kamu dimana ?"

Setelah membaca pesan itu tanpa berpikir panjang aku langsung berlari keluar kamar, lalu keluar rumah melihat Meila sudah berdiri didepan pagar rumah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status