Home / Romansa / ASI Untuk Bosku / Bab 67 Mempermalukan Lisa Di Pesta

Share

Bab 67 Mempermalukan Lisa Di Pesta

Author: Manila Z
last update Last Updated: 2025-05-06 17:11:57

Elina menoleh tajam ke arah Radit yang kini berjalan mendekatinya, terlihat santai seolah tidak terjadi apa-apa. Ia menyilangkan tangan di depan dada, ekspresi wajahnya jelas menunjukkan kekesalan.

"Habis dari mana? Lama sekali," sindir Elina, nada suaranya dingin tapi tajam.

Radit hanya menanggapi dengan senyuman kecil. Ia sudah cukup mengenal Elina untuk tahu bahwa wanita itu sedang menahan amarah.

"Aku tadi ngobrol sebentar sama Rian. Hanya bahas hal kecil," jawab Radit ringan, seolah ingin meredam suasana.

Elina menaikkan alis, pandangannya tajam menelisik. "Hal kecil? Sepertinya bukan gaya kamu bicara seperti itu. Kamu merencanakan sesuatu, kan?"

Radit menatapnya sejenak, lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Elina. "Rahasia," bisiknya pelan, membuat bulu kuduk Elina meremang, entah karena kesal atau karena detak jantung yang tiba-tiba melonjak.

Elina menghela napas pelan sambil tersenyum miring. Tunggu saja, Kina pasti bakal bocorin semuanya nanti malam, batinnya.

Baru saja ia he
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • ASI Untuk Bosku   Bab 68 Lisa Ditangkap Polisi

    Pak Bambang berdiri mematung di tengah ruangan, wajahnya pias. Seluruh tubuhnya bergetar menahan amarah yang nyaris meledak."Aku kecewa denganmu, Lisa…" suaranya berat, teredam luka dan rasa malu yang menghantam harga dirinya di depan para tamu penting.Lisa mencoba melangkah mendekat. "Ayah… dengar dulu penjelasanku—""Cukup!" bentak Pak Bambang dengan suara lantang yang memotong seluruh kegaduhan. "Aku sudah cukup malu hari ini. Sudahi saja pestanya!"Tanpa menunggu reaksi siapa pun, ia membalikkan badan dan pergi, meninggalkan bayangan kebesaran nama keluarga yang kini ternoda oleh darah dan dusta.Lisa berdiri di tengah ruangan. Seluruh mata tertuju padanya, bukan lagi dengan rasa kagum, tapi penuh cemoohan dan bisik-bisik sinis.Matanya menatap dua sosok yang berdiri tak jauh—Radit dan Elina. Sorotnya membara."Kalian… Ini pasti ulah kalian berdua!" pekik Lisa, telunjuknya menuding tajam.Elina menatapnya datar, satu alis terangkat. "Aku bahkan nggak tahu soal video itu. Jangan

    Last Updated : 2025-05-06
  • ASI Untuk Bosku   Bab 69 Setelah Acara Selesai

    Acara pesta penyambutan untuk Lisa baru saja usai. Malam itu terasa panjang dan melelahkan, tapi juga penuh kelegaan. Radit kini duduk di balik kemudi, mengantar Elina kembali ke kontrakan lamanya. Sepanjang perjalanan, keduanya terdiam. Hanya suara mesin dan gemuruh hujan tipis di kaca mobil yang menemani.Padahal, Radit sudah beberapa kali memintanya tinggal bersama. Tapi Elina masih belum bisa sepenuhnya membuka hatinya, luka masa lalu masih membekas—dan malam ini, segalanya belum benar-benar selesai.“Aku nggak nyangka akhirnya Lisa ditangkap juga,” ucap Radit, memecah keheningan, suaranya terdengar hati-hati. “Kamu senang sekarang?”Elina hanya mengangguk. Tatapannya tertuju pada jalanan gelap di luar jendela.“Aku senang,” jawabnya pelan. “Jangan bilang kamu nggak senang? Bukannya selama ini kamu selalu ada di pihak dia?”Nada suaranya terdengar getir. Radit menoleh sejenak, dan tersenyum tipis ketika menyadari—itu bukan kemarahan. Itu cemburu. Hal yang jarang sekali Elina tunju

    Last Updated : 2025-05-07
  • ASI Untuk Bosku   Bab 70 Rasa Bersalah Radit

    Elina bersama dengan Radit kini sudah berada di pekarangan rumah yang sedikit agak mewah namun terlihat sederhana.Elina menggenggam tangan Radit untuk memberikan kekuatan agar bisa masuk ke dalam rumah tersebut."Ayo kita masuk ke dalam."Radit hanya mengangguk saja, dia berjalan bersama dengan Elina menuju ke arah rumah mantan ibu mertuanya."Permisi," ujar Elina dengan sopan.Sampai muncul Sari membuka pintu rumah ini. Dia yang memang sudah tahu tentang Elina pun langsung tersenyum tipis dan menyambutnya."Iya, Nona Elina.""Apa Bunda ada dalam?" tanya Elina dengan sopan."Ada non," jawab Bi Sari sambil mempersilakan Elina untuk masuk ke dalam rumah mewah itu.Elina tersenyum tipis sambil melirik ke arah Radit yang ada di sampingnya. "Ayo kita masuk."Radit hanya mengangguk dan mereka berdua akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam rumah tersebut.Baru juga di ambang pintu, Winda sudah menatap tajam ke arah Elina dan Radit."Kamu sudah berani membawa pembunuh ini ke rumahku, Elina?

    Last Updated : 2025-05-07
  • ASI Untuk Bosku   Bab 71 Siapa Yang Meneror?

    Radit mengantar Elina pulang ke rumah kontrakannya. Sepanjang perjalanan, suasana di antara mereka terasa sunyi namun nyaman. Hanya suara angin dari jendela mobil yang terbuka sedikit, mengisi ruang di antara kata-kata yang tak terucap.Sebelum Elina turun, Radit sempat melirik ke arah wanita itu—matanya masih terlihat sedikit sembap setelah berziarah ke makam suami dan anaknya."Kamu nggak mau mampir dulu ke rumahku?" tawar Radit, suaranya pelan tapi penuh harap.Elina menggeleng halus. "Tidak, Radit."Radit menghela napas pendek, lalu berkata dengan nada tenang tapi sedikit penasaran, "Memangnya kamu nggak rindu dengan Jio?"Pertanyaan itu seperti paku kecil yang mengetuk hatinya. Elina tak langsung menjawab. Ia hanya menatap keluar jendela mobil, memperhatikan angin yang menggoyangkan ranting pohon. Diamnya bukan karena tidak ingin menjawab, tapi karena emosinya masih terlalu campur aduk."Lain kali, aku akan datang ke sana," jawabnya akhirnya."Baiklah. Aku tunggu kamu datang ke s

    Last Updated : 2025-05-07
  • ASI Untuk Bosku   Bab 72 Radit Di Tahan Kepolisian

    Suasana pagi itu terlalu hening untuk sebuah kompleks elit. Langit sedikit mendung, seolah ikut menahan napas menanti sesuatu pecah. Dan benar saja—suara sepatu berat memecah keheningan.Dua pria berpakaian sipil, dengan lencana hukum tergantung di dada mereka, berdiri di depan pintu rumah Radit. Tatapan mereka tajam, tak mengenal basa-basi.Radit membuka pintu. Jas rumah masih melekat di tubuhnya, rambutnya sedikit acak. Tapi matanya—matanya tajam, penuh tanya dan kewaspadaan."Ada apa ini?" suaranya datar, tapi otot rahangnya menegang.Salah satu petugas maju selangkah. “Pak Radit, Anda ditangkap atas tuduhan pembunuhan terhadap saudara Dimas.” Ia menyodorkan surat penangkapan.Darah Radit seperti berhenti mengalir. Tangannya mengepal, kuku-kukunya menancap di telapak. “Apa?” gumamnya. “Saya tidak bersalah. Saya punya bukti…”“Kami tidak bisa debat di sini, Pak. Anda bisa jelaskan di kantor. Ikuti kami dengan tenang.”Radit menatap surat itu sekilas, lalu mata polisi itu. Jantungnya

    Last Updated : 2025-05-07
  • ASI Untuk Bosku   Bab 73 Menyewa Pengacara

    Akhirnya Elina keluar dari ruangan Dani dengan langkah berat. Ada kegelisahan yang tak bisa ia redam sejak pertemuan singkat itu. Bela, wanita yang tadi bersamanya, memancarkan aura yang membuat dada Elina semakin sesak. Ada yang janggal. Dan kini, hanya satu orang yang bisa ia percaya untuk membicarakan semua ini—Kina.Ia menarik napas dalam-dalam, lalu menghubungi sahabatnya itu."Halo, Kina?""Elina, kamu sudah lihat berita hari ini, kan?" Suara Kina terdengar cemas, bahkan sedikit bergetar."Iya... Para wartawan sudah mengepung kantor. Aku tahu kamu pasti mau membicarakan soal Radit, bukan?" ucap Elina dengan lirih, namun mantap."Benar. Aku benar-benar khawatir. Siapa yang melaporkan dia ke polisi?" tanya Kina, seolah tak percaya hal itu bisa terjadi begitu cepat."Hanya ada satu kemungkinan. Ibu mertuaku," jawab Elina, dengan suara yang menegang. "Dia belum bisa menerima kenyataan soal kematian anaknya. Dan dia yakin, Radit adalah penyebabnya.""Astaga... Jadi itu sebabnya dia

    Last Updated : 2025-05-08
  • ASI Untuk Bosku   Bab 1 Pak Radit Mau Apa?

    Elina menatap dengan kesal ke arah Radit, CEO baru yang baru saja memaksanya untuk menerima tawaran kenaikan jabatan yang sebenarnya tidak pernah ia inginkan. Sebagian orang mungkin akan merasa bahagia dengan hal itu, terutama karena jabatan baru berarti lebih banyak pengakuan dan kesempatan. Namun, bagi Elina, ada sesuatu yang membuatnya tidak bisa begitu saja menerima perubahan ini."Kenapa melamun, Elina?"Suara Radit yang berat membuat Elina terkejut. "Eh, iya maaf, Pak Radit."Tanpa banyak bicara, Elina menundukkan kepala dan mengikuti perintah untuk masuk ke ruang kerja pribadi Radit. Begitu berada di dalam, ia terperangah melihat tumpukan berkas yang menggunung di atas meja. Pekerjaan yang seharusnya menjadi tanggung jawab sekretarisnya kini dialihkan padanya."Kerjakan semuanya dengan cepat," ujar Radit tanpa ragu."Tapi, Pak... saya..."Elina hendak berargumen, namun Radit dengan cepat memotong kalimatnya. "Kenapa? Mau cari alasan lagi? Jangan sampai ada hal lain yang menggan

    Last Updated : 2025-02-25
  • ASI Untuk Bosku   Bab 2 Hah Butuh Asi?

    Elina baru saja menyelesaikan semua tugasnya dengan penuh hati-hati, namun ada sesuatu yang membuat pikirannya tak tenang. Tugasnya sudah selesai, tapi ucapan Radit tadi pagi masih terngiang di telinganya."Sudah selesai?" tanya Radit sambil menyandarkan diri pada pintu ruangan Elina."Iya Pak Radit. Semuanya sudah selesai," jawab Elina, berusaha tetap tenang meskipun dalam hati ada rasa cemas yang mulai merayap."Kalau begitu, ikut dengan saya," ucap Radit, lalu melangkah ke pintu keluar dengan cepat, meninggalkan Elina yang masih terdiam beberapa detik."Baik Pak Radit," jawab Elina akhirnya, merasa bingung tetapi tak ingin terlihat ragu. Ia pun mengikutinya.Namun, langkah kaki Elina yang terburu-buru itu tak terlepas dari pandangan orang-orang di sekelilingnya. Beberapa rekan kantornya menatapnya dengan mata penuh rasa penasaran. Ada yang tersenyum simpul, ada juga yang menggelengkan kepala seolah-olah tahu sesuatu yang tak diketahui Elina. Namun, ia hanya bisa melanjutkan langkah

    Last Updated : 2025-02-25

Latest chapter

  • ASI Untuk Bosku   Bab 73 Menyewa Pengacara

    Akhirnya Elina keluar dari ruangan Dani dengan langkah berat. Ada kegelisahan yang tak bisa ia redam sejak pertemuan singkat itu. Bela, wanita yang tadi bersamanya, memancarkan aura yang membuat dada Elina semakin sesak. Ada yang janggal. Dan kini, hanya satu orang yang bisa ia percaya untuk membicarakan semua ini—Kina.Ia menarik napas dalam-dalam, lalu menghubungi sahabatnya itu."Halo, Kina?""Elina, kamu sudah lihat berita hari ini, kan?" Suara Kina terdengar cemas, bahkan sedikit bergetar."Iya... Para wartawan sudah mengepung kantor. Aku tahu kamu pasti mau membicarakan soal Radit, bukan?" ucap Elina dengan lirih, namun mantap."Benar. Aku benar-benar khawatir. Siapa yang melaporkan dia ke polisi?" tanya Kina, seolah tak percaya hal itu bisa terjadi begitu cepat."Hanya ada satu kemungkinan. Ibu mertuaku," jawab Elina, dengan suara yang menegang. "Dia belum bisa menerima kenyataan soal kematian anaknya. Dan dia yakin, Radit adalah penyebabnya.""Astaga... Jadi itu sebabnya dia

  • ASI Untuk Bosku   Bab 72 Radit Di Tahan Kepolisian

    Suasana pagi itu terlalu hening untuk sebuah kompleks elit. Langit sedikit mendung, seolah ikut menahan napas menanti sesuatu pecah. Dan benar saja—suara sepatu berat memecah keheningan.Dua pria berpakaian sipil, dengan lencana hukum tergantung di dada mereka, berdiri di depan pintu rumah Radit. Tatapan mereka tajam, tak mengenal basa-basi.Radit membuka pintu. Jas rumah masih melekat di tubuhnya, rambutnya sedikit acak. Tapi matanya—matanya tajam, penuh tanya dan kewaspadaan."Ada apa ini?" suaranya datar, tapi otot rahangnya menegang.Salah satu petugas maju selangkah. “Pak Radit, Anda ditangkap atas tuduhan pembunuhan terhadap saudara Dimas.” Ia menyodorkan surat penangkapan.Darah Radit seperti berhenti mengalir. Tangannya mengepal, kuku-kukunya menancap di telapak. “Apa?” gumamnya. “Saya tidak bersalah. Saya punya bukti…”“Kami tidak bisa debat di sini, Pak. Anda bisa jelaskan di kantor. Ikuti kami dengan tenang.”Radit menatap surat itu sekilas, lalu mata polisi itu. Jantungnya

  • ASI Untuk Bosku   Bab 71 Siapa Yang Meneror?

    Radit mengantar Elina pulang ke rumah kontrakannya. Sepanjang perjalanan, suasana di antara mereka terasa sunyi namun nyaman. Hanya suara angin dari jendela mobil yang terbuka sedikit, mengisi ruang di antara kata-kata yang tak terucap.Sebelum Elina turun, Radit sempat melirik ke arah wanita itu—matanya masih terlihat sedikit sembap setelah berziarah ke makam suami dan anaknya."Kamu nggak mau mampir dulu ke rumahku?" tawar Radit, suaranya pelan tapi penuh harap.Elina menggeleng halus. "Tidak, Radit."Radit menghela napas pendek, lalu berkata dengan nada tenang tapi sedikit penasaran, "Memangnya kamu nggak rindu dengan Jio?"Pertanyaan itu seperti paku kecil yang mengetuk hatinya. Elina tak langsung menjawab. Ia hanya menatap keluar jendela mobil, memperhatikan angin yang menggoyangkan ranting pohon. Diamnya bukan karena tidak ingin menjawab, tapi karena emosinya masih terlalu campur aduk."Lain kali, aku akan datang ke sana," jawabnya akhirnya."Baiklah. Aku tunggu kamu datang ke s

  • ASI Untuk Bosku   Bab 70 Rasa Bersalah Radit

    Elina bersama dengan Radit kini sudah berada di pekarangan rumah yang sedikit agak mewah namun terlihat sederhana.Elina menggenggam tangan Radit untuk memberikan kekuatan agar bisa masuk ke dalam rumah tersebut."Ayo kita masuk ke dalam."Radit hanya mengangguk saja, dia berjalan bersama dengan Elina menuju ke arah rumah mantan ibu mertuanya."Permisi," ujar Elina dengan sopan.Sampai muncul Sari membuka pintu rumah ini. Dia yang memang sudah tahu tentang Elina pun langsung tersenyum tipis dan menyambutnya."Iya, Nona Elina.""Apa Bunda ada dalam?" tanya Elina dengan sopan."Ada non," jawab Bi Sari sambil mempersilakan Elina untuk masuk ke dalam rumah mewah itu.Elina tersenyum tipis sambil melirik ke arah Radit yang ada di sampingnya. "Ayo kita masuk."Radit hanya mengangguk dan mereka berdua akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam rumah tersebut.Baru juga di ambang pintu, Winda sudah menatap tajam ke arah Elina dan Radit."Kamu sudah berani membawa pembunuh ini ke rumahku, Elina?

  • ASI Untuk Bosku   Bab 69 Setelah Acara Selesai

    Acara pesta penyambutan untuk Lisa baru saja usai. Malam itu terasa panjang dan melelahkan, tapi juga penuh kelegaan. Radit kini duduk di balik kemudi, mengantar Elina kembali ke kontrakan lamanya. Sepanjang perjalanan, keduanya terdiam. Hanya suara mesin dan gemuruh hujan tipis di kaca mobil yang menemani.Padahal, Radit sudah beberapa kali memintanya tinggal bersama. Tapi Elina masih belum bisa sepenuhnya membuka hatinya, luka masa lalu masih membekas—dan malam ini, segalanya belum benar-benar selesai.“Aku nggak nyangka akhirnya Lisa ditangkap juga,” ucap Radit, memecah keheningan, suaranya terdengar hati-hati. “Kamu senang sekarang?”Elina hanya mengangguk. Tatapannya tertuju pada jalanan gelap di luar jendela.“Aku senang,” jawabnya pelan. “Jangan bilang kamu nggak senang? Bukannya selama ini kamu selalu ada di pihak dia?”Nada suaranya terdengar getir. Radit menoleh sejenak, dan tersenyum tipis ketika menyadari—itu bukan kemarahan. Itu cemburu. Hal yang jarang sekali Elina tunju

  • ASI Untuk Bosku   Bab 68 Lisa Ditangkap Polisi

    Pak Bambang berdiri mematung di tengah ruangan, wajahnya pias. Seluruh tubuhnya bergetar menahan amarah yang nyaris meledak."Aku kecewa denganmu, Lisa…" suaranya berat, teredam luka dan rasa malu yang menghantam harga dirinya di depan para tamu penting.Lisa mencoba melangkah mendekat. "Ayah… dengar dulu penjelasanku—""Cukup!" bentak Pak Bambang dengan suara lantang yang memotong seluruh kegaduhan. "Aku sudah cukup malu hari ini. Sudahi saja pestanya!"Tanpa menunggu reaksi siapa pun, ia membalikkan badan dan pergi, meninggalkan bayangan kebesaran nama keluarga yang kini ternoda oleh darah dan dusta.Lisa berdiri di tengah ruangan. Seluruh mata tertuju padanya, bukan lagi dengan rasa kagum, tapi penuh cemoohan dan bisik-bisik sinis.Matanya menatap dua sosok yang berdiri tak jauh—Radit dan Elina. Sorotnya membara."Kalian… Ini pasti ulah kalian berdua!" pekik Lisa, telunjuknya menuding tajam.Elina menatapnya datar, satu alis terangkat. "Aku bahkan nggak tahu soal video itu. Jangan

  • ASI Untuk Bosku   Bab 67 Mempermalukan Lisa Di Pesta

    Elina menoleh tajam ke arah Radit yang kini berjalan mendekatinya, terlihat santai seolah tidak terjadi apa-apa. Ia menyilangkan tangan di depan dada, ekspresi wajahnya jelas menunjukkan kekesalan."Habis dari mana? Lama sekali," sindir Elina, nada suaranya dingin tapi tajam.Radit hanya menanggapi dengan senyuman kecil. Ia sudah cukup mengenal Elina untuk tahu bahwa wanita itu sedang menahan amarah."Aku tadi ngobrol sebentar sama Rian. Hanya bahas hal kecil," jawab Radit ringan, seolah ingin meredam suasana.Elina menaikkan alis, pandangannya tajam menelisik. "Hal kecil? Sepertinya bukan gaya kamu bicara seperti itu. Kamu merencanakan sesuatu, kan?"Radit menatapnya sejenak, lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Elina. "Rahasia," bisiknya pelan, membuat bulu kuduk Elina meremang, entah karena kesal atau karena detak jantung yang tiba-tiba melonjak.Elina menghela napas pelan sambil tersenyum miring. Tunggu saja, Kina pasti bakal bocorin semuanya nanti malam, batinnya.Baru saja ia he

  • ASI Untuk Bosku   Bab 66 Persiapan Datang Ke Pesta

    Elina berdiri di depan cermin, memperhatikan refleksi dirinya yang tampak sempurna malam itu. Gaun elegan berwarna merah marun membalut tubuhnya dengan anggun, rambutnya disanggul rapi, dan sentuhan makeup di wajahnya menambah kesan menawan. Setelah memastikan semuanya terlihat sempurna, ia mengambil tas branded favoritnya dan melangkah keluar dari kamar.Di luar, mobil hitam milik Radit sudah terparkir di halaman. Elina hanya melirik sekilas, namun jantungnya berdetak sedikit lebih cepat—ia tahu, malam ini akan menjadi malam yang panjang.Tak lama, pintu mobil terbuka dan Radit keluar dengan penampilan rapi mengenakan jas hitam. Dia menatap Elina seolah melihat sesuatu yang langka.“Cantik,” ucapnya dalam hati, nyaris terucap di bibir.Elina menyadari tatapan Radit yang tak biasa. Ia menautkan alis, merasa aneh dengan cara lelaki itu memandangnya.“Heh, Radit,” tegurnya sambil tersenyum kecil, sedikit menggoda.Radit tersentak dari lamunannya. “Ah, maaf… ayo, kita berangkat,” ucapnya

  • ASI Untuk Bosku   Bab 65 Elina Pulang Ke Kontrakan

    Elina kini tinggal sendiri di kontrakan barunya. Rumah sederhana yang ia pilih bukan karena nyaman, tapi karena jauh dari Radit—seseorang yang dulu pernah begitu dekat, tapi kini justru menjadi alasan utama ia menghindar dari masa lalu.Angin sore berembus pelan, menerpa tirai jendela yang setengah terbuka. Hening, sampai sebuah ketukan pintu tiba-tiba memecah keheningan.Tok… tok… tok…"Sebentar!" serunya.Langkah Elina cepat tapi hati-hati. Ia membuka pintu dan mendapati seorang kurir berdiri dengan sebuah paket berbungkus rapi di tangan."Maaf Bu. Mohon terima ini, dan jangan lupa tandatangani."Elina mengernyit. "Paket dari siapa? Saya tidak merasa pesan apa-apa."Kurir itu hanya mengangkat bahu. "Dari seseorang. Saya tidak tahu, maaf. Saya harus lanjut, permisi."Tanpa sempat menolak, Elina menerima paket itu. Pintu ditutup kembali, tapi pikirannya justru terbuka lebar oleh rasa penasaran yang mengganggu."Siapa yang kirim ini?" gumamnya, menatap bungkusan itu seakan bisa menjawa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status