Home / Romansa / ASI Untuk Putra Sang CEO / Menjadi Ibu Susu Putra CEO

Share

Menjadi Ibu Susu Putra CEO

Author: Zinnia Azalea
last update Last Updated: 2024-11-10 23:00:52

Hasil tes kesehatan Alana sudah keluar. Elzaino membacanya dengan saksama. Di sana diterangkan jika Alana dalam kondisi sehat dan tidak sedang menderita penyakit apapun, terutama penyakit yang bisa ditularkan melalui ASI. Selain itu, Alana memiliki golongan darah dan resus yang sama dengan Arga. Ini tentu kabar baik karena tubuh Arga tidak akan kuning jika menerima susu dari Alana.

"Kamu nggak salah mau pembantu itu yang menyusui Arga?" Meri, ibu Elzaino tampak tak menyetujui ide dari putranya.

"Bu, aku yang paling tahu tentang kebutuhan anakku," Elzaino menoleh ke arah sang ibu yang saat ini ada di dalam kamarnya.

"Paling tahu? Tahu apa kamu, El? Kamu ini ayah baru. Tahu apa tentang perbayian? Ini ibu kamu, sudah khatam tentang anak. Emang kamu nggak takut pembantu itu nularin penyakit ke anak kamu?" sergah Ibu Meri dengan raut wajah judesnya. Ia duduk sembari melipat tangannya di dada.

"Bu, dia bukan asisten rumah tangga lagi. Dia ibu susu Arga sekarang, namanya Alana. Aku sudah memastikan semuanya dan Alana sehat jasmani dan rohaninya. Ia juga berasal dari keluarga baik-baik. Jadi tolong jangan persulit semuanya,” kata Elzaino mengultimatum ibunya.

"Tapi tetap aja dia mantan babu!" Adik Elzaino yang bernama Mireya menimpali. Ia duduk dan menyilangkan kakinya di sofa yang ada di kamar kakaknya.

"Reya, tolong yang sopan kalau bicara!" Elzaino tampak tidak suka mendengar ucapan adiknya.

"Lah, kenapa? Emang bener babu kan? Ya, realistis aja sih, Kak. Kakak bisa kan nyari ASI di bank ASI?" timpal Mireya dengan entengnya.

"Jangan pernah merendahkan profesi orang lain, Reya. Kakak tidak suka. Dan satu lagi, ini bukan Amerika. Tidak ada bank ASI di sini!" Elzaino mendecakkan lidahnya kesal.

Mireya hanya memutar bola matanya. Ia memang baru saja selesai menimba ilmu di negara Paman Sam itu dan kembali ke Indonesia untuk tinggal bersama kakak dan ibunya.

"Kalian tidak usah khawatir. Aku pastikan Arga aman disusui oleh Alana," Elzaino berdiri dari duduknya dan membuka tirai jendela kamar. Ia memandang ke luar sana dengan tatapan nanar.

Ibu Meri begitu tahu apa yang dipikirkan putranya. Ia berdiri dari duduknya dan menepuk-nepuk punggung putra pertama yang menafkahi dirinya dan Mireya.

"Lupakan wanita sampah itu, El!" geram Meri dengan alias tertaut ketika mengingat Amanda, sang menantu.

"Dia masih istriku, Bu. Darahnya mengalir pada tubuh Arga," ujar Elzaino tanpa mengalihkan tatapannya.

"Bagaimana kalau Arga itu adalah anak dari mantan kekasih istrimu, Kak?" tanya Mireya dengan entengnya.

Elzaino menyergah napas kasar, benar-benar tak punya energi untuk menanggapi ucapan asal adiknya itu. "Arga adalah putraku!" katanya dengan nada tajam.

"Kamu salah, Mireya. Arga mirip dengan kakakmu. Tentu saja Arga adalah anak dari kakakmu!" Meri ikut membantah. Ia yakin jika Arga adalah cucunya mengingat wajah bayi itu mengingatkannya pada Elzaino kala bayi.

"Terserah kalian deh. Lagian kakak ngapain masih berharap sama istri kakak yang udah berkhianat? Udahlah move on aja, Kak. Uang kakak banyak, perusahaan di mana-mana, wajah juga tampan. Wanita mana pun pasti bisa kakak dapetin. Jangan uring-uringan kaya anak kecil gini!"

Mireya berdiri dari duduknya dan melipat tangannya di dada. Gadis berambut sepunggung itu tampak tak suka dengan keterpurukan yang dirasakan oleh sang kakak.

Elzaino hanya mendengus.

"Kamu tahu sekarang Amanda di mana?" tanya ibu Meri, mencoba mencairkan suasana yang tegang.

"Dia di Amerika bersama pria bajingan itu," desis Elzaino dengan gurat kemarahan yang amat jelas.

"Jadi, apa rencanamu?" tanya Ibu Meri memastikan.

"Aku tidak tahu. Fokusku saat ini adalah Arga," Elzaino keluar dari dalam kamarnya meninggalkan ibu beserta adiknya.

***

Alana membaca kontrak kerja yang disodorkan oleh Ziyan. Alana meneliti kata demi kata dari surat kontrak kerja itu. Ia diwajibkan untuk tinggal di rumah itu demi memberikan ASI kapan pun pada Arga. Alana juga yang bertugas menjadi babysitter untuk bayi yang masih merah itu. Di samping itu, makanan dan minuman Alana harus bergizi dan diatur oleh dokter keluarga Elzaino.

"Bagaimana, Alana?" Tanya Ziyan saat melihat Alana sudah selesai membaca kontrak kerjanya.

"Aku menerima pekerjaan ini, Tuan," ucap Alana dengan tersenyum.

"Baiklah, silahkan tanda tangan di atas materai." Ziyan menunjuk materai yang telah tertempel di surat perjanjian kerja itu.

Alana pun segera menandatangani kontrak kerja baru. Alana tersenyum mengingat gajinya yang sangat besar. Ia akan menabung dan menggunakan uang itu jika ia pensiun dari rumah Arga. Ia hanya akan menyusui selama dua tahun saja. Setelah itu, Alana tak tahu bagaimana nasibnya. Jadi, ia harus benar-benar mengatur keuangannya dengan baik.

"Kamar kamu juga pindah ke kamar yang sama dengan Tuan Arga, Alana. Kamu harus terjaga jika Tuan Arga menginginkan susu. Kamu tidak perlu mengambil baju-bajumu. Tuan El sudah menyiapkan baju-baju baru untukmu. Itu semua dilakukan agar semuanya steril dan supaya barang lamamu tidak membawa bakteri atau kuman jahat ke kamar Tuan Arga," lanjut Ziyan lagi.

Alana hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban jika dirinya mengerti. Setelah dirasa selesai, Ziyan segera mempersilahkan Alana untuk ke kamar Arga. Wanita itu pun diminta untuk mandi terlebih dahulu sebelum menggendong Arga. Meskipun diatur dengan ketat, Alana tidak memprotes. Ia tahu semua ini dilakukan demi tuan mudanya itu.

Alana didampingi oleh babysitter yang ditunjuk Elzaino sebelumnya. Babysitter yang terlihat sudah berumur senja itu adalah kepercayaan keluarga Elzaino dan telah berpengalaman dalam mengurus Mireya sebelumnya.

Setelah membersihkan diri, Alana menggendong Arga yang menangis meminta susu. Wanita itu pun segera menyusui bayi malang itu dengan lembut. Sesekali Alana bersholawat sembari menyusui bayi Arga yang lahap meminum ASI miliknya.

Mata Alana menganak sungai. Wanita itu teringat akan bayinya yang sudah tiada. Andai saja sang anak masih ada, tentunya ia tidak sebatang kara dan masih mempunyai seseorang untuk pelipur lara serta pelepas lelahnya.

"Andai kamu masih ada, Nak…," Alana menggigit bibirnya, berusaha agar air matanya tidak keluar dan membasahi Arga yang tengah menyusu padanya.

"Semoga kamu sedang bahagia di surga, Nak," lirih Alana sembari menatap Arga di pelukannya.

Hatinya bagai teriris sembilu, harusnya Alana menyusui anaknya. Tapi memang nasib tidak dapat dipungkir, takdir tak dapat ditolak, Alana harus merelakan sang anak pertama pergi keharibaan yang kuasa untuk selamanya….

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Tak Ingin Alana Sakit

    Sejak kedatangan Amanda, Meri begitu mencemaskan keadaan sang cucu. Meri takut, Amanda akan berbuat nekat untuk mengambil Arga dari sisi keluarganya. Meri berjalan ke arah kamar Arga dan Alana. Wanita modis itu membuka pintu kamar Arga sedikit, ia tersenyum saat melihat Arga sedang berceloteh dan bercanda dengan Alana. Lagi-lagi hatinya menghangat karena Alana. "Alana," Panggil Meri lembut "Iya, Nyonya?" Alana menatap Meri yang sedang berjalan ke arahnya. "Terima kasih, Alana. Karena kamu telah menyayangi cucu saya sepenuh hati kamu," ucap Meri yang membuat Alana seakan tak percaya, karena Meri tak pernah mengatakan terima kasih kepada pekerjanya. "Sama-sama, Nyonya. Sudah kewajiban saya harus menjaga dan menyayangi Den Arga dengan sepenuh hati," Alana tersenyum yang membuat Meri semakin menyukai wanita cantik itu. "Saya akan membawa Arga ke taman, hanya di taman rumah ini. Saya ingin menghabiskan waktu dengan cucu saya," Meri berujar yang mirip sekali dengan meminta izin kepada

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Rencana Pergantian Tahun

    Elzaino berencana untuk merayakan pergantian tahun di villa pribadi miliknya yang ada di kota kembang. Villa itu terletak di kawasan asri dan dikelilingi kebun teh yang luas. Elzaino memang sengaja membelinya agar ia bisa membawa keluarganya menjauh sejenak dari hiruk pikuk perkotaan. Elzaino ingin menenangkan pikirannya dari segala masalah yang akhir-akhir ini menderanya."Seriusan Kak kita mau ke villa?" Tanya Mireya dengan mata yang berbinar.Kakak beradik itu kini berada dalam ruangan pribadi milik Elzaino. Mireya sendiri diminta datang ke ruangan pribadi kakaknya untuk menyampaikan hasil rapat tadi siang dengan perusahaan dari Amerika."Seriusan. Tapi semua kerjaan kantor udah beres kan?" Elzaino memastikan. Ia tak ingin pergi berlibur sementara pekerjaan di kantor belum rampung."Kakak ini tidak tahu apa kinerjaku seperti apa?" Mireya mengerucutkan bibirnya.Memang Elzaino begitu mengenali sifat pekerja keras adiknya. Bukan karena Mireya adalah adiknya lantas El menunjuk wanita

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Hari Pertama MPASI

    Pagi-pagi sekali Alana sudah berjibaku dengan apron warna putihnya. Hari ini, adalah hari pertama Arga MPASI. Wanita itu sangat fokus sekali dengan masakannya, hingga tak menyadari kedatangan Meri dan Mireya yang menghampiri dirinya. "Sedang apa, Sus? Serius sekali!" Mireya yang sedang libur itu bertanya kepada Alana seraya berdiri di samping Alana. Elzaino sudah dua hari ke luar kota, ia pun tak tahu Arga akan mulai MPASI hari ini. "Saya sedang memasak untuk Den Arga. Hari ini hari pertama MPASInya," jawab Alana dengan ceria. Mireya dan Meri merasa terkejut mendengar Arga yang sudah mulai fase MPASI. Mereka sangat sibuk sampai tidak sadar jika Arga sudah genap berusia enam bulan. "Kamu masak apa saja untuk Arga, Alana?" Meri memperhatikan makanan yang ada di dalam panci anti lengket itu. Meri sebenarnya merasa tak yakin dengan Alana, apakah wanita itu tahu gizi yang dibutuhkan oleh seorang bayi? Meri menatap isi panci itu, isinya adalah nasi, daging sapi, brokoli, dan tahu.

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Berusaha Memasuki Rumah Kenangan

    Handoko mendapatkan informasi jika sang putri datang ke kediaman Elzaino dengan bermaksud mengambil Arga. Tangan pria itu terkepal erat. Ia tak menyangka anaknya akan setidak tahu malu itu. Sudah mengkhianati sang suami, kini Amanda tak tahu malunya datang untuk mengambil Arga. Entah dari mana sikap tak tahu malunya itu diturunkan. "Pa?" Resti mengusap tangan kekar suaminya. "Hmm!" Handoko bergumam. "Papa sudah tahu kan teror yang menimpa kediaman kita?" Tanya Resti memastikan, ia yakin jika sang suami sudah tahu dengan apa yang diperbuat oleh Darren. "Tentu saja Papa tahu. Jangan hiraukan teror remeh seperti itu!" Handoko menjawab, akan tetapi matanya masih saja memindai pemandangan luar, pemandangan malam dengan terpaan angin sepoi yang membingkai wajahnya. Resti hanya diam tak menjawab. Tentu ia sudah sangat percaya dengan suaminya. Handoko akan selalu memastikan dirinya aman. "Ma, Amanda berusaha merebut Arga dari El. Papa sudah tak tahu di mana wajah Papa saat ini d

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Perasaan Bersalah

    Elzaino terus menyeret Amanda ke luar. Bahkan beberapa bodyguard membantu El karena Amanda yang kian memberontak dan menjadi-jadi. Amanda berteriak bak orang kesurupan. Dirinya tengah dikuasai emosi dan ambisi untuk bisa mendapatkan Arga sepenuhnya. "Lepaskan kamu jahat, Mas!" Teriak Amanda lagi diiringi dengan tangisan yang memilukan. Tubuhnya meronta meminta untuk dilepaskan. "Teganya kamu memisahkan ibu dan anaknya! Kamu malah mendekatkan putra kita dengan babu itu ketimbang aku sebagai ibu kandungnya!" Cicit Amanda lagi dengan penuh amarah. Meri dan Mireya yang ikut menyaksikan Amanda di seret hanya menatap wanita itu penuh dengan kebencian. Meri ingin sekali menjambak rambut Amanda lagi, ia belum puas. Para Bodyguard segera mendorong tubuh Amanda di area halaman depan. Tubuh wanita itu basah kuyup karena terkena hujan yang turun dengan lebat. "Pergi kamu, j4lang! Berhenti mengusik kehidupan putraku! Kau bukan bagian dari keluarga kami lagi," suara Meri menggelegar, menamb

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Roda Yang Berputar

    Darmi, Dani dan Annida mengalami hari-hari yang sulit di rumah Ratmi, adik dari Dani. Keluarga dari Heri itu hanya mengandalkan makan dari emas yang dijual oleh Darmi. Beruntung ada gelang dan cincin yang menempel di badannya sehingga barang itu tak disita oleh Arman, si bandar judi."Gimana ini Pak, uang kita sebentar lagi habis," ucap Darmi sembari menghitung uang pecahan dua puluh ribu rupiahan. Dani menoleh ke arah uang yang dipegang oleh istrinya. Ia menghembuskan nafasnya kasar, merasa tak berdaya dengan keadaan sulit yang tengah membelenggu keluarganya. Kemudian netra pria yang sudah senja itu menatap pada putri bungsunya yang tengah rebahan sembari tertawa melihat gadgetnya. Dani kemudian bangkit dan menghampiri sang putri yang sudah lulus sarjana itu. "Nida, apa kamu tidak ingin bekerja membantu perekonomian keluarga kita yang tengah carut marut?" Tanya Dani dengan mata tajam.Seumur hidup Annida memang gadis itu kerap dimanjakan oleh Dani dan Darmi. Annida belum pernah ke

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status