Kami akhirnya sampai di London di malam berikutnya. Padahal, Aquilla mengatakan hanya butuh waktu kurang lebih enam jam untuk sampai di London.
Keterlambatan ini terjadi karena beberapa kali Aquilla harus mengendarai Van ini dengan kecepatan lambat bahkan terasa seperti sedang merayap. Hal tersebut dikarenakan jalan yang kami lalui dipenuhi oleh bangkai-bangkai mobil yang berserakan hingga tidak bisa dilewati begitu saja dengan kecepatan tinggi.
“Yeah, aku jadi bisa membayangkan betapa hebohnya pada saat virus itu mewabah ke seluruh Inggris.” Jake berkomentar setelah ia keluar dari Van. Mata tajamnya yang berwarna emas itu menatap horizon. “Berusaha menghindari kota yang dipenuhi oleh wabah dengan mobil, bertemu dengan para Ghoul di tengah perjalanan dan berakhir menjadi mangsa. Meninggalkan onggokan besi itu seorang diri di jalanan dingin nan sepi itu.”
Aku mengernyit, b
Fajar hampir tiba namun Yoon Seonghwa belum aja datang untuk menemui kami. Hal tersebut sukses membuat Jake mengumpat, dan Aquilla hanya terdiam dengan wajah tenangnya. Namun, aura yang dikeluarkan oleh Aquilla membuat tidak nyaman siapa pun yang berada di dekatnya.Dan sedari tadi, insting Seraphieku terus mengeluarkan peringatan untuk bergegas mencari tempat persembunyian yang aman untuk tidur. Tapi, aku tidak bisa tenang begitu saja untuk tertidur ketika salah satu dari kami menghilang.“Apa sebaiknya kita pergi mencarinya?” Jake akhirnya menanyakan sebuah pertanyaan yang selalu aku pikirkan selama lusinan menit yang lalu. Dia menatap kesal pada Aquilla, terlihat bertolak belakang dengan pertanyaannya. “Ini hanya dugaanku, sepertinya ada sesuatu di kota ini.”Aku mengangguk setuju karena memikirkan hal yang sama seperti pendapat Jake. Aku menoleh pada Aquilla yang berd
Kali ini ada sedikit perasaan aneh pada saat terbangun di malam berikutnya.Mungkin karena ini adalah pertama kalinya aku tidur dengan menguburkan diri ke dalam tanah, ada sebuah rasa ketidaknyamanan yang menggerogoti tubuhku. Tapi anehnya, aku masih dapat tertidur dengan nyenyak,Melesak untuk keluar dari gundukan tanah dan kemudian membersihkan sisanya pasir yang menyangkut di rambut dan juga jubahku, aku menatap sekitarku. Sunyi, hanya ada suara angin yang berembus dan samar-samar suara desisan para makhluk kurus kering dari arah kota sana. Mataku kembali mengitari sekitarku, mencari-cari keberadaan dua laki-laki yang menjadi teman perjalananku saat ini.Aku sendirian di sini. Tidak mengetahui dengan pasti keberadaan Aquilla dan Jake yang sedang tertidur di mana. Walaupun begitu, aku dapat merasakan sebuah tarikan, tidak, ada tiga tarikan yang salah satunya dari arah yang berlawanan. Mungkin
Bau Darah hampir membuatku jatuh ke dalam kegilaan jika saja Aquilla tidak menepuk pundakku setiap kali tubuhku hampir meluruh.Aku tidak tahu apa yang anggota sekte ini lakukan. Tapi, hampir di setiap sudut bangunan ini tercium bau darah manusia yang sangat menyengat. Jangka waktu dari darah itu bervariasi, bercampur dengan bau lumut dan juga jamur yang membuat pusing siapa pun yang memiliki penciuman yang tajam.Samar-samar telingaku mendengar suara beberapa orang yang meneriakkan kalau mereka menyesal dan ingin meminta pengampunan dari Reptilian. Bukan pada Nebula.“Tempat ini sangat menjijikkan!” Jake memaki sembari menutupi hidungnya dengan lengan bajunya. “Aku tidak memperhitungkan ini saat mengintai tadi. Maaf.”Lusinan menit yang lalu, setelah ucapan Aquilla yang meminta kami untuk bersiap-siap jika terjadi sesuatu dengan Yoon Seonghwa, kami akhirnya m
Semakin masuk ke dalam bangunan ini, suara-suara teriakan dan rintihan yang berasal dari lorong dengan banyak pintu tersebut tak terdengar lagi. Digantikan dengan suara-suara seperti sekelompok orang yang sedang memberikan pujian melalui lagu.Aku pernah melihat adegan seperti ini di film-film yang kutonton di waktu libur pelatihan. Mereka pasti sedang melompat-lompat dengan kedua tangan yang direntangkan ke atas. Berceloteh dalam nyanyian dengan penuh suka cita, tanpa tahu kalau perbuatan mereka benar-benar melenceng dari kepercayaan yang telah ada.“Dari luar, bangunan ini tampak kecil, tapi dalamnya seluas ini,” Jake mengomentari bangunan ini sejak beberapa menit yang lalu. “Dan juga... apa yang sedang kita lakukan di sini?”Rasanya aku ingin memukul kepalanya karena menanyakan sebuah pertanyaan yang tidak masuk akal dan yang pasti sudah mendapatkan jawabannya. Namun sepertinya
Setelah melewati sekian banyak drama yang penuh goncangan mental. Akhirnya kami kembali melanjutkan penelusuran terhadap gedung ini. Kami melebur dengan bayangan, berusaha untuk menutupi hawa keberadaan walaupun sebenarnya cukup susah jika mengingat ada seorang manusia bersama kami.Namun sampai saat ini, entah karena beruntung atau mereka terlalu bodoh, keberadaan kami tidak mereka sadari sama sekali. Padahal, sesekali Jake dan Ahin beradu argumen perihal memusnahkan mereka secara total atau tidak. Aquilla pun tampaknya tidak terlalu mempermasalahkan keributan itu. Mungkin pria itu diam-diam sudah melakukan sesuatu agar keberadaan kami tidak bisa dirasakan oleh orang lain atau sejenisnya.“Setidaknya biarkan aku meminum darah mereka! Aku sudah mulai merasa lapar tanpa sebab.” Jake akhirnya merengek setelah sekian banyak perdebatan tak berguna dengan Ahin.“Tidak boleh!”
Tidak ada bedanya ketika bertarung dengan sekumpulan ghoul. Bertarung melawan para manusia terasa sedikit lebih sulit karena mereka, manusia, bisa menghindari tebasan katanaku dengan mudah dan terkadang mereka menggunakan taktik untuk bertarung dengan makhluk immortal sepertiku.Tapi tetap saja, aku sedikit lebih unggul dari mereka. Memiliki pengalaman terlibat pertarungan jarak dekat, seorang anggota militer divisi khusus, membuatku lebih mudah mengalahkan mereka yang empat kali lipat besar badannya daripada aku. Sayangnya lorong ini terlalu sempit untuk dijadikan area pertarungan bersenjata yang berdarah.Pertarungan itu hanya menghabiskan waktu setengah jam karena kegesitan Ahin dan juga Aquilla yang mampu menebas tiga orang sekaligus dengan pisau lipatnya. Belum lagi Jake yang menyerang dengan sangat brutal dan mematikan. Sebuah pertarungan dengan jumlah lawan yang tidak seimbang, dimenangkan d
Dan aku menyesali keputusanku sendiri setelah mendengar peringatan dari Aquilla.Begitu masuk ke dalam ruangan dengan pintu berdaun dua itu, tanpa mempersiapkan diri untuk sebuah kejutan, tubuhku membeku total, seakan-akan ada sebuah balok es yang tertanam di perut dan kepalaku. Bau amis darah sangat tercium dengan kuat di sini, seolah-olah ini adalah sebuah ruang operasi.Ruangan dengan banyak brangkar yang hampir memenuhi setiap sudut dan sisi. Dan brangkar tersebut tidaklah kosong, melainkan ada sebuah manusia yang bahkan aku tidak yakin jika mereka memang makhluk hampir sempurna tersebut yang terkadang berbuat kejam terhadap sesamanya.Mereka terikat di brangkar tersebut. Ada beberapa dari mereka hampir tak terbentuk, kulit mereka yang melepuh dan mengeriput seperti direndam oleh air dalam waktu yang lama. Jejak aliran dan cipratan darah tercecer di brangkar dan lantai. Dan ada beberapa cipr
Semuanya terjadi dengan begitu cepat dan penuh kekacauan.Pintu ruangan kecil ini setelah berhasil didobrak oleh makhluk menyeramkan itu, akhirnya dia bergerak menyerang kami secara membabi buta. Aku yang panik, segera mengamankan dokumen-dokumen yang sudah kupisahkan dan bergegas menghindari tangan berisi yang pucat tersebut yang memanjang bak selentur karakter Luffy di anime one piece. Itu mengerikan, sungguh. Bayangkan saja kau berada di posisiku. Seorang gadis remaja, berhadapan dengan makhluk menyeramkan yang bisa mengirimmu ke neraka kapan saja dan dengan begitu cepat. Manusia biasa mungkin sudah bergetar ketakutan dan berakhir mati mengenaskan dengan tubuh yang terbelah menjadi dua atau bahkan kepalanya hancur.Aquilla tentunya tidak tinggal diam, dia berusaha menebas tangan yang memanjang itu walaupun akhirnya sia-sia. Tangan yang terputus itu seketika tumbuh kembali seperti se