Share

BAB 17

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, Helsa segera turun ke bawah untuk makan bersama orang tuanya. Setelah satu bulan gak ketemu, malam ini bisa ngumpul lagi.

"Mama, Helsa boleh gak minta dibikinin puding?"

"Boleh dong sayang. Habis makan, mama cuss ke dapur. Tapi, ada syarat," kata Renata.

"Bantuin mama di dapur," pungkas ibu dan anak itu bersamaan.

Helsa selalu tahu jika Mamanya selalu memintanya untuk bantu di dapur, apalagi untuk makanan yang dimintanya.

"Papa selalu terbuang ya, kalau soal masakan." Raut wajah pria setengah baya itu mendadak cemberut , Helsa dan mamanya tertawa.

"Papa habis makan siram tanaman aja," ujar mamanya.

"Gabut banget papa siram tanaman jam segini," seru papa Helsa.

"Papanya Helsa milenial banget, bisa pakai kata gabut," tutu Helsa.

"Ini kan papanya Helsa," ucap pria itu dengan bangganya.

"Udah, ayo makan! Keburu dingin," ajak Renata menutupi percakapan ayah dan anak tersebut.

Suasana tampak hening di meja makan, hanya terdengar dentingan sendok dan garpu. Sampai akhirnya suara bell rumah berdering. Mbak Ana terlihat menuju pintu depan untuk membuka pintu, beberapa saat kemudian kembali.

"Siapa mbak?" tanya Yuda, Papa Helsa.

Mbak Ana terlihat sangat gugup untuk menjawab siapa tamunya. Rentenir kah? Oh, mana mungkin seorang Yuda Andrean didatangi rentenir.

"Itu," Mbak Ana masih juga gugup.

"Siapa mbak? Gugup banget," ujar Renata.

"Ada Akmal, pacarnya Helsa. Saya suruh masuk," ucap mbak Ana.

Renata dan Yuda saling melempar pandang pada anaknya, gadis itu begitu tegang ketika mbak Ana menyebut Akmal datang bertamu. Tidak biasanya seperti malam ini. Akmal akan selalu memberitahu jika ingin ke rumahnya.

"Biar papa yang temui dia," kata Yuda.

Helsa dan Mamanya tetap di meja makan. Helsa begitu penasaran dengan kedatangan kekasihnya. Ada apa?

***

"Selamat malam om," ucap Akmal ketika Yuda datang, dia tak lupa menyalim punggung tangan pria itu.

"Selamat malam, pak," ucap pria dewasa yang datang bersama Akmal. Namanya Mas Dirga, teman kerja tante Dila yang kebetulan dikenal baik oleh Akmal.

"Selamat malam," balas Yuda diselingi senyum hangat, seperti biasa.

"Sehat, Akmal?" tanya Yuda. Papa Helsa memang tidak seperti Mamanya yang melarang anaknya dekat dengan Akmal

"Sehat, om," jawabnya.

"Maaf, Pak, kami mengganggu waktu istirahat malam keluarga," ujar Mas Dirga.

Bicara soal Mas Dirga, kedatangan mereka malam ini tidak diketahui tante Dila. Akmal sengaja tidak mau memberitahu wanita tersebut.

"Kalau boleh saya tahu, ada hal penting apa yang membawa kalian kesini?" Yuda bertanya, mereka sudah dipersilahkan duduk.

"Jadi, maksud kedatangan kami kesini untuk membicarakan perihal permasalahan yang sedang dihadapi Akmal dan anak gadis bapak," seru Mas Dirga spontan.

"Permasalahan apa, Akmal?" tanya Yuda. Beliau masih terlihat tenang, tidak seperti istrinya yang begitu keras dan emosian, apalagi sudah membahas tentang Akmal.

"Om, sebenarnya saat ini Helsa sedang mengandung darah daging saya," sebutnya.

Deg !

Yuda mendadak diam. Mulutnya terasa kaku mendengar kabar ini, seperti mendengar kabar kematian orang yang dicintainya. Anaknya hamil?

"Kamu mau membohongi saya?" Yuda masih tenang.

"Sungguh, om. Saya kesini mau mempertanggung jawabkan perbuatan saya, maaf saya kecewakan om. Saya tidak menepati janji saya," ucap Akmal.

"Helsa!!!" Yuda memanggil anaknya dengan suara lantang.

Renata dan Helsa menemui mereka. Akmal dan Helsa saling beradu pandang, Helsa juga memberi pertanyaan melalui isyarat iris matanya.

"HELSA, JUJUR SAMA PAPA! APA KAMU SUDAH TIDUR BERSAMA AKMAL?"

Dia terkejut dengan pertanyaan papanya, bagaimana bisa papanya berbicara hal seperti ini?

"JAWAB HELSA!" tekan papanya.

Air matanya membendungi pelupuk mata. Disidak seperti ini, benar-benar perasaannya dibuat kalut. Yuda tidak pernah berbicara dengan nada kasar seperti barusan.

"Papa ngomong apa sih?!" Renata menengahi.

"HELSA! JAWAB PAPA ATAU PAPA BUNUH BAJINGAN ITU?!" desak Yuda mengancam.

Helsa melihat kearah Akmal, apa yang dilakukan pacarnya sekarang?

Akmal membalas tatapan itu, dia memberi isyarat agar Helsa mengiyakan pertanyaan papanya.

Luruh. Cairan bening yang dibendung sudah luruh. Helsa bersimpuh di hadapan papa nya,menangis tersedu-sedu disana.

"Maafin Helsa, Pa."

"Helsa?" lirih mamanya. Wanita itu duduk lemas di sofa, tindakan dan ucapan anaknya benar-benar sangat mengejutkan.

"Dan kamu hamil darah dagingnya?" Yuda melengos, tidak ingin melihat Helsa yang sedang menangis memohon ampun.

Helsa menelan salivanya kasar. Hamil? Apa ini bagian dari rencana Akmal supaya bisa menikah?

Gila!

"Maaf, Pak. Tidak baik memarahi wanita yang sedang berbadan dua, bisa menimbulkan stres," sanggah Mas Dirga.

Jika Helsa mempunyai kekuatan menghilang, sudah sejak tadi ia pergi, serta membawa pacarnya itu.

"Om, tante, Akmal bertanggung jawab atas janin di rahim Helsa," ucap Akmal

Ini lagi Akmal. Aktingnya sungguh luar biasa, awas saja dia. Helsa akan memarahinya habis-habisan

"ENGGAK! SAYA GAK MAU ANAK SAYA HIDUP BERSAMA KAMU!" pekik Renata begitu frustasi.

"Maaf, ibu. Anak itu membutuhkan ayahnya. Ibu tega memisahkan seorang anak dari ayahnya?" tanya mas Dirga.

Yuda memegang pundak anaknya, menarik pelan dagu Helsa. "Kamu mau hidup bersama Akmal?"

Helsa melihat Mamanya, wanita itu menggeleng keras dengan air matanya. Renata tidak mau, Renata tidak ingin Helsa hidup bersama Akmal.

Setelahnya gadis itu mengangguk, ia mau hidup bersama pacarnya.

"Helsa, lihat Mama! Tarik kemauan kamu untuk hidup bersama Akmal," jerit Renata.

"Ma, Helsa mau sama Akmal," tangkas Helsa. Sorot matanya memohon pada Renata.

Yuda beralih memandang Akmal. "Akmal, om kecewa sama kamu. Tapi apa boleh buat jika sudah seperti sekarang," ungkap Yuda.

"Papa! Helsa tetap disini, nggak ada yang boleh pergi," tangis Renata pecah. Wanita paruh baya itu tidak ikhlas jika putri semata wayangnya harus menikah dengan laki-laki itu.

"Pulang, pergi dari rumah saya!" teriak Renata, mengusir Akmal. "Saya tidak mau anak saya hidup bersama kamu."

Helsa menangis, bangun dari hadapan Papanya, lalu dengan cepat memeluk Akmal.

"Nggak, Ma! Kalau Akmal pergi, Helsa ikut," tekad Helsa. Akmal membalas pelukan itu.

"Helsa!!" Renata menarik tangan Helsa, namun gadis itu tetap memeluk Akmal begitu kencang.

"Sini, sayang. Kembali sama Mama," pinta Renata.

"Papa, bilang sama Mama, Helsa maunya sama Akmal," tangisnya.

Sebegitu kuatnya Helsa membela Akmal di hadapan orang tuanya. Gadis itu hanya mau bersama pacarnya. Ya, Helsa hanya ingin bersama Akmal.

"Om Yuda, izinkan saya menikahi Helsa," ucap Akmal tiba-tiba saja.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status