Share

BAB 17

Author: LANGIT JINGGA
last update Last Updated: 2022-04-07 15:07:57

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, Helsa segera turun ke bawah untuk makan bersama orang tuanya. Setelah satu bulan gak ketemu, malam ini bisa ngumpul lagi.

"Mama, Helsa boleh gak minta dibikinin puding?"

"Boleh dong sayang. Habis makan, mama cuss ke dapur. Tapi, ada syarat," kata Renata.

"Bantuin mama di dapur," pungkas ibu dan anak itu bersamaan.

Helsa selalu tahu jika Mamanya selalu memintanya untuk bantu di dapur, apalagi untuk makanan yang dimintanya.

"Papa selalu terbuang ya, kalau soal masakan." Raut wajah pria setengah baya itu mendadak cemberut , Helsa dan mamanya tertawa.

"Papa habis makan siram tanaman aja," ujar mamanya.

"Gabut banget papa siram tanaman jam segini," seru papa Helsa.

"Papanya Helsa milenial banget, bisa pakai kata gabut," tutu Helsa.

"Ini kan papanya Helsa," ucap pria itu dengan bangganya.

"Udah, ayo makan! Keburu dingin," ajak Renata menutupi percakapan ayah dan anak tersebut.

Suasana tampak hening di meja makan, hanya terdengar dentingan sendok dan garpu. Sampai akhirnya suara bell rumah berdering. Mbak Ana terlihat menuju pintu depan untuk membuka pintu, beberapa saat kemudian kembali.

"Siapa mbak?" tanya Yuda, Papa Helsa.

Mbak Ana terlihat sangat gugup untuk menjawab siapa tamunya. Rentenir kah? Oh, mana mungkin seorang Yuda Andrean didatangi rentenir.

"Itu," Mbak Ana masih juga gugup.

"Siapa mbak? Gugup banget," ujar Renata.

"Ada Akmal, pacarnya Helsa. Saya suruh masuk," ucap mbak Ana.

Renata dan Yuda saling melempar pandang pada anaknya, gadis itu begitu tegang ketika mbak Ana menyebut Akmal datang bertamu. Tidak biasanya seperti malam ini. Akmal akan selalu memberitahu jika ingin ke rumahnya.

"Biar papa yang temui dia," kata Yuda.

Helsa dan Mamanya tetap di meja makan. Helsa begitu penasaran dengan kedatangan kekasihnya. Ada apa?

***

"Selamat malam om," ucap Akmal ketika Yuda datang, dia tak lupa menyalim punggung tangan pria itu.

"Selamat malam, pak," ucap pria dewasa yang datang bersama Akmal. Namanya Mas Dirga, teman kerja tante Dila yang kebetulan dikenal baik oleh Akmal.

"Selamat malam," balas Yuda diselingi senyum hangat, seperti biasa.

"Sehat, Akmal?" tanya Yuda. Papa Helsa memang tidak seperti Mamanya yang melarang anaknya dekat dengan Akmal

"Sehat, om," jawabnya.

"Maaf, Pak, kami mengganggu waktu istirahat malam keluarga," ujar Mas Dirga.

Bicara soal Mas Dirga, kedatangan mereka malam ini tidak diketahui tante Dila. Akmal sengaja tidak mau memberitahu wanita tersebut.

"Kalau boleh saya tahu, ada hal penting apa yang membawa kalian kesini?" Yuda bertanya, mereka sudah dipersilahkan duduk.

"Jadi, maksud kedatangan kami kesini untuk membicarakan perihal permasalahan yang sedang dihadapi Akmal dan anak gadis bapak," seru Mas Dirga spontan.

"Permasalahan apa, Akmal?" tanya Yuda. Beliau masih terlihat tenang, tidak seperti istrinya yang begitu keras dan emosian, apalagi sudah membahas tentang Akmal.

"Om, sebenarnya saat ini Helsa sedang mengandung darah daging saya," sebutnya.

Deg !

Yuda mendadak diam. Mulutnya terasa kaku mendengar kabar ini, seperti mendengar kabar kematian orang yang dicintainya. Anaknya hamil?

"Kamu mau membohongi saya?" Yuda masih tenang.

"Sungguh, om. Saya kesini mau mempertanggung jawabkan perbuatan saya, maaf saya kecewakan om. Saya tidak menepati janji saya," ucap Akmal.

"Helsa!!!" Yuda memanggil anaknya dengan suara lantang.

Renata dan Helsa menemui mereka. Akmal dan Helsa saling beradu pandang, Helsa juga memberi pertanyaan melalui isyarat iris matanya.

"HELSA, JUJUR SAMA PAPA! APA KAMU SUDAH TIDUR BERSAMA AKMAL?"

Dia terkejut dengan pertanyaan papanya, bagaimana bisa papanya berbicara hal seperti ini?

"JAWAB HELSA!" tekan papanya.

Air matanya membendungi pelupuk mata. Disidak seperti ini, benar-benar perasaannya dibuat kalut. Yuda tidak pernah berbicara dengan nada kasar seperti barusan.

"Papa ngomong apa sih?!" Renata menengahi.

"HELSA! JAWAB PAPA ATAU PAPA BUNUH BAJINGAN ITU?!" desak Yuda mengancam.

Helsa melihat kearah Akmal, apa yang dilakukan pacarnya sekarang?

Akmal membalas tatapan itu, dia memberi isyarat agar Helsa mengiyakan pertanyaan papanya.

Luruh. Cairan bening yang dibendung sudah luruh. Helsa bersimpuh di hadapan papa nya,menangis tersedu-sedu disana.

"Maafin Helsa, Pa."

"Helsa?" lirih mamanya. Wanita itu duduk lemas di sofa, tindakan dan ucapan anaknya benar-benar sangat mengejutkan.

"Dan kamu hamil darah dagingnya?" Yuda melengos, tidak ingin melihat Helsa yang sedang menangis memohon ampun.

Helsa menelan salivanya kasar. Hamil? Apa ini bagian dari rencana Akmal supaya bisa menikah?

Gila!

"Maaf, Pak. Tidak baik memarahi wanita yang sedang berbadan dua, bisa menimbulkan stres," sanggah Mas Dirga.

Jika Helsa mempunyai kekuatan menghilang, sudah sejak tadi ia pergi, serta membawa pacarnya itu.

"Om, tante, Akmal bertanggung jawab atas janin di rahim Helsa," ucap Akmal

Ini lagi Akmal. Aktingnya sungguh luar biasa, awas saja dia. Helsa akan memarahinya habis-habisan

"ENGGAK! SAYA GAK MAU ANAK SAYA HIDUP BERSAMA KAMU!" pekik Renata begitu frustasi.

"Maaf, ibu. Anak itu membutuhkan ayahnya. Ibu tega memisahkan seorang anak dari ayahnya?" tanya mas Dirga.

Yuda memegang pundak anaknya, menarik pelan dagu Helsa. "Kamu mau hidup bersama Akmal?"

Helsa melihat Mamanya, wanita itu menggeleng keras dengan air matanya. Renata tidak mau, Renata tidak ingin Helsa hidup bersama Akmal.

Setelahnya gadis itu mengangguk, ia mau hidup bersama pacarnya.

"Helsa, lihat Mama! Tarik kemauan kamu untuk hidup bersama Akmal," jerit Renata.

"Ma, Helsa mau sama Akmal," tangkas Helsa. Sorot matanya memohon pada Renata.

Yuda beralih memandang Akmal. "Akmal, om kecewa sama kamu. Tapi apa boleh buat jika sudah seperti sekarang," ungkap Yuda.

"Papa! Helsa tetap disini, nggak ada yang boleh pergi," tangis Renata pecah. Wanita paruh baya itu tidak ikhlas jika putri semata wayangnya harus menikah dengan laki-laki itu.

"Pulang, pergi dari rumah saya!" teriak Renata, mengusir Akmal. "Saya tidak mau anak saya hidup bersama kamu."

Helsa menangis, bangun dari hadapan Papanya, lalu dengan cepat memeluk Akmal.

"Nggak, Ma! Kalau Akmal pergi, Helsa ikut," tekad Helsa. Akmal membalas pelukan itu.

"Helsa!!" Renata menarik tangan Helsa, namun gadis itu tetap memeluk Akmal begitu kencang.

"Sini, sayang. Kembali sama Mama," pinta Renata.

"Papa, bilang sama Mama, Helsa maunya sama Akmal," tangisnya.

Sebegitu kuatnya Helsa membela Akmal di hadapan orang tuanya. Gadis itu hanya mau bersama pacarnya. Ya, Helsa hanya ingin bersama Akmal.

"Om Yuda, izinkan saya menikahi Helsa," ucap Akmal tiba-tiba saja.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 126

    Lima hari sudah Adryan tidak kembali ke rumah. Kata Bunda, pria itu sedang berada di apartemen. Bunda sudah memberikan kotak berisi testpack padanya. Entah kenapa, tidak ada reaksi apapun dari pria itu.Setelah pulang mengantarkan Devan ke sekolah, wanita yang kini berbadan dua itu mampir kesana. Kebetulan letak Cafe itu tak jauh dari sekolahan anaknya.Helsa hanya ingin menikmati cheesecake. Lagian di rumah hanya dia sendiri. Oh ya, dia dan Devan tetap di rumah mereka. Bunda melarang ia pulang ke rumah Mamanya.Helsa menceritakan kesalahpahaman yang terjadi pada mertuanya.Pandangannya keluar kaca jendela. Kebetulan macam apa yang harus membuatnya bertemu dengan mantan kekasihnya. Akmal lengkap dengan seragamnya.Helsa bercedak pelan, seharusnya dia tidak bertemu lagi dengan pria itu."Helsa, kamu disini juga?"Helsa meraih tas, ingin beranjak dari sana, namun dicegah pria itu. "Cake kamu belum habis. Mubazir," sebut Akmal."Gue boleh duduk disini?" tanya Akmal."Silahkan," kata Helsa

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 125

    BMW hitam memasuki pekarangan rumah berlantai tiga itu tepat pukul lima sore. Setelah memarkirkan mobil, sang empunya keluar dari sana. Disambut baik istri dan juga anaknya. Helsa mencium punggung tangan kekar itu, lalu dibalas kecupan singkat pada dahinya."Bagaimana harinya?" tanya Adryan.Helsa tersenyum menerima satu buket bunga mawar putih kesukaannya. Buket bunga kelima, di hari kelima cuti."Papi nanya Devan dong, Mami aja yang ditanya," protes Devan yang kini duduk pada kursi piano.Nggak mau kalah ini bocah satu.Adryan mendekatinya. "Bagaimana hari ini Singa kecilnya Papi?" Ia mencium gemas anaknya, tak lupa Devan pun mencium punggung tangan Papinya."Baik dong, hari ini Devan langsung pulang ke rumah. Om Jefry sama tante Vio yang nganterin," jawab Devan, semangat.Helsa berlalu meninggalkan percakapan Ayah dan anak tersebut. Tak lupa membawa serta tas dan juga jas milik Adryan. Akan panjang jika ia harus menunggu keduanya selesai dengan perbincangan, mulai dari yang penting

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 124

    Siang itu kantor pusat Perusahaan Andrean Corp dibuat panik pada lantai sepuluh, tepatnya di dalam ruangan meeting. Renata memberi perintah untuk mengangkat tubuh lemah tak berdaya putrinya yang jatuh di depan ruangan tersebut setelah hampir dua jam melakukan pertemuan dengan salah satu investor asal Rusia. Beberapa hari ini Helsa terlihat kelelahan karena menyiapkan persentase dan semua laporan untuk melakukan pertemuan ini. Dan pada akhirnya, ia tumbang sesaat setelah investor tersebut menandatangani kontrak kerja sama. "Helsa...," panggil Renata. Wanita paru baya itu menepuk-nepuk pelan pipi putrinya, namun hasilnya nihil, Helsa sama sekali tidak sadarkan diri.Renata segera menghubungi Adryan. Untuk beberapa saat belum ada jawaban, sampai pada panggilan keempat barulah pria itu menjawabnya."Hallo, Ma...,"Renata menarik nafas sebentar. "Rumah sakit Mitra Husada, sekarang Adryan." *** Langkah kakinya dengan cepat menyusuri koridor rumah sakit Mitra Husada. Adryan tidak mengh

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 123

    "Devan..., tante Diandra kangen," seru Diandra sembari memeluk bocah tersebut."Tante Andra cantik deh," puji Devan."Makasih, Sayang," balas Diandra.Devan menyodorkan tangan, "bagi duit merah tante Andra, kan Devan udah bilang tante cantik."Diandra memelototkan matanya, bisa-bisanya bocah ini meminta imbalan padanya. Duh, ajaran siapa sih bocah satu ini."Jangan gitu dong, kita kan temenan," rayu Diandra."Tante Andra tuh temannya Mami, bukan Devan," balas Devan. Ia kemudian sibuk melihat-lihat beberapa pajangan di dalam caffe tersebut.Helsa dan Citra terkikik mendengar percakapan Diandra dan Devan. Pas banget Devan ketemu sama aunty yang lemot nya nggak hilang-hilang."Sa, anak lo ngeselin banget, sumpah!""Devan lo ajak bicara," celetuk Citra.Sore itu mereka tidak sengaja bertemu di Cafe yang ada di rumah sakit Mawar Medika. Citra dan Diandra akan menjenguk Ando yang sakit. Guru olahraga itu mengalami kecelakaan beberapa hari yang lalu."Kalian kenapa nggak bilang sama gue kala

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 122

    Acara reuni sudah selesai. Helsa pikir dia tidak akan bertemu Akmal lagi setelah itu, tapi hari ini mereka dipertemukan kembali.Seperti saat ini, lagi-lagi dia bersama Akmal di pinggir jalan yang tidak jauh dari markas TNI. Akmal yang baru saja akan menjemput kekasihnya pun bertemu Helsa yang sedang meratapi ban mobilnya yang pecah."Pakai derek aja ke bengkelnya, aku antar kamu pulang," ujar Akmal. Pria itu lengkap dengan seragam lorengnya.Entah sudah berapa kali Akmal menawarinya, tapi Helsa tetap menolak. Hari sudah semakin gelap."Gue nggak mau terjadi salah paham," jujur Helsa."Aku yang tanggung jawab di depan suami kamu," sahut Akmal, "ponsel kamu aja mati total."Tertegun. Mungkin lebih baik Helsa pulang bersama Akmal, lagian setelah dipikir-pikir dia tak ada apa-apanya dengan tentara satu ini."Mau, kan?" Akmal bertanya lagi, memastikan Helsa mau pulang bersamanya."Antar gue di depan perumahan aja," jawab Helsa.Dia tidak ingin Akmal tahu dimana rumahnya sekarang, karena j

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 121

    Weekend adalah hari bermalas-malasan Adryan untuk berangkat ke rumah sakit. Bagaimana tidak, istri dan anaknya asyik di rumah, sedangkan ia harus bekerja. Padahal kan, dia juga ingin berlibur.Ya, setiap sabtu Helsa dan Devan memang libur.Pukul lima pagi Helsa sudah terjaga. Mandi, menyiapkan sarapan, dan juga pakaian kerja suaminya. Helsa juga sempat mengintip Devan di kamar, anaknya masih tertidur, sama seperti Adryan.Sudah selesai dengan semuanya, wanita tersebut kembali ke kamar untuk membangunkan bayi besarnya.Bayi besar? Itu karena Adryan berlaku manja sejak Helsa kembali dari Kanada.Helsa duduk pada bibir ranjang, ia usap lengan suaminya, "Mas, Helsa udah sejam berkutat di dapur, masih aja tidur,"Hanya sedikit erangan yang terdengar, sekali lagi Helsa membangunkannya. Menarik selimut yang menutup sebatas pinggang."Good morning, babe," ucap Adryan. Ia menarik tangan Helsa dan mengecupnya. Aish, jantung aman?Helsa hanya bergumam, ia beranjak dari sana membuka gorden jendel

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status