"Santai aja, kak Sarah," ucap Dewi dengan tersenyum melihat Sarah yang panik mengambil barang-barangnya, lalu melesat lari ke mobil yang sedang di parkir."Hati-hati, kak!" teriak Dewi.Sarah membuka kaca mobilnya, melambaikan tangannya dan mengklakson tanda dia pergi.Jalanan tidak terlalu macet, mungkin karena bukan waktunya jam kerja. Namun, hari ini adalah hari Sabtu, banyak pula yang berlibur."Duh ... lampu merah lagi, lampu merah lagi," gerutu Sarah melihat dia terhambat karena lampu merah."Biasanya kalau sudah kena lampu merah, berikut-berikutnya lampu merah terus nih!" ucapnya dengan sebal.Dilihat jamnya sudah pukul 10.05, Sarah mulai mengklakson mobil-mobil yang berjalan lambat di depannya agar lebih cepat.Kantor catatan sipil sudah terlihat dari tempatnya berkendara, tapi Sarah merasakan ada hal aneh pada bannya, "Kenapa lagi nih mobil?" tanyanya.Dengan perlahan, Sarah melajukan mobilnya ke pinggi
Heru berada di dalam mobil bersama Sarah, "Minta nomor rekening lo," ucap Heru."Hah? Buat apaan?" tanya Sarah."Buat mahar," jawab ketus Heru."Oh ya ya ...," Sarah menyebutkan nomor rekeningnya dan Heru menuliskan jumlah nominal yang harus dia kirimkan ke Sarah.Heru mengambil dokumen di jok mobil belakang, dan menyerahkannya kepada Sarah, "Ini kontrak perjanjian kita, simpan dan jangan sampai ada yang tahu," ucapnya.Sarah membuka dan membacanya sekali lagi, kalau-kalau ada perubahan yang tidak dia ketahui.Setelah semuanya sama, Sarah masukan dokumennya ke dalam tas ranselnya."Oke! Terima kasih. Hmm ... gue ada permintaan," pinta Sarah."Apa?""Besok, nyokap gue di operasi, jadi hari ini gue mau nemenin nyokap gue dulu," papar Sarah."Oke.""Oke? Gitu aja?" tanya Sarah heran."Trus gue mesti gimana? Lo sendiri yang bilang, masing-masing kita punya kehidupan sendiri-sendir
"Dibawa kemana ini, Neng?" tanya Daman."Ke kamarnya Aden Heru atuh, Mang," balas Sarah dengan logat sunda."Aih, masa suami sendiri manggilnya Aden? Panggil yayang atawa bebeb," celotehnya.Daman membawa beberapa dus dan koper sekaligus dan masuk ke dalam rumah menuju kamar Heru. Sarah membawa 2 koper kemudian menutup mobil dan mengikuti Daman.Baru saja Sarah masuk ke rumah, lengan Sarah ditarik oleh Bella."Aw!" pekik Sarah."Stt ... diamlah!" Ujar Bella sambil menaruh telunjuk pada bibirnya."Bagaimana kau bisa masuk ke rumah ini?!" tanya Bella."Apakah tante sudah lupa? Kalau aku menikah dengan Heru?" bisik Sarah."Bukan itu maksudku!! Bagaimana bisa kau masuk dalam lingkaran keluarga Hadiningrat!!" bisiknya dengan mata melotot sambil mencengkram lengan Sarah.Sarah menatap Bella dengan mata yang tajam, "Seharusnya, Sarah yang tanya sama tante. Kenapa tante minggat dari rumah Om Haryadi dan berada di rumah Heru?""Sarah!!" panggil Heru dari lantai 2.Obrolan Sarah dan Bella terhen
Taman ini biasa dipakai untuk barbeque bersama, atau acara outdoor, tapi kali ini disetting berbeda. Para pembantu Sugandi sudah menata taman ini dengan meja-meja yang ditata dengan snack, minuman, makanan berat, buah, layaknya seperti pesta kebun."Untuk pernikahan kalian yang terlalu mendadak, aku hanya bisa buatkan acara makan bersama, aku harap kau dapat menikmatinya, sekaligus ucapan selamat datang untuk kau masuk ke dalam rumah ini," ucap Sugandi.Sarah menatap taman ini yang ditata dengan cantik. Dia tahu walaupun pernikahannya termasuk cepat, tapi karena kekayaan Sugandi, dia bisa menyulap taman rumah menjadi pesta kebun yang diperuntukkan untuk dirinya."Terima kasih, om--.""Jangan ... jangan panggil om, panggil Daddy. Daddy harap, kau orang yang bisa merubah sifat kekanak-kanakan Heru," ucapnya dengan tatapan mata tajam kepada Heru.Heru hanya berdiam, tidak mengambil pusing apa yang dikatakan Sugandi."Setelah kalian
Merasa jika dirinya diperhatikan, Heru yang menggantungkan handuknya dan memakai kaos membalikkan badannya dan menghampiri Sarah. Dengan mukanya mendekat kepada Sarah, yang hanya berjarak beberapa centi dari mukanya, "Lo terpana melihat ketampanan gue ya?" tanya Heru.Dengan mata melotot, Sarah mendorong pundak Heru, "Jangan geer deh. Cepat! Gue pengen lihat nyokap gue," dalih Sarah.Heru hanya tertawa melihat tingkah Sarah, "Gue! Model aja klepek-klepek lihat gue, apalagi cewek gila ini," batinnya sambil mengambil celana jeans dan memandang ke cermin. Dilihatnya dengan jelas, jika Sarah berusaha untuk mengacuhkannya."Apakah tidak keberatan jika gue berganti celana di depan lo?" tanya Heru."Eh, gue keluar kamar aja," ucap Sarah salah tingkah. Sekali lagi Heru tersenyum melihat Sarah yang salah tingkah."Duh! Sial kenapa otak dan mata gue gak sinkron?" lirihnya ketika berada dibalik pintu kamar.Sarah turun, bergabung dengan Sug
"Wah ... dipanggil kerja, mudah-mudahan bunda bisa bangun sebelum jam 2 siang ini," ucap Sarah dengan senangnya. Ini adalah pengalaman pertama dia bekerja. Selama hidupnya, Sarah hanya belajar dan belajar karena dia suka belajar. Ayah dan bundanya selalu mengajaknya ke toko buku dibandingkan ke toko baju. Jadi, sampai saat ini, pakaian andalannya hanyalah kaos dan jeans dimana teman-teman sebayanya yang mempunyai perusahaan jauh lebih modis, fashionable serta good looking dengan riasan make up.Dilihatnya jam hampir jam 12 siang, seorang perawat datang membawakan makanan untuk Helena, "Mbak nanti kalau ibunya sudah siuman dan buang angin, boleh di kasih makan ya, tapi jangan dipaksa, pelan-pelan saja," ucap perawat. Sarah pun mengangguk.Perutnya pun mulai keroncongan, pagi-pagi, dia belum sempat sarapan karena menunggu bundanya operasi. Tapi sekarang, dilihat bundanya masih tidur nyenyak dan ada waktu 30 menit sebelum reaksi obat biusnya habis, Sarah memutuskan un
Sarah langsung mencari makan dengan cepat. Dia tidak mau bundanya siuman ketika dia sedang makan.Setelah makan, Sarah pun langsung Kembali ke ruang rawat bundanya melalui jalan lain. Dia tidak ingin berpapasan dengan Sugandi dan Bella.Dilihat jam sudah pukul 12 siang lebih, Helena pun berangsur-angsur siuman dan obat biusnya."Bagaimana rasanya, Bund?" tanya Sarah tersenyum sambil memegang tangan bundanya."Bunda masih hidup, Sayang!" ujar Helena berbisik."Iya Bun, tapi Bunda masih dalam masa pemulihan. Jika Bunda sudah lebih baik, bisa buang angin, nanti makan siang ya, Sarah yang suapi," kata Sarah.Helena mengangguk, dan berdoa, "Semoga setelah ini, aku semakin sehat dan bisa menjaga putriku." Tak lama, Helena pun bisa makan dan disuapi oleh Sarah, "Bund, kalau Sarah bekerja, boleh tidak?"Helena memandang putrinya yang menurutnya selalu menjadi anak-anak, kini meminta untuk bekerja, "Kamu mau kerja apa?
"Repot nih, kemana-mana mesti pake kendaraan umum," keluh Sarah yang lupa kalau mobilnya masih ada di rumah besar Heru. Mau ke rumah, tapi nanggung. Jadi hari ini, Sarah memutuskan untuk bepergian dengan ojek online saja."Hari ini lo mau pulang atau tetap di rumah sakit?" tanya Heru ketika mengirimkan pesan di aplikasi hijau milik Sarah."Gue pulang, Daddy ingin ketemu sama gue, katanya mau kasih sesuatu," ucap Sarah."Hmm ... mau gue jemput?" tanya Heru canggung."Oke! Gue tunggu di sanggar belajar, alamatnya gue share," ucap Sarah tanpa basa basi, langsung mengirimkan lokasi tempatnya dia interview."Gila nih cewek, dia kira gue sopirnya apa?" celetuk Heru dalam hati, tapi karena dia suntuk ditempat kerjanya, dia pun menyalakan mobilnya, "Gue otw, 10 menit lagi sampai sama," jawabnya.Sarah pun senang, dia dijemput Heru. Tidak perlu lagi memusingkan nunggu ojek, badannya sudah lengket berkeringat, "Duh gue lupa, nyokap gue dit