"Beb, apa maksud lo dengan putus?" tanya Kalina tak percaya.
"Lo dah dengar apa yang gue omongin, jadi gak perlu gue perjelas lagi," ucap Heru melepaskan lengan Kalina dan berlalu.Kalina terdiam, tidak percaya, dirinya diputus begitu saja oleh Heru. Kalina pun menyusul Heru keluar untuk mempertanyakannya."Beb!! Beb!! Tunggu!!" teriaknya.Heru sudah hampir tiba di mobilnya, melihat Kalina datang mengejarnya, dia pun berhenti."Beb! Jelasin apa salah gue sama lo? Apa kurangnya gue? Kenapa lo mutusin gue?" tanya Kalina dengan isak tangis mempertanyakan perlakuan Heru."Lo gak salah," jawab Heru, "yang salah, gue. Karena gue dah bosen sama lo."Tanpa memperdulikan Kalina yang menangis, Heru masuk ke dalam mobil sportnya dan pulang ke rumah."Hei, Neng! Habis diputus cinta nih ye? Yuk sama Abang aje?!" ucap seorang preman yang sedang mangkal di pinggir jalan.Pakaian kaos yang dipakainya terlalu besar, tidak sebanding dengan ukuran badannya yang kurus. Rambutnya yang dicat berwarna kuning seperti jagung terlihat seperti tidak pernah dikeramas. Celana jeans ketat hitam dengan sobekan di lututnya terlihat kotor karena debu.Preman itu tersenyum memperlihatkan giginya yang kuning, telinga yang memakai anting bulat membuat telinganya berlubang, mendekati Kalina."Ngapain lo dekat-dekat sama gue! Minggir lo!" ancam Kalina."Hei! Jangan marah-marah, Neng! Cantik-cantik kok sukanya marah? Abang tambah pengen nyium Neng deh," ucapnya sambil terus mendekati Kalina. Kalina pun mundur dan bergegas hendak kembali ke pub. Apalagi diluar, sangat tidak aman dengan pakaiannya yang terlalu minim."Jangan pergi, Neng! Temenin Abang yuk?" ajak preman itu lagi.Kalina berhenti berjalan, dan berbalik arah ke preman itu, "Akhirnya Neng mau juga sama Abang," ucap preman itu dengan tersenyum.Kalina mendekati preman itu dan, Bugg!! ditonjoknya tepat di hidung preman itu hingga berdarah. Preman itu kaget dan memegang hidungnya yang berdarah."Gue gak mau diganggu!! Gue sekarang, lagi marah! Marah karena gue diputusin! Lo gak tau siapa gue kan?! Gue bisa bunuh lo sekarang juga, kalo lo masih dekatin gue!" teriak Kalina pada preman jalanan itu.Preman itu ketakutan, tampak isak tangis Kalina berganti menjadi kemarahan. Preman itu pun lari menjauhi Kalina dan berbelok di tikungan jalan.Kalina kembali ke dalam pub, dan mencari temannya, Michael dan Anggie yang sedang berciuman.Brugg!Kalina menaruh badannya di sofa, mengambil minuman yang ada di meja dan diteguknya sampai tandas.Michael dan Anggie kaget karena kedatangan Kalina yang tiba-tiba, "Gue kira lo dah pergi sama Heru, kenapa lo balik lagi?" tanya Anggie."Gue diputusin!!" Matanya nyalang memandang gelas kosong yang dipegangnya dengan amarahnya, tiba-tiba saja, kraak! gelas ditangannya pecah."Kalina!!" pekik Anggie, melihat tangan yang terkena goresan kaca gelas."Hati-hati lo," ucap Anggie mengambil tisu untuk membersihkan tangan Anggie yang terluka."Lo urus Kalina, gue mau telepon Heru," kata Michael yang tidak terlalu suka mendengar curhatan para wanita, jadi sebaiknya menyingkir."Gue sudah bosan, Mike," jawab Heru ketika menerima panggilan telepon dari Michael."Kapan sih lo mau berhenti mempermainkan perempuan?" tanya Michael."Loe kan dah tahu siapa gue, gue ingin sendiri dulu," ditutupnya ponsel Michael dan Heru pun melanjutkan perjalanan pulang, memarkir mobilnya di garasi dan dilihat jam tangannya sudah hampir jam 12 malam.Heru pun masuk ke dalam rumahnya yang sudah gelap, pintunya dibuka dan tiba-tiba saja lampu ruang tamu menyala, "Bagus yah! Jam segini baru pulang?" tanya ayahnya.Heru kaget, dirinya sudah berumur 25 tahun tapi ayahnya memperlakukan dirinya seperti anak SMA."Daddy sendiri belum tidur?" Heru balik bertanya."Jangan mengalihkan pembicaraan! Kapan kau selesai dari kuliahmu?! Kau selalu saja hambur-hamburkan uang untuk foya-foya! Daddy sudah bilang jika dalam waktu 1 tahun ini kau tidak selesai juga, maka sebaiknya kau Daddy nikahi dengan anaknya om Triadi.""Apakah cantik?" tanya Heru."Anaknya sih cantik, dulu Tante pernah dekat dengan kakak pertamanya sebelum nikah dengan Daddy-mu," jawab Bella, istri baru Sugandi Hadiningrat, yang tiba-tiba nonggol keluar dari kamar karena mendengar suaminya marah-marah."Sayang, sebaiknya kautunggu aku di dalam kamar saja. Aku ingin berbicara dengan Heru berdua," kata Sugandi dengan lembut kepada Bella.Bella pun melengos kembali ke dalam kamarnya. Dia tidak berani mencampuri urusan ayah dan anak."Daddy ingin bicara serius dengan kamu, Heru!" ujar ayahnya."Apakah tidak terlalu malam, Dad?" dilihat jam tangannya, "sudah jam 12.""Daddy tidak punya waktu, kamu pulang pun tidak jelas kapan. Masuk ke ruang kerja Daddy!" perintahnya.Mau tidak mau, Heru pun masuk ke ruang kerja daddy-nya. Kemudian duduk di kursi berhadapan dengan meja kerja ayahnya. Sugandi pun melangkahkan kakinya, menutup pintu ruang kerjanya dengan rapat.Dengan piama berbalut jubah dan sandal bulu, yang sepertinya couple dengan sandal istrinya, Sugandi duduk di kursi direktur, berhadapan dengan Heru."Dengar Heru Hadiningrat! Daddy ini sekarang sudah mulai sakit-sakitan! Daddy ingin ada penerus perusahaan yang sudah dijalankan selama hidup Daddy! Kalau kau tidak segera lulus dan menikah, sudah Daddy pastikan seluruh kekayaan akan diurus oleh istri Daddy, Bella," jelasnya."Apa? Daddy yakin mau menyerahkan harta Daddy itu ke si Bella?""Lebih baik dia, daripada kamu tidak bisa bertanggung jawab, huh," helanya dengan kecewa."Kau tahu? Jika kau sayang sama Daddy, perbaiki hidupmu! Daddy tidak ada selamanya untukmu! Sudah cukup selama ini Daddy kasih segala kemudahan untukmu, yang ada hanya membuat susah Daddy. Sekarang, jika kau tidak dapat bertanggung jawab, besok bisa Daddy pastikan semua harta Daddy jatuh ke tangan Bella," ucapnya dengan nada keras sambil melirik pintu ruang kerja yang terbuka sedikit.Sugandi bangkit dari tempat duduknya, "kecuali kau bisa menemukan seseorang yang membuat Daddy tenang," lirihnya dan meninggalkan Heru sendirian di ruang kerjanya."Jadi, sebaiknya ibumu harus segera dioperasi. Soal dana, jangan dipikirkan, sambil jalan saja dulu, dokter berdoa agar semua dipermudah," ujar dokter Budiman. "Baiklah dok, saya akan berusaha mencari dananya, saya ingin bunda segera sembuh," ujar Sarah. Dokter mengangguk, "Jangan lupa dengan doa. Anak yang mendoakan ibunya disaat sakit adalah salah satu obat kesembuhan," ujarnya. Sarah tersenyum, mengangguk. Kemudian keluar dari ruangan dokter Budiman kemudian masuk ke ruangan bundanya yang sudah diinfus dan diberi oksigen. Sedangkan pada bagian dinding kasurnya terdapat alat detak jantung. Sarah menangis, melihat keadaan bundanya seperti itu. Digenggam tangan bundanya dan diciumnya. Kemudian diambilnya kursi dan duduk, "Bun ... bunda harus segera sembuh, jangan biarkan Sarah sendirian di dunia ini. Sarah takut bun ... Sarah takut kehilangan bunda. Sarah belum siap menjadi sebatang kara," tangis pilu Sarah. Air matanya mengenai tangan bundanya, dan Sarah mengusap-usap tangannya u
Dilihat jam tangannya sudah pukul 10 pagi. Hari ini Heru ada kuliah pukul 11 siang. Mengingat ucapan daddy-nya yang ingin dirinya cepat lulus, dengan malas diambilnya tasnya, kunci mobilnya dan pergi ke kampus. Diparkir mobilnya di bawah pohon yang rindang, dilihat dari kaca spion penampilan machonya, kemudian dipasang kacamata hitam sebagai pemanis. Sebagai anak konglomerat yang terkenal, gadis-gadis cantik selalu saja menghampirinya hanya untuk say hello, ataupun tersenyum. Kali ini, dia akan menyeleksi gadis-gadis itu menurut kriterianya, cantik, body goals, berambut panjang, seksi, dan pintar untuk calon pacar berikutnya, "Siapa tahu pilihan Tante Bella tidak secantik yang gue pikirkan," ucapnya sambil bersiul, membuka pintu mobilnya. Tiiiiiiiin!!! Heru kaget ketika melewati mobil city car kecil mengklakson dirinya, "Kurang ajar! Siapa sih yang klakson bikin kaget?" tanyanya sambil menyelidiki mobil yang dilewatinya itu. "Sialan!!! Sialan!!! Sialan!!! Dasar om penjahat!!!" maki
"Hai Bro!!" Punggung Heru ditepuk seseorang dari belakang. Heru kaget dan melihat orang yang menepuknya. "Eh, lo! Mike!" Heru melihat Michael. "Heh lo mutusin Kalina kemarin, apa dia gak ngehubungi lo lagi?" tanya Michael. "Gue sudah blokir semua yang berhubungan dengan Kalina, dan siap dengan hubungan yang baru," ujar Heru sambil memakai kaca mata hitamnya dan tersenyum. "Dasar Casanova! Kita ke pub nanti malam?" tanya Michael. "Sorry, gue gak ikut," jawab Heru. "Loh kenapa? Tumben bener gak ikutan?" tanya Kevin. "Lo yah! Gue ikut juga, lo sama cewek lo berdua, anggap gue cuma kambing conge. Liatin kalian berdua cipokan depan gue, jijik gue lihatnya!" ujar Heru membayangkannya. "Makanya, lo cari dong pacar! Buat lo, siapa sih yang gak mau? Semua cewek bakalan antri cuma buat nemenin lo semalam," ujar Michael. "Sabar bro ... Bukan Casanova namanya kalau Heru gak dapat pengganti Kalina," jawab Heru bangga. "Dah lo pergi dari sini! Gue lagi pengen sendiri," usir Heru dengan men
"Gue bilang, gue nungguin temen!" bentak Anggie."Oh, oke! Karena teman yang lo tunggu, gue duduk disini," ucap Heru sambil nyengir menyeruput es kopinya.Anggie pun tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya kembali menyeruput minuman di depannya, sedangkan Heru hanya memperhatikan Anggie dan melihat sekeliling, mencari cewek yang dia sendiri lupa tanya namanya.Sepuluh menit berjalan, Anggie dan Heru sama-sama terdiam. Anggie yang merasa tidak nyaman dengan adanya Heru pun mulai mengambil ponselnya dan mengirim pesan, "Kamu sudah sampai Starduck?"Ponsel Heru pun berbunyi dan muncul notifikasi. Heru melihat pesan dan membalasnya, "Aku sudah menunggu 10 menit, dan aku tidak suka menunggu. Kutunggu 5 menit lagi, jika tidak datang, Aku pulang."Bunyi ponsel Anggie yang kembali berbunyi. Heru melihatnya, dan menyambar ponsel milik Anggie. "Hei!!!" teriak Anggie kaget."Heh! Ternyata lo rekomendasinya Tante Bella? Lo mau selingkuh ama gue?" tanya Heru marah."Eh! Gue gak tahu kalau lo temenan
Orang itu kemudian berbalik arah kepada Sarah dan memberikan amplop coklat kepada Sarah, "buka dan baca!" perintahnya.Sarah mengambil amplop coklat itu kemudian membukanya. Di dalamnya ada surat, dokumen-dokumen yang berisi mengenai sertifikat tanah, surat kuasa dan lainnya.Sarah membuka suratnya yang berisi hutang atas nama Haryadi Tjokroaminoto sejumlah 5 Milyar yang akan dilunasi paling lambat beberapa hari yang lalu, dan konsekuensinya rumah dan isinya yang dijaminkan akan menjadi milik Sugandi Hadiningrat.Sarah tidak mampu berbuat banyak. Dengan tak semangat, Sarah naik ke lantai 2, tempat kamarnya, dibawanya baju, dokumen penting dan buku-buku kuliahnya. Semuanya dimasukan ke dalam tas kopernyaSebelum menutup pintu kamarnya, diperhatikan sekali lagi, barang-barang apa saja yang harus dia bawa, "Aku meninggalkan kenangan disini. Tapi ingatlah suatu saat semuanya akan kembali kepadaku!!" tekadnya dengan penuh keyakinan."Ayo cepat!!!" teriak seseorang dari bawah."Sini, aku ba
"Bokap gue Subroto Tjokroaminoto--,""Oh pemilik Hotel The Tjokro?" sela Heru bertanya.Sarah mengangguk, lalu memandang Heru, "Lalu, apa masalah lo, hingga Lo buat pengen kawin kontrak?" tanya Sarah.Heru pun duduk di samping Sarah, "Bokap gue ingin gue nerusin perusahaannya. Kalau gue gak lulus dan belum nikah, pengelolaan perusahaan bakal di urus sama nyokap tiri gue," ucapnya setengah berbisik. Dia tidak ingin menjadi bahan pembicaraan di ruang publik yang ramai ini."Alasan klasik yang ada di novel-novel roman picisan," ujar Sarah mengejek."Hei!! Memang yah Lo jadi orang gak ada perhatiannya sama gue!" ucap Heru dengan kesal."Lo tahu? Dimana-mana yang disuruh nikah itu cewek, bukan cowok! Lagian, diumur lo yang belum sampai 30 tahun, pengalaman apa yang lo punya buat pimpin sebuah perusahaan? Muka ganteng?" tanya Sarah sambil memegang pipi Heru dan menyubitnya, "perut six pack?" dipegangnya perut Heru untuk dicubitnya.
"Apa maksud lo, dengan tampil glamor dan berkelas?" tanya Sarah.Dilihatnya, baju yang dia kenakan, kaos kegombrangan, karena asal ngambil, celana jeans berwarna biru sobek-sobek, dibalut jaket parasut, berkacamata, tanpa make up, dikucir kuda, dan belum mandi."Heh! Apa karena gue belum mandi, lo ngomong seperti itu?" tanya Sarah ketus, tidak suka dengan omongan Heru. Diciumnya kiri kanan ketiaknya yang dia sendiri gak nyaman karena keringat."Hei hei! Jangan sewot! Gue gak tahu kalau lo belum mandi. Maksud gue, besok siang, gue bawa lo ke salon. Bokap gue harus bisa lihat lo tampil keren, biar dia kasih ijin nikah sama loe. Lagian, tenang aja, gue juga gak tertarik sama lo," jelas Heru."Gue juga gak tertarik sama lo," balas Sarah."Iya! Kita sama-sama tidak saling mencintai. Lo butuh gue buat berobat nyokap lo dan gue butuh loe agar gue bisa pegang perusahaan bokap gue.""Tapi ingat! Pada saat kita kawin kontrak, kita tidak bo
"Bun, mulai sekarang, Sarah mau nemenin bunda tidur disini. Sarah--""Tidur disini nggak nyaman, Sarah," sela Helena."Sarah lebih kepikiran kalau di rumah, jadi kita akan lewati ini bersama-sama yah?" Sarah bangkit dan mengecup pipi bundanya dan memeluknya. Ditarik selimutnya dan bundanya pun diselimuti. Sarah pun tidur di kursi sofa yang busanya sudah menipis.Sebelum tidur, Sarah hanya bisa berdoa, rencana besok bertemu dengan Sugandi Hadiningrat bisa membuatnya menjadi bagian keluarga Hadiningrat agar rencana pengambilalihan hotel dan rumah, berjalan lancar."Sepertinya, gue harus bisa mengambil hati ayahnya," batin Sarah sambil memejamkan mata karena capai.***"Jangan lupa hari ini, jam 3 kita akan ketemu dengan bokap gue!" Begitu pesan dari Heru pada aplikasi hijau milik Sarah."Siapa Sarah?" tanya Helena."Cuma teman ngajak belajar bareng, tapi sore, Sarah ragu apa bisa tinggalin bunda sendirian disini a