Share

Bab 5 Pencurian?

"Jadi, sebaiknya ibumu harus segera dioperasi. Soal dana, jangan dipikirkan, sambil jalan saja dulu, dokter berdoa agar semua dipermudah," ujar dokter Budiman.

"Baiklah dok, saya akan berusaha mencari dananya, saya ingin bunda segera sembuh," ujar Sarah.

Dokter mengangguk, "Jangan lupa dengan doa. Anak yang mendoakan ibunya disaat sakit adalah salah satu obat kesembuhan," ujarnya.

Sarah tersenyum, mengangguk. Kemudian keluar dari ruangan dokter Budiman kemudian masuk ke ruangan bundanya yang sudah diinfus dan diberi oksigen. Sedangkan pada bagian dinding kasurnya terdapat alat detak jantung. Sarah menangis, melihat keadaan bundanya seperti itu.

Digenggam tangan bundanya dan diciumnya. Kemudian diambilnya kursi dan duduk, "Bun ... bunda harus segera sembuh, jangan biarkan Sarah sendirian di dunia ini. Sarah takut bun ... Sarah takut kehilangan bunda. Sarah belum siap menjadi sebatang kara," tangis pilu Sarah.

Air matanya mengenai tangan bundanya, dan Sarah mengusap-usap tangannya untuk memberikan semangat kepada bundanya, "Yang penting, bunda harus sembuh yah! Jangan kuatir soal biaya rumah sakit! Bunda selalu mengajarkan supaya Sarah bisa menabung. Jadi jangan kuatir. Sarah hanya ingin bunda sehat seperti semula," Sarah tersenyum dan mencium tangan bundanya, tak terasa matanya pun mulai mengantuk dan tertidur.

***

"Heru ... ini nomer anaknya om Triadi, yang semalam Tante ngomong, kamu boleh janjian terlebih dahulu, kalau suka, bilang sama daddy, kalau kau serius sama dia. Pasti daddy bakalan luluh," ujar Bella sambil menyerahkan selembar kertas kepada Heru.

"Ngapain sih tante pagi-pagi gini ngurusin cewek segala? Masih ngantuk, Tante," jawab Heru ketika pintunya diketuk Bella di pagi hari.

"Sudah, jangan sampai daddy marah-marah terus! Cepat mandi! Bukannya kamu ada kuliah?" tanya Bella.

"Ya ... ya." Ditutupnya pintu kamar dan Heru kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur yang besar.

Ingin rasanya kembali tidur, tapi tangannya gatal untuk melihat siapa perempuan yang dijodohkan Bella, istri ayahnya itu.

"Gue jadi ingin tahu seberapa rekomendasinya istri bokap gue itu," gumamnya kemudian duduk di atas kasur, mengambil ponsel dan menyimpan nomernya. Diketiknya pesan ke nomor itu, "Hai, boleh kenalan? Aku dapat nomer dari seseorang, bisa kita bertemu?"

Heru melihat jam baru pukul 7 pagi, "Ah terlalu pagi," diletakkannya ponselnya, dan kembali rebahan.

Tak lama, notifikasi ponselnya berbunyi, dengan enggan, Heru membacanya, "Apakah kau dapat nomerku dari Tante Bella? Jika iya, oke, jam 1 siang di Starduck, aku tunggu disana," jawabnya.

"Hmm ... ternyata gesit juga, baiklah, aku ingin tahu secantik apakah dirimu!" batinnya, "Ya, aku dapat dari Tante Bella, oke siang kita bertemu di Starduck," balasnya, kemudian kembali tidur.

***

"Mbak ... saya periksa ibumu sebentar yah?" tanya suster jaga di pagi hari.

Sarah kaget dan terbangun, dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Dia tertidur semalaman di kursi dekat bundanya. Hari ini dia ada kuliah jam 11, quiz-nya ibu Ratna, dan berniat untuk masuk kuliah, "Suster, apakah bunda baik-baik saja?" tanya Sarah.

"Lihat, ibumu sudah bangun," ujar suster tersenyum.

"Bunda," dipeluk bundanya dan dicium pipinya, "Bunda harus sehat yah!! Sarah mau bunda sehat dan kita pulang. Sekarang, bunda disini dulu ya," ucap Sarah.

"Kamu ada kuliah? Bunda baik-baik saja di sini. Belajar yang baik yah, nak! Buat ayah bunda bangga samamu, nak," ujar Helena dengan tersenyum.

Sarah mengangguk. Dia harus pulang terlebih dahulu untuk mandi dan mempersiapkan kuliahnya. Sarah pun pamit, mencium pipi bundanya dan pergi untuk pulang ke rumah.

Dipesannya ojek online untuk mengantarkan ke rumahnya, dan tak lama kemudian, sebuah motor datang dan memberikan helm yang sepertinya tidak pernah dicuci kepada Sarah.

"Mbak Sarah?" tanya tukang ojek.

"Iya, pak." Mau tidak mau, Sarah pun menerima helm itu dan memakainya

"Jalan mawar ya, Pak," ujarku.

"Oke! Berangkat!" jawab tukang ojek melajukan motornya.

"Pak! Pak! Berhenti di sini!" Ujar Sarah pada tukang ojek untuk berhenti tepat di depan gerbang rumahnya.

Rumahnya tertutup, tapi tidak terkunci. Semalam, om-nya berada di rumahnya karena tidak ikut mengantarkan Sarah dan sekarang, Sarah melihat keadaan rumahnya sudah berantakan. TV, AC, lukisan mahal milik ayahnya, guci-guci mahal, dan barang-barang berharga hilang semua, om-nya tidak ada, di cari ke seluruh rumah, "Apakah ada pencuri, ataukah om Haryadi yang menjadi pencuri?" pikirnya.

Sarah berlari ke kamar bundanya. Kamar bundanya pun sudah berantakan, Sarah melihat lemari baju milik bundanya berceceran ke lantai. Segera saja, Sarah mencari kotak perhiasan tempat bundanya menyimpan barang berharga.

Diambil kotaknya yang sudah ringan itu dan dibuka tanpa ada isinya. Langsung lemaslah badan Sarah dan duduk di lantai sambil menangis. Di atas kasur Sarah melihat terdapat secarik kertas, diambilnya kertas itu dan dibukanya, "Sarah, om minta maaf. Om takut rentenir itu membunuh om. Om bawa perhiasan bunda supaya om bisa bertahan hidup. Jika om sukses, akan om kembalikan beserta dengan bunga-bunganya, salam om Haryadi,"

"Arrrggghhhh!!!!!" Teriak Sarah diikuti dengan tangisannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status