Share

9 :: Special ::

Ed duduk gelisah sedari tadi di dalam mobil, jam di tangannya menunjukkan sudah pukul delapan malam. Dia tadinya berniat untuk langsung pulang ke apartemen setelah rapatnya selesai tapi ternyata sepupunya yang tidak terduga datang dan mengajaknya untuk makan bersama.

Ed langsung naik ke unit apartemen dengan buru-buru, dia sudah menelpon Arinda sedari tadi namun sambungan telponnya tidak terhubung.

Saat pintu terbuka dan dia mulai masuk lebih dalam ke unit miliknya itu Ed melihat Arinda yang sedang tertidur di sofa ruang tamu.

Ed tersenyum lalu dia berlutut tepat di depan wajah Arinda, lama dia mengabsen setiap bentuk indah yang di ciptakan Tuhan sempurna di wajah Arinda. Tanpa dia sadari dia tersenyum lalu mengusap wajah Arinda perlahan membuat ketenangan tidur Arinda terusik.

Kelopak matanya terbuka perlahan dan saat sudah terbuka sempurna wajah Ed yang tepat berada di hadapannya langsung membuatnya buru-buru duduk. "Abang bos maafkan saya," kata Arinda dan dia sudah sadar kalau dia ketiduran lalu belum memasak. "Saya akan masak makan malam anda sekarang," katanya tapi Ed menahan tangan Arinda untuk tetap duduk.

"Tidak perlu memasak malam ini. Saya minta maaf karena sudah membuat kamu terlalu lelah," ucap Ed dan Arinda masih saja merutuki  perbuatannya.

"Saya gak di pecat kan bos ?" Ed tertawa kecil melihat raut wajah Arinda yang ketakutan saat ini kemudian dia menggelengkan kepalanya sambil berdiri.

"Wanita galak ini bisa juga takut." Pikir Ed dalam hatinya.

"Tidak, saya tidak akan memecat kamu. Ini sudah malam kalau kamu mau menginap di sini saya tidak keberatan," kata Ed lagi tapi tentu saja Arinda menolaknya. Meski hidup di Ibu Kota dan jauh dari orang tua dia masih tahu aturan yang wajib dia patuhi.

"Tidak apa-apa saya pulang ke kost saja, besok pagi saya akan kembali." Arinda mengatakannya perlahan sesuai dengan apa yang Ali katakan.

"Kalau kamu tidur di sini kamu tidak perlu bangun terlalu pagi."

"Tidak apa saya pulang saja Abang bos."

"Kamu juga bisa lebih menghemat biaya jika tidur disini." Ed masih saja bersikeras membujuk Arinda agar tidur di apartemen-nya.

"Saya naik sepeda jadi tidak masalah."

"Kita bisa pergi dulu sebentar besok pagi berolahraga bersama dan kalau kamu mau kita bisa main golf besok." Ed mendekati Arinda yang mundur perlahan secara otomatis.

Ed memberikan senyuman tipis dan matanya tidak lepas menatap Arinda yang bingung dengan situasi seperti ini, terlebih wajah yang ada di hadapannya ini teramat tampan membuat detak jantungnya tidak normal.

"Awal saya melihat mu, kamu sangat mempesona. Sekarang saat kita benar-benar bertemu kamu semakin manis saja." Arinda yang mendengar itu menaikkan kedua alisnya.

"Abang bos, boleh saya pulang ?" tanya Arinda dengan senyuman yang dia buat-buat, sehingga wajahnya terlihat lucu oleh Ed.

"Baiklah saya akan minta supir saya mengantarkan kamu dan besok biar kamu juga di jemput."

"Tidak perlu bos, saya besok pergi sendiri saja."

"Tapi_____,"

"Tidak apa-apa bos." Arinda bersikeras dan Ed mengikuti saja apa yang diinginkan wanita ini sementara dia belum mendapatkan Arinda.

Ya Ed memang hanya ingin mendapatkan malamnya dengan Arinda, kedepannya bagaimana dia juga tidak tahu karena yang saat ini jelas dia inginkan adalah mengurung Arinda di bawahnya.

***

Arinda pun pergi dari apartemen itu diantarkan oleh supir Ed. Dia melihat ponselnya mati dan jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam.

Saat sudah sampai Arinda yang masih sangat mengantuk langsung naik ke lantai atas, suara langkah kakinya ternyata membuat Rena yang berada di sebelah kamarnya melihat Arinda.

"Lo darimana ?"

"Pulang kerja," jawab Arinda masih dengan raut wajah mengantuk. Lalu Reina tiba-tiba ikut masuk ke dalam kamarnya dengan sebuah buket bunga juga ada kado di tangannya.

"Lo bawa apa ?" tanya Arinda dan Reina menyodorkan dua benda itu kepadanya.

"Itu titipan si Anton. Tadi dia titip sama gue karena lo belum balik-balik." Arinda yang tidak mengerti kenapa Anton memberikannya bunga dan hadiah hanya diam saja lalu menatap Reina lagi.

"Kenapa dia kasih gue ini ya ?"

"Aish, sok kalem, pura-pura enggak tau ...  Dia suka sama Lo Samosa!" Reina berdecak lalu berbaring di tempat tidurnya. Mendengar kalimat Reina itu Arinda kembali menatap buket bunga dan kado yang ada di hadapannya saat ini.

"Buka dong Rin kok lo diam aja."

"Besok aja deh gue ngantuk. Sana lo balik kamar lo gih, besok gue mesti bangun pagi. Lagi lo tumben banget pulang cepat malam ini," tanya Arinda sambil mengusir sahabatnya itu.

"Memang lagi gak ada jadwal manggung anak-anak. Jangan alihkan pembicaraan, lo dari mana ? Pergi naik mobil jam segini baru pulang. Jangan macem-macem lo ntar gue bilang sama bokap lo."

Arinda menoyor kepala Reina karena gemas "Heh ! Yang ada elo yang gue laporin bokap lo," kata Arinda dan Reina tertawa miris.

"Gendis udah balik ?" tanya Arinda lagi karena melihat pintu kamar Nindy yang berhadapan dengan kamarnya.

"Gak liat sih tapi kayanya udah. Gue tidur di sini aja deh mager mau balik kamar," ujar Reina dengan memasang senyum lebar.

"Ah kampret lo, tau aja gue baru ganti sprei."

Seperti kebanyakan wanita pada umumnya Reina dan Arinda tidak langsung tidur. Mereka bercerita banyak hal, dari mulai pekerjaan baru yang di dapatkan Arinda sampai akhirnya mereka membuka kado dari Anton yang ternyata isinya adalah dompet branded.

"Gue balikin gak ya ?"

"Kenapa lo balikin ? Pemberian orang itu pamali kalau dikembalikan kecuali kalau lo jijik banget sama yang kasih."

Arinda dalam hati bimbang, dia bahagia ada orang yang begitu baik dan memperlakukannya dengan manis seperti ini. Hal yang tidak pernah Arinda dapatkan sebelumnya namun dia juga bingung harus berbuat apa, malu untuk bertemu Anton kelak tidak bisa dia pungkiri saat ini itulah yang ada dalam benaknya.

"Lo suka gak sama dia ?" tanya Reina dan Arinda tidak tahu jawabannya. Perasaannya sama saja tidak ada yang aneh pikirnya.

"Na waktu lo jatuh cinta rasanya gimana sih ?"

"Ya beda aja, jawabannya hanya bisa lo dapetin nanti saat lo juga merasakannya."

Tidak mendapatkan jawaban yang pasti dari Reina dia melemparkan bantal kearah wanita itu lalu membiarkan Reina mengomel dan dia memejamkan mata.

"Tidur besok gue harus bangun pagi !"

Bersambung....

Ada yang menanti kelanjutannya ?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status