ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 23 ( demi uang semuanya halal )'Gimana? Sakit hati kan, Mas? Makanya jangan coba-coba membohongiku. Nih kuberi pelajaran apa rasanya dibohongi,' bathinku sambil tersenyum sinis. Sedikit puas, ya, sedikit saja.Mas Feri berbohong bilang kerja lembur hari minggu. Nyatanya ada acara di rumah ibunya, acara ia menikahi Tuti. Dan pernikahan itu disambut senyum bahagia oleh Imar, Imur dan ibu mertua, belum lagi ipar-ipar mas Feri. Dan kebohongan itu kubalas juga dengan kebohongan, bohong tentang beli mobil baru agar mobilnya bisa kujual. Itulah kenapa sikap pura-pura kulakukan agar merebut hartaku, tak perlu dengan acara berdebat dan kekompakan mereka melawanku. Intinya mempermudah jalan. Gunakan akal pikiran meskipun harus terlihat bodoh dengan berpura-pura."Tunggu, Sarah!"
ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 24 ( seperti menyiram dengan minyak agar api menyala )"Betulkah itu, Mas?" tanyaku. Mas Feri terdiam dan memalingkan muka ke Imur. Sorot mata mereka seperti saling bicara. Mungkin sebentar lagi berantam, mudah-mudahan."Imur!" Mas Feri menarik lengan Imur hingga menjauh dariku. Kuikuti karena tak ingin melewatkan pertengkaran mereka. Jika mereka membuat hidupku kacau dalam sebuah penipuan, aku akan lakukan sebisa mungkin membalas meskipun tak terencana."Lepaskan, Mas. Sakit." Imur berusaha ingin lepas, tapi tak kuasa karena mas Feri seperti geram menggenggam lenganya.Wow, dua bersaudara benalu bisa bertengkar juga. Ini pasti hiburan menyenangkan."Kamu bilang apa ke Sarah?" Mata lelaki yang masih berstatus suamik
ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 25 ( hak? )Jadi mas Feri diam-diam ke bank ingin gadaikan rukoku? Ya, itu rukoku yang kucantumkan juga namanya demi rasa hormatku ke lelaki yang berstatus suami. Dan sertifikat bangunan ruko itu sekarang ada di tangan notaris untuk pengurusan balik nama atas nama Naswa."Suamiku ingin gadaikan sertifikat ruko?" Kuulangi untuk meyakinkan."Iya, Sar. Ayo bicara di dalam," seloroh mas Feri yang sudah berdiri di belakangku.Rasanya darahku naik ke ubun-ubun. Tanpa kompromi ia bertindak seolah-olah ruko itu dibeli dari hasil keringatnya. Uh! Kesal sekali."Ayo masuk, Pak," ucap mas Feri ramah. Bahkan ia terlihat ini suatu hal yang biasa. Enak saja, lihat dulu tindakanku.Kini, kami sudah d
ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 26 ( perebut dua laki orang )Jika mas Feri bisa membuat acara hari minggu itu di rumah ibunya, aku juga bisa membuat acara di rumahku. Acara dibalas acara. Karena sebuah acara pasti ada berkumpulnya keluarga.Di saat ia mengucapkan ijab jabul di rumah ibunya, terlihat senyum dan tawa saudara-saudara yang menghadiri. Mungkin saja aku ditertawakan karena sebuah kebodohan hingga suamiku menikah lagi diam-diam. Luka ini tak akan pernah sembuh, mungkin.Satu hal yang tak bisa kumaafkan. Kebaikanku dipergunakan untuk membodohiku. Jika aku bisa berdiri sendiri, kenapa harus punya keluarga benalu?***Pagi ini mbak Imar dan suaminya datang ke rumah. Tumben saja karena masih pagi. Mungkin karena mas Haris tak ada kerjaan te
ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 27 ( Acara di rumahku )Sebaiknya tak usah kuurus urusan mbak Imar. Aku bukan dewa penolong rumah tangga seseorang yang bersekongkol menghancurkan rumah tanggaku. Jika Tuti wanita selingkuhan suaminya dan suamiku, berarti kami senasib. Hanya saja bedanya ia bersekongkol menghancurkanku dan aku hanya mendiami perselingkuhan suaminya.***"Tadi Mbak Imar ke sini ya, Sar?" Mas Feri duduk sambil membuka sepatu, baru pulang kerja."Ya, Mas Haris pun juga datang," jawabku sambil menatap ponsel sebentar. Tak perlu bertanya, pasti kakaknya yang beri tahu."Ini minumnya, Mas." Tanpa disuruh, Tuti sudah membuatkan secangkir kopi untuk mas Feri. Dan ini semakin menunjukan siapa ia sebenarnya. Oke Pelakor, lanjutkan layananmu p
ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 28 ( Acara di rumaku 2 )"Kamu beruntung, Feri. Sarah akan memberimu mobil." Suara mbak Imar terdengar saat aku berusaha menyeret koper ke pintu kamar."Tentu dong, Mbak. Lah kami sudah lama berumah tangga dan tak ada masalah."'Silahkan kamu bicara dulu, Mas,' bathinku."Nanti jangan lupa antarin Ibu ke arisan komplek, Fer." Ucapan ibu mertua pun terdengar senang."Pasti, Bu. Tunggu aja," jawab mas Feri.Kini, kulewati pintu kamar. Saat menyeret koper itu, semua mata tertuju padaku. Ekspresi tegang, dari terdengar tawa canda justru berubah menjadi hening seketika."Ugh!" Koper sudah kuletakkan di tengah ruangan ini.
ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 29 ( Talak tiga )"Apa maksud ucapanmu?" tanya mbak Imur. Tadinya tertawa mengolok kini berubah menjadi serius dan menegangkan. Aku sudah bilang, jangan tertawa karena bisa menjadi duka. Lah dia tetap percaya diri jika mas Haris tak bermain wanita sama seperti adiknya. Kucing diberi ikan lah pasti mau lah.Perselingkuhan itu terjadi jika kedua belah pihak saling menyukai. Baik itu wanita yang menggoda ataupun lelaki yang merayu duluan. Dua-duanya tetap salah. Apakah mas Feri atau Tuti yang mulai duluan, tetap saja aku tak terima.Dulu, almarhum ibuku pernah bilang, jika menjadi saudara Laki-laki harus menjaga sikap, atau karma akan menyentuh saudarinya. Karena aku anak tunggal, itu tak terlalu kupikirkan. Tapi seiring waktu, perkataan ibuku terbukti. Dan ini yang dialami mas Feri. Apakah sebuah
ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 30 ( Akhirnya kami berdua saja )"Naswa, ikutlah dengan Papa, Papa sayang kamu, Nak." Mas Feri memegang tangan putri kami."Maaf, Pa. Jika tujuanya untuk semua harta atas namaku, sebaiknya tak usah membujukku. Aku bukan anak kecil lagi yang tak mengerti apa-apa. Justru aku sangat mengerti sikap Papa, apa lagi ada wanita itu." Tanpa ragu Naswa menunjuk Tuti dengan sebutan 'wanita itu'.Mas Feri terdiam. Aku yakin ia menyesal karena tak punya apa-apa lagi. Tapi setidaknya ia punya pekerjaan hingga masih bisa mencari uang. Hanya saja ia tak bisa hidup senang seperti saat menikmati uangku."Jadi itu makanya mobilku kamu jual, Sarah?" lirih mas Feri."Iya, lagian itu mobil juga dari uangku kan? Apa punyaku itu yang aku a