Share

Part 4 Pura-pura Mimpi

last update Last Updated: 2022-04-12 23:54:30

 

 

"Ini lapnya, Mas." Tuti langsung menyodorkan tisu yang diambil dari meja. Padahal meja itu di depanku dan jaraknya lebih dekat. Tapi aku tetap duduk bersandar dan kali ini menyilangkan kaki.

 

"Makasih, Tut," ucap mas Feri memerima tisu itu.

 

"Kamu kenapa sih, Mas?"

 

"Tanganku licin, Sar."

 

"Kirain terkejut dengar ucapanku."

 

"Kalau gitu aku permisi ke kamar dulu, Mbak, Mas,' ucap Tuti seperti menghindar.

 

"Tunggu, Tut!"

 

"Iya, Mbak?" ucap Tuti membalikan badan.

 

"Ini kopi kamu yang bikin?" 

 

"Iya, Mbak, ini untuk Suami Mbak," jawab Tuti melihat sekilas ke mas Feri.

 

"Kamu tau juga suamiku suka kopi."

 

Muka Tuti dan mas Feri langsung terlihat tegang lagi. Seperyinya kalau melihat reaksi muka mereka sudah cukup, selanjutnya tindakan. Malam ini aku ingin bertindak sedikit saja. 

 

"Mm bukan gitu, Mbak, karena Mbak Sarah suka kopi, pasti Mas Feri juga suka, hanya itu pemikiranku," jawab Tuti mencari alasan. Pintar juga bersilat lidah.

 

"Kamu udah pulang, Fer?" Ibu mertua muncul dari pintu kamar.

 

"Iya, Bu, jam berapa Ibu datang?"

 

"Udah malam juga, loh, celanamu kok basah?" Ibu melihat ke celana mas Feri.

 

"Tertumpah kopi, Bu."

 

"Tuti, siapkan air hangat untuk Feri mandi," titah ibu ke Tuti.

 

"Baik, Bu," jawab Tuti di sela senyum sambil mengangguk.

 

"Ibu! Apa Ibu lupa kalau istri mas Feri adalah aku, bukan Tuti," tukasku lalu bangkit berdiri. 

 

Tuti langsung menghentikan langkah.

 

"Ibu bawa Tuti ke rumah ini ingin meringankan pekerjaanmu, Sar."

 

"Ibu tau bukan kalau kamar mandi kami ada di dalam kamar, nggak mungkin dong Tuti maduk kamar aku."

 

"Oh, iya ya," jawab ibu.

 

"Tuti, biarkan Sarah yang melakukanya, sejarang kamu tidur lah."

 

"Baik, Bu." Lalu Tuti berlalu masuk ke kamar tamu.

 

***

 

"Kok belum tidur?" tanya mas Feri setelah ke luar dari kamar mandi. 

 

"Kamu belum tidur gimana aku mau tidur duluan, Mas," jawabku sedang bermain ponsel sambil berbaring.

 

"Tidur aja dulu, aku masih belum ngantuk."

 

Jangan kamu kira aku tak tahu maksudmu. Pasti ingin ke kamar istri barumu. 

 

"Tolong gusuk punggungku, Mas, dulu saat aku hamil Naswa, kamu menidurkanku seperti itu."

 

"Tapi Mas capek, Sar," jawab mas Feri sambil memakai piyama.

 

"Yah, padahal aku kangen kamu, Mas, akhir-akhir ini kamu sibuk sekali."

 

"Demi Istriku tersayang, pasti kulakukan." 

 

Aku menghadapkan punggungku ke mas Feri. Lalu ia menggusuk punggungku. Tak lama kemudian, kupejamkan mata pura-pura tidur.

 

Akan tetapi kasur bergoyang menandakan mas Feri ingin beranjak. Tanganya tak terasa lagi di punggungku. Pasti ia mengira aku sudah tidur dan ingin ke kamar Tuti.

 

"Mas ... Mas!" panggilku. Akhirnya ia tak jadi beranjak.

 

"Iya, Mas di sini, Sar," jawabnya menggusuk lagi punggungku.

 

Tak lama kemudian, aku seperti terlelap, lalu ia ingin beranjak lagi.

 

"Mas ...."

 

Niatnya urung saat kupanggil lagi. Dan akhirnya justru ia yang terlelap. Aku berhasil menggagalkan malamnya bersama Tuti. 

 

Kupandangi wajah mas Feri. Ia terlelap dengan dengkuran kecil. Dan bayangan ijab kabul saat ia menikahi Tuti, menyisakan sakit hati yang mergejolak hebat dalam rasa dan tak menyisakan celah.

 

Plak!

 

Plak!

 

Kutampar dua kali mas Feri yang sedang tertidur lelap. Rasanya ingin mencabik mukanya hingga tak dikenali.

 

Ugh!

 

Plak!

 

Ugh!

 

Dan secepatnya kutinju, kujambak rambutnya dan menamparnya lagi bentuk meluapkan amarah.

 

"Aduh!" Mas Feri terbangun. Secepatnya kupejamkan mata sebelum ia melihatku. "Apa yang kamu lakukan, Sar?" tanya mas Feri.

 

"Aku ingin membunuhmu! Mati saja kamu!" teriakku dalam mata terpejam.

 

"Sarah! Kamu mimpi?" 

 

Plak!

 

Akhirnya satu tamparan berhasil melayang lagi di pipinya.

 

"Sakit, Sarah!" Tanganku ditahan.

 

"Dasar suami tak tau diuntung! Kamu kira bisa mempermainkan aku! Akan kubunuh kamu!" 

 

"Sarah! Bangun Sarah!" Pipiku ditepuk pelan, seperti membangunkan orang tidur.

 

"Pergi dari rumahku!" Kutarik tanganku agar terlepas. Aku berhasil.

 

"Ugh!" Dengan cepat satu tinjuku melayang ke hidung mas Feri.

 

"Aduh! Sakit, Sarah!" Tanganku ditahan lagi. Tapi kali ini lebih kuat.

 

"Bangun, Sar, kamu sedang mimpi."

 

"Diam kamu!" bentakku.

 

"Bangun Sarah! SARAH!"

 

Kubuka mata. "Astagfirullah'alazim, Mas kenapa teriak?" Aku pura-pura terkejut.

 

"Kamu mimpi apa sih? Lihat ni pipiku sakit, hidungku juga sakit, aaak." Lalu mas Feri memegang hidungnya. 

 

"Kok aku yang disalahin?"

 

"Kamu menampar dan meninjuku berulang kali."

 

"Kok bisa?" Mataku langsung membulat. Tentu memasang muka tak berdosa.

 

"Kamu mimpi apa sih?" Mas Feri memegang pipinya. Pasti sangat sakit karena tamparanku berulang kali. 

 

Oh Tuhan, pipi suamiku merah, hidungnya berdarah.

 

"Oh, aku mimpi ya? Maaf, Mas, maaf," ucapku, kali ini memasang muka cemas.

 

"Kamu mimpi apa sih? Kok seperti ingin membunuhku?

 

"Ooh, aku ... aku mimpi kamu selingkuh, Mas," jawabku pelan.

 

"Apa?" Mata mas Feri membelalak.

 

Untuk tahap awal, aku berhasil membalaskan sakit hati. Belum seberapa, tapi ini bisa mengobati sedikit saja, ya, sedikit saja. 

 

Bersambung ....

 

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
wulansari sulis
Keren Sarah. lanjutkan hahaha
goodnovel comment avatar
Ruqi Ruqiyah
mending mimpi cekek lehernya....
goodnovel comment avatar
Embah Wid
pembalasan yg keren, pura2 kagak tau..... .........
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 47 Tamat(Kata-kata itu Doa)

    ❤️TAMAT❤️ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahu( Kata-kata itu do'a )Aku tersentak saat mas Feri tiba-tiba berada di depan pintu. Dan ini bertepatan waktu aku dilamar mas Adam.Beberapa bulan ini, mas Adam mendekatiku. Awalnya ia hanya mengantarkan putrinya berkunjung. Tapi lama kelamaan kami berkomunikasi nyambung dan aku pun merasa nyaman. Setelah masa iddah berakhir, baru secara jelas mengatakan ingin menikahiku."Sebentar kupanggilkan Naswa," ucapku bangkit dari duduk. Belum juga memberi jawaban ke mas Adam."Mau gabung di sini, Pak Feri?" tanya mas Adam ramah."Tunggu, Sarah! Bisakah aku bicara dengan Pak Adam?" pinta mas Feri. Tawaran mas Adam diabaikan sejenak."Tapi, bu

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 46 Terlambat Menyadari

    ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 46 ( Terlambat Menyadari )Pov FeriHidupku kacau. Sarah sama sekali tidak menginginkanku kembali ke sisinya. Tatapan matanya tak pernah seperti dulu lagi. Bahkan yang kurasakan ia memendam benci.Aku salah. Kuabaikan luka perasaanya. Kukira ia seorang wanita yang bisa kuperdaya demi nafsu duniaku. Justru aku terperangkap dalam masalah yang dibuat. Inilah karma."Pa, sebaiknya Papa temui Pak Adam. Ia terluka ulah Nenek.""Ya, Nak. Bisa Papa minta alamatnya?""Bentar aku Wa aja." Lalu Naswa mulai memencet ponselnya."Nanti kunci pintu ya, Nas," ucap Sarah sambil membuka pintu."Sarah."&

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 45 Mungkin Ini Jalannya

    ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 45 ( Mungkin ini jalannya )"Bu, tolong lepaskan. Ibu bisa menghabiskan hidup dipenjara jika membunuh seseorang. Sadarlah, Bu. Jika ada masalah mari bicarakan baik-baik." Lelaki itu berusaha menenangkan mantan ibu mertuaku agar aku tak disakiti. Meski tak yakin apakah ia berhasil. Yang menodongku seperti orang stres dengan banyak tekanan. Ini contoh manusia tak kuat iman. Umur sudah tua tapi tak menyadari kesalahan. Astagfirullah'alaziim, maafkan dengan penilaian buruk hamba ya Allah ...."Apa urusanmu! Ia mantu tak tau diri, putraku ditolak rujuk, Imur dipenjara dan Imar, Imar di rumah sakit jiwa. Apa kamu merasakan yang kurasakan? Oooh, tentu kamu tak mersakan karna mereka anakku. Lah kamu siapa!"Astaga, aku tak menyangka ibu mas Feri seperti ini.

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 44 Tersangka

    ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 44 ( Tersangka )Aku diminta ke kantor polisi. Melihat siapa dalang dari kejahatan ini. Sudah tiga kali percobaan menabrak Naswa dan tiba-tiba Boy datang menyelamatkan. Dan ternyata firasatku benar. Ini semua sebuah taktik yang dicontoh dari adegan sinetron.Apakah ini perbuatan mas Feri dan ibunya? Atau Mas Haris dengan Tuti, atau lagi bisa jadi mbak Imar dan mas Feri. Aaah! Semuanya mencurigakan. Karena satu tujuan mereka, yaitu menguasai putriku hingga hartanya bisa beralih tangan."Ma, mungkin saja ini perbuatan pelakor itu dan Om Haris. Karena mereka sudah selingkuh bertahun-tahun," ucap Naswa sambil menyetir mobil."Entahlah, Mama pun bingung. Mereka semua tertuduh di pikiran Mama.""Padahal Mama sudah banyak

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 43 Pembalasan Imar

    ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 43 ( Pembalasan Imar )Pov Feri"Dasar wanita berhati batu! Luarnya aja kelihatan baik, tapi ia sama sekali tak punya perasaan!" Amarah ibu saat kami baru menginjakkan kaki di rumah."Aku harus gimana? Mana sanggup aku bayar cicilannya, Bu." rengek mbak Imar dalam rasa merasa bersalah."Itu makanya jadi perempuan ya harus teliti. Masak menggunakan rekening suamimu! Kukira kamu pintar, tapi bodoh!""Ibu cuma bisa menyalahkanku saja. Aku juga nggak yakin Mas Haris selingkuh mmm." Tangis Imar pecah lagi."Uh! Dasar bodoh!""Sudah sudah! Aku pusing nih. Sekarang ke mana kita bisa cari Haris? Mbak pasti tau tempat tujuannya."

  • Acara di Rumah Ibumu (Pura-pura Tak Tahu)   Part 42 Karma Itu Ada

    ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 42 ( Karma itu ada )"Rumahku ..., aaa hidup kita hancur, Fer. Rumah kita akan disita. Kita tinggal di mana, aaa." Ibunya meraung duduk dilantai teras."Tenang, Bu. Tenang." Mas Feri berusaha menenangkan ibunya meskipun percuma."Ini salah kamu, Mar! Kamu meminjam sertifikat itu untuk suamimu!" Sambil menangis, ibu mantan mertua menunjuk mbak Imar."Aku juga nggak tau ia selingkuh, kenapa Ibu salahkan aku! Lagian Ibu juga rela meminjamkannya. Kalau tak suka kenapa pinjamin." Mbak Imar tak tinggal diam."Seharusnya kemarin kamu segera ke leasing, sudah jelas Haris selingkuh dan diusir, kamu hanya bisa mewek tanpa bertindak!""Aku kalut, Bu. Aku masih shock dan rasanya tak percaya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status