Alicia terbangun, dan mendapati dirinya sudah berada di dalam kamarnya."Astaga.., apa yang terjadi dengan diriku?" gumamnya yang masih merasa bingung dengan keadaannya sekarang.Bukankah ia tadi masih berada di.. Ahh yaa..ampun, bukannya tadi ia berada di hadapan pujaan hatinya? Kenapa sekarang berada di dalam kamar?.Alicia mencoba untuk mengingat-ingat apa yang terjadi. "Ya.., ampun, aku pingsan!!." Pekiknya.Memalukan, sungguh ini sangat memalukan, mengapa di saat penting seperti itu ia bisa pingsan. Sungguh bodoh sekali dirinya, hingga menyia-nyiakan kesempatan emas itu.Apa yang ada dipikiran pujaan hatinya sekarang, saat ia melihat dirinya jatuh pingsan di hadapannya.Alicia merasa kecewa dengan dirinya sekaligus sedih. Tapi tiba-tiba saja ia tersenyum."Tidak, tidak, pasti aku tadi jadi pusat perhatiannya, pasti dia tadi yang menolongku, mana mungkin gadis secantikku dibiarkan terbaring begitu saja. Ah.., benar pasti dia yang menolong dan membopongku sampai ke kamar ini." Mono
Menurut info Redomir, tempat persembunyian Marco ada di sebuah kabin di sisi barat pegunungan yang terletak di Taman Nasional Yugyd Va.Mike sudah menghubungi Arsen, dan ia menghubungi Sergei untuk penyergapan Marco. Namun bukan hal yang mudah dilakukan saat ini, mengingat medan yang akan mereka tempuh, ditambah cuaca yang tidak mendukung.Anak buah Sergei akan mengepung seluruh wilayah pegunungan. Mike dan beberapa anak buah Sergei akan naik ke pegunungan dan menyergap kabin tersebut.Kini mereka sedang dalam perjalanan. Semua peralatan sudah di siapkan. Yuri memberikan bantuan pada Mike untuk menggunakan fasilitas miliknya, baik itu helikopter, mobil, senjata dan lain-lain.Bahkan Yuri, menurunkan anak buah terbaiknya di bawah perintah Sergei. Yuri sangat dekat dengan Arsen hingga ia tidak tanggung-tanggung membantu Black Nostra.Hanya Yuri dan Sasha saja yang mengetahui ketua Black Nostra yang sebenarnya, Sergei dan yang lainnya masih menganggap Mike sebagai ketua Black Nostra yang
Sasha, Mike dan dua orang anak buah Sergei berjalan menyusuri hutan dengan salju yang tebal. Tubuh mereka kedinginan meskipun mereka sudah biasa dengan suhu dingin seperti ini.Baju yang berlapis-lapis serta jaket tebal mereka seakan tidak cukup untuk mengahalangi suhu dingin tersebut menusuk ke dalam kulit mereka.Mereka tidak peduli, mereka terus berjalan ke arah dimana kabin berada, sesuai dengan yang diucapkan oleh Redomir.Jaraknya sekitar 7 jam perjalanan dengan berjalan kaki. Medan mereka mulai menanjak, setiap satu jam sekali mereka beristirahat dan menyalakan api untuk membantu menghangatkan tubuh mereka.Salju kembali turun. Besar kemungkinan mereka akan menempuh lebih dari 7 jam perjalanan jika kondisi terus seperti ini. Cuaca benar-benar tidak mendukung mereka.Mike maupun Sasha, sesekali menghubungi Sergei yang berada di bawah. Meskipun dalam misi penyergapan, namun mereka membawa perbekalan, karena mereka harus bersiap dengan kemungkinan yang akan mereka hadapi. Bagaiman
Mike dan kelompoknya sudah berjalan lebih dari 5 jam lamanya. Dan mereka masih harus berjalan sekitar dua jam lagi ke depan. Mike terus mengawasi kompasnya, agar mereka tidak sampai tersesat.Jika sampai mereka tersesat maka akan membahayakan bagi keselamatan nyawa mereka. Cuaca dingin dan serangan hewan buas, itulah yang harus mereka hindari.Mereka harus tetap bergerak agar tubuh mereka tetap hangat. Bahkan pada malam hari juga kita harus banyak bergerak agar tetap hangat. Lagi pula, tidur dalam cuaca dingin bukanlah ide terbaik. Ada kemungkinan jika tertidur dan tidak bangun kembali. Kecuali jika kita membuat semacam sarang di salju yang akan membuat tubuh kita tetap hangat.Mereka tidak berencana untuk tinggal berlama-lama di tempat ini. Namun tetap saja pengetahuan dasar untuk bertahan di alam liar terutama di tempat bersalju seperti ini harus mereka kuasai, karena bisa saja tiba-tiba terjadi hal yang tidak diinginkan."Apa masih jauh??" tanya Sasha yang kini sudah sedikit kelel
"Apa ini??!" Nada suara Arsen sudah terdengar kesal dan tidak suka saat ia melihat secangkir kopi dan camilan di atas meja yang di suguhkan untuk dirinya.Bukan kopi atau camilan biasanya yang selalu di suguhkan padanya seperti sebelum-sebelumnya."Hmm.., Itu Cappucino Latte dan cookies Tuan, sangat cocok untuk di nikmati di cuaca dingin seperti ini." Alicia menjawabnya dengan senyuman di wajahnya. Ia membuat senyum yang semanis mungkin.Saat jam kerjanya hendak selesai dan akan mengambil jatah makan malamnya. Tanpa sengaja ia mendengar beberapa pelayan sedang menyiapkan kopi dan camilan untuk Tuan Lazcano.Entah dengan cara apa Alicia bisa merayu pelayan tersebut untuk menyerahkan pekerjaannya padanya. Saat itu Alicia dengan inisiatifnya sendiri membuatkan cappucino latte dan mengambil beberapa camilan untuk di suguhkan kepada Arsen. Karena menurutnya kopi espresso tidak enak dan terlalu pahit, dan sudah pasti cappucino lebih baik.Tentu saja Alicia berharap Arsen akan suka dengan ko
"Kalian tidak bisa turun sekarang, apalagi menjemput kalian dengan helikopter. Akan ada badai salju sebentar lagi. Sebaiknya kalian berlindung di kabin tempat Marco," jelas Sergei dengan penuh penyesalan di radio komunikasi."Apa? Badai salju?" seru Mike pada Sergei. Sedangkan Sasha matanya kini sedikit membelalak."Siall.." gumam Sasha. Badannya mulai menggigil, pantas saja salju tidak berhenti turun. Rupanya badai salju akan datang."Ya.., sebaiknya kalian cepat berlindung, cuaca akan sangat dingin, kemungkinan minus 40 derajat. Aku sudah memerintahkan semua anak buahku untuk berlindung. Kami akan menjemput kalian jika badai sudah berlalu, maafkan aku," seru Sergei.Sergei sangat ingin menolong dan menjemput mereka, tapi jika alam sudah beraksi, tidak ada yang bisa menghentikannya. Atau bisa nyawa yang menjadi taruhannya.Tidak ada opsi yang lebih baik, membuat Mike dan Sasha hanya bisa pasrah, entah sampai kapan mereka harus terkurung di tempat ini. Semoga saja kabin tempat persemb
Benar saja tidak lama setelah mereka berada di dalam kabin badai salju mulai menghantam pegunungan tempat Mike dan Sasha berada. Sebentar saja ketebalan salju kian bertambah dan suhu semakin rendah.Rasa dingin mulai melanda, meskipun perapian tetap menyala. Mike berusaha menjaganya agar perapian tidak padam. Mike dan Sasha sudah berganti pakaian. Keadaan sudah sedikit gelap diluar jika dilihat dari jendela karena kabut.Meskipun sudah berganti dengan pakaian yang lebih kering tidak mengurangi rasa dingin yang terus menusuk kulit mereka. Bahkan mungkin menusuk sampai ke tulang-tulang mereka.Kabin sedikit bergetar, karena angin dan hantaman salju yang turun dan menghantam langsung kabin tersebut. Membuat Sasha sedikit ketakutan.'Apa kabin ini cukup kokoh?' tanyanya pada diri sendiri.Padahal jaket mereka cukup tebal. Ditambah memakai sweater dan kaos serta sarung tangan, dinginnya masih saja tembus.Mike membuat air panas di atas perapian. Untung saja banyak persediaan makanan disini
Rombongan Arsen sudah dalam perjalanan. Yang dimana Lily belum tahu akan kemana, karena Arsen belum memberitahunya."Surprise," begitulah kata Arsen.Bahkan Pascoe, Alonzo dan Riobard pun ikut dalam perjalanan kali ini. Bukan tanpa sebab, tapi di tempat yang akan mereka tuju terdapat kartel afiliasi dari Black Nostra.Dan Riobard akan bertemu dengan pemimpin Kartel Sanchez menggantikan Mike yang masih berada di Rusia untuk membicarakan kerja sama mereka mengenai kokain.Perjalanan begitu jauh, entah sudah berapa jam mereka berada di pesawat."Aku mengantuk." Gumam Lily.Arsen yang duduk di sebelah Lily langsung menoleh ke arah istrinya tersebut. Ia menutup laptop yang sedari tadi di otak-atiknya. Arsen mungkin akan pergi beberapa hari, hingga ia harus menyelesaikan pekerjaanya sebagian dan mengirimkannya pada Ivanov."Ada kamar, dengan tempat tidur. Kau bisa beristirahat di sana." Ujar Arsen.Lily menggeleng. "Di sini saja, menemanimu bekerja." Seru Lily."Pekerjaanku tinggal sedikit,
Setelah menyelesaikan meeting dengan client di sebuah hotel, Arsen berencana kembali ke mansion.Di dalam mobil, Arsen tiba-tiba teringat perkataan Yuri beberapa hari yang lalu. Arsen sempat mendiskusikan hal ini dengan Lily.Mike sangat menghargai Arsen dan memperlakukannya dengan hormat, Arsen sangat memahami dedikasi, kontribusi dan kesetiaan Mike padanya.Arsen sangat mengerti, pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran Mike untuk Black Nostra bukan semata-mata karena mengejar materi dan status. Meskipun Mike banyak dikenal sebagai ketua oleh dunia hitam, Mike tidak pernah congkak menepuk dada di luar sana.Mike selalu tunduk dan memperlakukan Arsen dengan hormat sejak kecil meskipun David dan Marissa selalu mengatakan bahwa Mike sudah dianggap seperti cucu kandungnya, sama seperti Arsen. Arsen tahu bahwa Mike sangat menyayanginya dan selalu siap pasang badan untuk melindungi Arsen.Arsen menyadari bahwa perkataan Yuri itu benar adanya. Sasha adalah anak angkat Yuri dan otomatis akan m
"Selesai sarapan, kita berangkat ke hutan, Theo" seru Arsen di tengah sarapannya."Benarkah, Dad?" Tanya Theo dengan wajah berbinar dan penuh antusias.Arsen mengunyah makanannya sambil menganggukkan kepala. Theo tampak sangat gembira dan bersemangat.Lily tersenyum melihat Theo yang sangat antusias belajar banyak hal pada ayahnya. Theo benar-benar mirip sekali dengan Arsen."Aku ikut mengantar kalian sampai tempat berkuda," kata Lily."Mom tidak ikut?" Tanya Theo."Tidak bisa Theo. Ada adikmu di perut Mommy. Berbahaya," sahut Lily dengan lembut seraya mengusap perutnya.Theo mengangguk-anggukkan kepalanya, seakan mengerti dengan penjelasan dari ibunya tersebut.Theo dan Arsen memakai pakaian dan sepatu boots untuk berkuda di hutan. Arsen juga membawa sebuah helm kecil untuk Theo.Mereka bertiga berjalan keluar mansion menuju ke tempat penyimpanan kuda. Pelayan yang mengurus kuda segera menghampiri Tuan dan segera menyiapkan kuda yang akan di gunakan oleh Tuannya."Dad, apa aku boleh
Hari ini adalah ulang tahun pernikahan Arsen dan Lily yang ke 4. Lily meminta pada Arsen untuk merayakannya secara sederhana. Hanya makan bersama dan beramah tamah bersama keluarga inti Black Nostra, dengan mengundang anak istri masing-masing dan Arsen menyetujuinya.Lily sedang membantu Arsen memasang dasi. Arsen merangkul pinggang Lily dan menatapnya dengan mesra."Kau tetap cantik seperti dulu. Bahkan lebih cantik dibanding awal saat kita bertemu. Dress putih yang kau pakai ini membuatku teringat saat menggandengmu sebagai pengantinku 4 tahun yang lalu." Bisik Arsen dengan mesra.Lily mengenakan dress panjang sutra berwarna broken white model off shoulder bertaburan bunga-bunga emas dan perak di dada. Lily menjepit rambut indahnya di atas kedua telinganya dengan jepitan emas lalu menggerai rambutnya ke kanan dan ke kiri untuk menutupi sebagian kulit bahunya yang putih mulus.Perutnya sudah terlihat sedikit membuncit.Lily tersenyum manis mendengar pujian suaminya dan menjinjitkan k
Arsen, Lily, Mike, Sasha dan Yuri segera mengambil tempat untuk duduk sambil berbincang ringan dan memperhatikan Theo, Michael dan Misha yang sedang bermain bersama.Misha sedang berjalan cepat mengitari sofa sambil tertawa-tawa. Sesekali Theo datang di hadapan Misha untuk mengejutkan dan mencegat langkah Misha lalu Misha menjerit kemudian segera membalikkan badannya untuk menghindari Theo dan kembali berjalan cepat lagi namun di ujung sana, Misha dicegat oleh Michael. Misha kembali berjalan cepat ke arah lain yang diikuti oleh Theo dan Michael.Yuri tertawa gembira melihat kedua cucunya bermain dengan riang bersama Theo."Tingkah Misha benar-benar menggemaskan, persis seperti ibunya. Periang dan aktif. Lihat itu, Misha dikeroyok oleh Michael dan Theo." Seru Yuri dengan sumringah."Benar. Misha memang seperti aku. Aktif sekali," seru Sasha dengan bangga.Tiba-tiba Misha berjalan cepat ke arah Mike dan berseru dengan suara cadelnya "Handsome, tolong... handsome.."Mike segera berdiri,
2.5 tahun kemudian.."Yuri sedang berada di Atlanta, Handsome," kata Sasha pada Mike di sela sarapannya di meja makan."Benarkah?" Tanya Mike balik. Sasha menganggukkan kepalanya."Aku lupa bercerita kalau kemarin Yuri tiba di sana dan siang ini ia menghadiri undangan perkawinan anak dari salah satu relasi dekatnya," jawab Sasha."Apakah Yuri akan kemari?" Tanya Mike.Sasha kembali menganggukkan kepalanya sambil mengunyah suapan makanan terakhirnya."Aku memintanya untuk singgah beberapa hari kemari. Sore ini ia akan terbang ke New York." Kata Sasha sambil tersenyum."Kita harus menjemputnya." Jawab Mike seraya menutup sendok di atas piringnya."Ya, aku juga berpikir begitu, Handsome. Sekitar jam 18.30 ia sampai di New York, " sahut Sasha kemudian."Baiklah. Aku akan menjemputnya sepulang dari markas. Kau tunggu di mansion saja dan menjaga anak-anak," kata Mike.Sasha tersenyum dan menganggukkan kepalanya.Sore menjelang malam hari pun tiba..."Yuri..." seru Sasha saat melihat Yuri mu
"Lampu hias itu dulu tidak ada.. Di situlah aku dulu pertama kali di tampar dan dipukul oleh ibuku," kata Arsen dengan bibir bergetar.Lily segera merangkul pinggang Arsen dan mengusap punggungnya dengan lembut untuk menenangkannya."Semua sudah berlalu. Biarkan kenangan pahit itu tertinggal di sana. Kau sudah menang atas tragedi kehidupan. Bukankah ibumu pun sangat menyesali karena sudah menyakitimu?" Lirih Lily.Arsen mengangguk perlahan dan memutar tubuhnya menatap dinding."Di situ dulu ada connecting door yang menghubungkan kamarku dan kamar orang tuaku. Ternyata itu pun telah dihilangkan oleh Grandpa," tunjuk Arsen."Grandpa dan Grandma benar-benar sangat menyayangimu," kata Lily dengan lembut, dan Arsen menganggukkan kepalanya.Arsen berjalan melangkahkan kaki menuju ke kamar mandi dan membukanya."Kamar mandi ini tidak berubah. Hanya diganti bentuk kacanya saja," kata Arsen.Setelah beberapa saat berada di kamar masa kecilnya, Arsen merangkul Lily untuk berjalan ke lantai 2.L
Menjelang sore tadi, Lily, Theo, Arsen dan rombongannya melakukan penerbangan kembali ke New YorkMaria dan Roza menyambut kedatangan mereka dan mengambil alih Theo dan barang bawaan mereka, sementara Camilio dan Charlotte berpamitan untuk pulang ke rumahnya dan berkumpul bersama anak-anaknya.Setelah membereskan semua barang, makan malam, kini mereka bersiap untuk tidur. Theo bahkan sudah terlelap di kamarnya sebelum pukul 9 dan Lily menyuruh Roza untuk beristirahat.Lily tak mampu menggambarkan kebahagiaan nya saat ini. Ia sudah mendatangi makam kedua orang tuanya setelah sekian lama. Kemudian mengunjungi rumah lamanya yang menyimpan berbagai macam kenangan bersama mereka. Bahkan kenangan pahit bersama Margaret.Namun, yang membuatnya semakin bahagia adalah Arsen yang akan memperbaiki rumah tersebut. Arsen mengatakan padanya akan membuat mansion atau vila di sana dan berjanji akan mengajak dirinya dan Theo setiap tahun ke sana.Lily sempat menolak, jika akan membangun mansion atau v
"Handsome.." panggil Sasha untuk kedua kalinya sambil menggerakkan perlahan lengan Mike."Hmm.. apa?" gumam Mike sambil membuka separuh matanya dengan malas. Ia sebenarnya sudah tidur dengan lelap, namun guncangan Sasha membuatnya terbangun. Meski masih merasa mengantuk Mike tetap membuka matanya."Aku lapar. Aku ingin makan," kata Sasha dalam posisi duduk sambil memasang wajah memelasnya.Mike menolehkan pandangannya pada jam di dinding."Ini masih jam 1 malam," jawab Mike dengan suara seraknya."Iya. Tadi aku sudah ke dapur sendiri. Tidak ada makanan yang enak. Cuma ada kue, buah dan pudding. Aku tidak suka dan tidak mau itu," jawab Sasha."Kau ingin makan apa?" Tanya Mike mulai membuka matanya dengan lebar kali ini."Aku kemarin lihat referensi kuliner di internet. Aku tertarik pada masakan Indonesia. Nasi goreng. Lagi pula dengan keadaanku saat ini pasti rencanamu mengajakku ke Lombok diundur seperti berburu ke hutan." jawab Sasha dengan sedikit cemberut.Mata Mike membulat menden
"Kau tidak lelah?" Tanya Camilio seraya merangkul bahu Charlotte dengan lembut."Ahh.. kau mengagetkanku, Cam!" seru Charlotte"Apa yang sedang kau lihat dan lamunkan, hmm?" Tanya Camilio sambil mencoba menelisik apa yan tadi Charlotte lihat dari jendela kamar hotel mereka."Aku tidak melamun," jawab Charlotte."Aku menyapamu pelan dan tidak bermaksud mengejutkanmu tapi kau terkejut. Itu artinya ada yang sedang yang sedang mencuri perhatian dan pikiranmu." Jawab Camilio setelah melihat tidak ada apapun di luar jendela sana selain pemandangan kota Austin menjelang malam hari saja.Charlotte menarik napasnya panjang lalu menundukkan kepalanya."Suami istri harus saling terbuka dan bisa berbagi cerita. Jangan suka disimpan sendiri, yang ada nanti malah akan menjadi ganjalan dan suatu kebiasaan. Selelah apapun, jangan segan-segan untuk berbagi denganku. Memang aku belum tentu bisa langsung memberikan solusi tapi setidaknya akan meringankan pikiranmu," kata Camilio sambil memegang bahu ist