Margaret dengan langkah terburu-buru berjalan menuju apartemen untuk menemui Elliot. Ia akan memberitahukan mengenai apa yang baru saja dilihatnya.Ini akan menjadi informasi yang bagus yang diberikan-nya kepada Elliot. Tentu saja Margareth meyakini bahwa Elliot akan senang dengan informasi yang akan ia berikan ini, karena informasi ini menyangkut mengenai anak tirinya dan Black Nostra.Semoga saja dengan informasi ini akan mengubah sikap dan perilaku Elliot kepada Margaret, menjadi kembali seperti semula.Margaret berharap Elliot tidak akan bermain wanita lagi dan menyakiti hatinya. Jika ia memberi memberikan informasi yang berharga ini.Margaret memasuki apartemen dan langsung mencari keberadaan Elliot di sana. Ia benar-benar sudah tidak sabar untuk memberitahukannya.Elliot sedang duduk di sofa dengan laptop di pangkuannya ketika Margaret masuk ke dalam apartemen dengan sedikit tergesa-gesa.Dengan percaya dirinya Margaret duduk disebelah Elliot dan menyunggingkan sebuah senyuman y
Arsen hari ini pulang lebih awal karena mendapat informasi dari Mike bahwa Black Nostra kembali mendapat pesanan obat-obatan terlarang dan ganja dalam jumlah yang besar. Serta sedikit senjata rakitan buatan mereka.Pesanan tersebut dari afiliansi mereka yang ada di Norfolk, Virginia. Mereka meminta barang bisa disiapkan dalam jangka waktu empat belas hari dan mereka yang akan mengambil sendiri di perbatasan kota New York.Arsen menuju markas untuk ikut menghadiri rapat yang dipimpin oleh Mike, bersama dengan seluruh anggota inti lainnya. Mereka harus menyusun rencana untuk mempersiapkan barangnya. Tak lupa mereka tetap harus meneliti keamanan transaksi, di mana dalam hal itu, Black Nostra harus mengandalkan penuh pada kemampuan Pascoe, Alonzo dan Dante.Setelah pembagian tugas diselesaikan, Arsen segera kembali ke mansion untuk segera bertemu dengan istri tercinta yang selalu dirindukannya.Saat memasuki kamar Arsen terkejut melihat Lily yang sedang berbaring di sofa dan menaikkan kak
Pria itu berjalan dengan langkah besar dan penuh kesiapan dengan tangan yang sudah siap memegang senjata di balik jasnya. Matanya begitu tajam bak elang yang sedang mengamati mangsanya.Pelatihannya selama ia menjadi anggota Black Nostra terlihat dari setiap sikap dan gerak-geriknya saat ini.Begitu mendekati tempat yang ditujunya, orang tadi sudah tak ada. Sayang sekali, ia menghela napas.Orang yang ia curigai karena sejak tadi memperhatikan gerak-gerik mereka, sepertinya sudah pergi menjauh dari tempat ini. Tapi sepertinya belum cukuo jauh jika mengitung perkiraan waktu antara tadi ia melihatnya dan orang itu sembunyi dan menghilang.Tak ingin membuang waktu, pria bertubuh tinggi dan tegap itu mengeluarkan sebuah benda pipih dari saku jasnya, ponsel.Dengan gerakan cepat ia segera menghubungi seseorang melalui ponsel tersebut. Dengan sikap yang tiba-tiba serius, sudah di pastikan bukan orang sembarangan yang dihubunginya."Tuan," serunya ketika panggilannya di angkat oleh seseorang
Margaret terus berlari saat ia berhasil keluar dari markas K-Force melalui pagar jaring yang rusak. Ia sampai harus merangkak untuk melewatinya.Ia sudah sadar bahwa dirinya diikuti oleh orang-orang berpakaian hitam tadi. Hingga dengan sengaja ia menyuruh supir taksi untuk menuju markas K-Force dari pada apartemen tempat tinggalnya bersama Elliot.Setelah di rasa semua aman Margaret mengeluarkan ponsel miliknya dari dalam tas, dan segera menekan nomor milik Elliot untuk segera menghubunginya.Di panggilan ke dua Elliot baru mengangkatnya."Sayang kau dimana?""...""Jangan ke apartemen!! Kita harus bertemu di tempat lain. Ku rasa anggota Black Nostra mengejarku, tapi aku mengalihkannya ke markas K-Force dan membuat Robert menjadi umpan," jelas Margaret." ...""Baik, satu jam lagi kita bertemu di sana," seru Margaret sebelum mematikan panggilannya dan menyimpan kembali ponselnya.Ia kembali bergegas menjauh dari tempat itu.Katakan saja dia kejam karena mengumpankan Robert pada Black
Arsen dan Mike sangat geram melihat Pascoe tidak bisa menemukan jejak Margaret melalui laptop kesayangannya.Dalam radius 2 KM dari daerah sekitar markas kumuh K-Force adalah kawasan warga kulit hitam dan ternyata sangat minim adanya CCTV. Mike ikut mengamati hasil retasan CCTV yang nampak di laptop, dan memang mereka tidak menemukan jejak Margaret dalam radius 5 KM dari tempat dia kabur sampai sekitarnya, pada jam perkiraan Margaret melewatinya.Mike sudah menyebar foto dan ciri-ciri Margaret pada seluruh agen Black Nostra yang tersebar di New York untuk mengejar Margaret. Arsen memerintahkan untuk menangkap Margaret dalam keadaan hidup secepatnya."Al, Cam, apa istri kalian tahu tentang wanita ular ini?" tanya Arsen."Tahu, Tuan," jawab Alonzo."Belum, Tuan," jawab Camilio."Mereka harus sembunyikan ulah ular tua yang mengintai Anna dan pengejaran kita ini dari istriku," titah Arsen."Baik, Tuan," sahut Alonzo dan Camilio bersamaan."Siang hari saat istriku istirahat, aku mengijinka
Margaret baru saja terbangun dari tidur siangnya. Ia mengerjapkan matanya beberapa menit dan perlahan. Ia memutuskan untuk turun dari atas ranjang ruang perawatan rumah sakit. Ia berjalan menuju cermin yang ada di sudut kamar dan duduk di hadapannya.Kamar yang ia tempati adalah kamar yang di sewakan oleh Elliot untuk ia tinggali selama penyembuhan setelah operasi di rumah sakit kecil di Juarez.Margaret tersenyum melihat banyangan wajahnya yang sudah berubah, menjadi cantik dan tampak lebih muda meskipun masih ada sedikit luka dan bengkak. Tampak kerutan dan kantung matanya sudah hilang. Kulit pipi dekat sudut bibir dan kulit lehernya yang mengendur sudah hilang. Matanya sudah tidak terlalu cekung. Dalam beberapa hari lagi, sisa lukanya akan hilang, dan ia semakin sempurna."Wajahku lebih cantik dibandingkan sepuluh tahun yang lalu," gumamnya dengan seringai lebarnya.'Huhh..., kenapa kulit wajahku masih merah-merah dan agak sakit jika aku menarik bibirku lebih lebar? Ah, ini masih a
Dalam perjalanan ke rumah sakit, Charlotte berada satu mobil dengan Lily dan Arsen. Ia duduk di kursi depan, bersebelahan dengan Rodolf. Charlotte membawa satu tas bayi yang berisi satu set perlengkapan bayi yang sudah disiapkan beberapa hari yang lalu olehnya.Charlotte beberapa kali menoleh ke belakang memperhatikan Lily yang mengeluh sangat pegal dan agak panas pada punggungnya."Nyonya, jika mulai kontraksi lagi, segera tarik napas panjang dan hembuskan lewat mulut, perlahan. Ulangi terus sampai kontraksinya berkurang," ujar Charlotte.Lily menganggukkan kepala dan melakukan sesuai instruksi Charlotte. Tangannya menggenggam erat tangan Arsen.Tangan Arsen yang bebas dari genggaman Lily, mengusap-usap punggung bawah Lily untuk mengurangi rasa sakit dan panas yang dikeluhkannya. Saat kontraksi berkurang, Arsen mengusap titik keringat yang ada di dahi dan leher Lily.Arsen bisa merasakan, Lily menahan rasa sakit yang amat sangat hingga berkeringat banyak seperti itu."Sejak di mansio
"Ooekk...oeekk.." tiba-tiba saja Theo menangis dengan kencang.Membuat Lily yang hampir terlelap seketika membuka matanya kembali. Tangisan Theo menggema di seluruh ruangan.Charlotte yang berjaga langsung mengangkat dan menggendong Theo dari dalam box bayi. Sedari tadi Charlotte sudah berada di dalam ruangan ini bersama Lily dan Arsen. Ia menjaga Theo karena Lily mulai mengantuk. Tenaga dan emosinya sudah terkuras beberapa jam ini.Saat Theo sudah terlelap ia mencoba untuk tidur.Arsen yang sedari tadi duduk di sofa kini mulai bangkit dan menghampiri Theo yang sedang digendong oleh Charlotte.Theo masih menangis saat Charlotte menepuk-nempuknya dengan lembut dalam gendongan untuk menenangkannya.Namun Theo masih tetap saja menangis. Padahal Charlotte sudah memeriksa celana Theo tapi tidak basah dan tidak ada masalah pula pada balutan perban tali pusarnya."Theo, mengapa kau menangis sayang?" tanya Lily yang masih terbaring di atas ranjang rumah sakit dan mendenger Theo yang masih s
Setelah menyelesaikan meeting dengan client di sebuah hotel, Arsen berencana kembali ke mansion.Di dalam mobil, Arsen tiba-tiba teringat perkataan Yuri beberapa hari yang lalu. Arsen sempat mendiskusikan hal ini dengan Lily.Mike sangat menghargai Arsen dan memperlakukannya dengan hormat, Arsen sangat memahami dedikasi, kontribusi dan kesetiaan Mike padanya.Arsen sangat mengerti, pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran Mike untuk Black Nostra bukan semata-mata karena mengejar materi dan status. Meskipun Mike banyak dikenal sebagai ketua oleh dunia hitam, Mike tidak pernah congkak menepuk dada di luar sana.Mike selalu tunduk dan memperlakukan Arsen dengan hormat sejak kecil meskipun David dan Marissa selalu mengatakan bahwa Mike sudah dianggap seperti cucu kandungnya, sama seperti Arsen. Arsen tahu bahwa Mike sangat menyayanginya dan selalu siap pasang badan untuk melindungi Arsen.Arsen menyadari bahwa perkataan Yuri itu benar adanya. Sasha adalah anak angkat Yuri dan otomatis akan m
"Selesai sarapan, kita berangkat ke hutan, Theo" seru Arsen di tengah sarapannya."Benarkah, Dad?" Tanya Theo dengan wajah berbinar dan penuh antusias.Arsen mengunyah makanannya sambil menganggukkan kepala. Theo tampak sangat gembira dan bersemangat.Lily tersenyum melihat Theo yang sangat antusias belajar banyak hal pada ayahnya. Theo benar-benar mirip sekali dengan Arsen."Aku ikut mengantar kalian sampai tempat berkuda," kata Lily."Mom tidak ikut?" Tanya Theo."Tidak bisa Theo. Ada adikmu di perut Mommy. Berbahaya," sahut Lily dengan lembut seraya mengusap perutnya.Theo mengangguk-anggukkan kepalanya, seakan mengerti dengan penjelasan dari ibunya tersebut.Theo dan Arsen memakai pakaian dan sepatu boots untuk berkuda di hutan. Arsen juga membawa sebuah helm kecil untuk Theo.Mereka bertiga berjalan keluar mansion menuju ke tempat penyimpanan kuda. Pelayan yang mengurus kuda segera menghampiri Tuan dan segera menyiapkan kuda yang akan di gunakan oleh Tuannya."Dad, apa aku boleh
Hari ini adalah ulang tahun pernikahan Arsen dan Lily yang ke 4. Lily meminta pada Arsen untuk merayakannya secara sederhana. Hanya makan bersama dan beramah tamah bersama keluarga inti Black Nostra, dengan mengundang anak istri masing-masing dan Arsen menyetujuinya.Lily sedang membantu Arsen memasang dasi. Arsen merangkul pinggang Lily dan menatapnya dengan mesra."Kau tetap cantik seperti dulu. Bahkan lebih cantik dibanding awal saat kita bertemu. Dress putih yang kau pakai ini membuatku teringat saat menggandengmu sebagai pengantinku 4 tahun yang lalu." Bisik Arsen dengan mesra.Lily mengenakan dress panjang sutra berwarna broken white model off shoulder bertaburan bunga-bunga emas dan perak di dada. Lily menjepit rambut indahnya di atas kedua telinganya dengan jepitan emas lalu menggerai rambutnya ke kanan dan ke kiri untuk menutupi sebagian kulit bahunya yang putih mulus.Perutnya sudah terlihat sedikit membuncit.Lily tersenyum manis mendengar pujian suaminya dan menjinjitkan k
Arsen, Lily, Mike, Sasha dan Yuri segera mengambil tempat untuk duduk sambil berbincang ringan dan memperhatikan Theo, Michael dan Misha yang sedang bermain bersama.Misha sedang berjalan cepat mengitari sofa sambil tertawa-tawa. Sesekali Theo datang di hadapan Misha untuk mengejutkan dan mencegat langkah Misha lalu Misha menjerit kemudian segera membalikkan badannya untuk menghindari Theo dan kembali berjalan cepat lagi namun di ujung sana, Misha dicegat oleh Michael. Misha kembali berjalan cepat ke arah lain yang diikuti oleh Theo dan Michael.Yuri tertawa gembira melihat kedua cucunya bermain dengan riang bersama Theo."Tingkah Misha benar-benar menggemaskan, persis seperti ibunya. Periang dan aktif. Lihat itu, Misha dikeroyok oleh Michael dan Theo." Seru Yuri dengan sumringah."Benar. Misha memang seperti aku. Aktif sekali," seru Sasha dengan bangga.Tiba-tiba Misha berjalan cepat ke arah Mike dan berseru dengan suara cadelnya "Handsome, tolong... handsome.."Mike segera berdiri,
2.5 tahun kemudian.."Yuri sedang berada di Atlanta, Handsome," kata Sasha pada Mike di sela sarapannya di meja makan."Benarkah?" Tanya Mike balik. Sasha menganggukkan kepalanya."Aku lupa bercerita kalau kemarin Yuri tiba di sana dan siang ini ia menghadiri undangan perkawinan anak dari salah satu relasi dekatnya," jawab Sasha."Apakah Yuri akan kemari?" Tanya Mike.Sasha kembali menganggukkan kepalanya sambil mengunyah suapan makanan terakhirnya."Aku memintanya untuk singgah beberapa hari kemari. Sore ini ia akan terbang ke New York." Kata Sasha sambil tersenyum."Kita harus menjemputnya." Jawab Mike seraya menutup sendok di atas piringnya."Ya, aku juga berpikir begitu, Handsome. Sekitar jam 18.30 ia sampai di New York, " sahut Sasha kemudian."Baiklah. Aku akan menjemputnya sepulang dari markas. Kau tunggu di mansion saja dan menjaga anak-anak," kata Mike.Sasha tersenyum dan menganggukkan kepalanya.Sore menjelang malam hari pun tiba..."Yuri..." seru Sasha saat melihat Yuri mu
"Lampu hias itu dulu tidak ada.. Di situlah aku dulu pertama kali di tampar dan dipukul oleh ibuku," kata Arsen dengan bibir bergetar.Lily segera merangkul pinggang Arsen dan mengusap punggungnya dengan lembut untuk menenangkannya."Semua sudah berlalu. Biarkan kenangan pahit itu tertinggal di sana. Kau sudah menang atas tragedi kehidupan. Bukankah ibumu pun sangat menyesali karena sudah menyakitimu?" Lirih Lily.Arsen mengangguk perlahan dan memutar tubuhnya menatap dinding."Di situ dulu ada connecting door yang menghubungkan kamarku dan kamar orang tuaku. Ternyata itu pun telah dihilangkan oleh Grandpa," tunjuk Arsen."Grandpa dan Grandma benar-benar sangat menyayangimu," kata Lily dengan lembut, dan Arsen menganggukkan kepalanya.Arsen berjalan melangkahkan kaki menuju ke kamar mandi dan membukanya."Kamar mandi ini tidak berubah. Hanya diganti bentuk kacanya saja," kata Arsen.Setelah beberapa saat berada di kamar masa kecilnya, Arsen merangkul Lily untuk berjalan ke lantai 2.L
Menjelang sore tadi, Lily, Theo, Arsen dan rombongannya melakukan penerbangan kembali ke New YorkMaria dan Roza menyambut kedatangan mereka dan mengambil alih Theo dan barang bawaan mereka, sementara Camilio dan Charlotte berpamitan untuk pulang ke rumahnya dan berkumpul bersama anak-anaknya.Setelah membereskan semua barang, makan malam, kini mereka bersiap untuk tidur. Theo bahkan sudah terlelap di kamarnya sebelum pukul 9 dan Lily menyuruh Roza untuk beristirahat.Lily tak mampu menggambarkan kebahagiaan nya saat ini. Ia sudah mendatangi makam kedua orang tuanya setelah sekian lama. Kemudian mengunjungi rumah lamanya yang menyimpan berbagai macam kenangan bersama mereka. Bahkan kenangan pahit bersama Margaret.Namun, yang membuatnya semakin bahagia adalah Arsen yang akan memperbaiki rumah tersebut. Arsen mengatakan padanya akan membuat mansion atau vila di sana dan berjanji akan mengajak dirinya dan Theo setiap tahun ke sana.Lily sempat menolak, jika akan membangun mansion atau v
"Handsome.." panggil Sasha untuk kedua kalinya sambil menggerakkan perlahan lengan Mike."Hmm.. apa?" gumam Mike sambil membuka separuh matanya dengan malas. Ia sebenarnya sudah tidur dengan lelap, namun guncangan Sasha membuatnya terbangun. Meski masih merasa mengantuk Mike tetap membuka matanya."Aku lapar. Aku ingin makan," kata Sasha dalam posisi duduk sambil memasang wajah memelasnya.Mike menolehkan pandangannya pada jam di dinding."Ini masih jam 1 malam," jawab Mike dengan suara seraknya."Iya. Tadi aku sudah ke dapur sendiri. Tidak ada makanan yang enak. Cuma ada kue, buah dan pudding. Aku tidak suka dan tidak mau itu," jawab Sasha."Kau ingin makan apa?" Tanya Mike mulai membuka matanya dengan lebar kali ini."Aku kemarin lihat referensi kuliner di internet. Aku tertarik pada masakan Indonesia. Nasi goreng. Lagi pula dengan keadaanku saat ini pasti rencanamu mengajakku ke Lombok diundur seperti berburu ke hutan." jawab Sasha dengan sedikit cemberut.Mata Mike membulat menden
"Kau tidak lelah?" Tanya Camilio seraya merangkul bahu Charlotte dengan lembut."Ahh.. kau mengagetkanku, Cam!" seru Charlotte"Apa yang sedang kau lihat dan lamunkan, hmm?" Tanya Camilio sambil mencoba menelisik apa yan tadi Charlotte lihat dari jendela kamar hotel mereka."Aku tidak melamun," jawab Charlotte."Aku menyapamu pelan dan tidak bermaksud mengejutkanmu tapi kau terkejut. Itu artinya ada yang sedang yang sedang mencuri perhatian dan pikiranmu." Jawab Camilio setelah melihat tidak ada apapun di luar jendela sana selain pemandangan kota Austin menjelang malam hari saja.Charlotte menarik napasnya panjang lalu menundukkan kepalanya."Suami istri harus saling terbuka dan bisa berbagi cerita. Jangan suka disimpan sendiri, yang ada nanti malah akan menjadi ganjalan dan suatu kebiasaan. Selelah apapun, jangan segan-segan untuk berbagi denganku. Memang aku belum tentu bisa langsung memberikan solusi tapi setidaknya akan meringankan pikiranmu," kata Camilio sambil memegang bahu ist