Jeofre dan Camilio berhasil menangkap sniper yang di sewa seseorang untuk membunuh Nyonya muda mereka. Dan mereka sudah memberitahukannya kepada Tuan mereka.Kini mereka sudah membawa pria tersebut ke markas Black Nostra dan menyiksanya. Arsen akan melihatnya di keesokan hari. Karena saat ini ia hanya ingin menemani istrinya untuk melalui hari yang berat yang sudah di laluinya.Hanya dalam kurun waktu kurang dari satu bulan istrinya sudah dua kali mengalami percobaan pembunuhan. Kini ia mencoba untuk memperlakukan istrinya lebih baik dan lebih lembut. Ia ingin berada di sisi istrinya.Arsen sangat senang dengan apa yang sudah diungkap oleh istrinya tadi, ia tak menyangka istrinya akan bisa menerimanya dengan mudah.Setelah makan malam selesai, Arsen dan Lily kembali ke dalam kamar mereka. Lily ingin makan di ruang makan, karena dia memang tidak mengalami luka sedikitpun, pengawal wanita yang terkena tembakan itu meninggal di tempat. Karena peluru menembus organ vitalnya dan mengeluark
"Kau sudah pulang?" seru Lily lembut, begitu melihat suaminya datang. Lily sedang duduk di sofa kamar sambil membaca buku. Ia langsung menutup dan menyimpan bukunya. Semenjak kejadian kemarin Arsen kembali melarang Lily keluar mansion, ia hanya diijinkan berjalan-jalan di dalam mansion saja.Sedangkan Charlotte dan Maria keluar kamar, untuk memberi waktu Lily beristirahat karena ini jam tidur siang. Namun Lily tidak bisa memejamkan matanya, hingga ia membaca buku."Yang kau lihat?" Arsen menjawab pertanyaan Lily dengan pertanyaan, namun ia mendekati Lily dan mengecup kening istrinya tersebut."Ah.., maafkan aku..."uUjar Lily merasa bodoh. Sudah jelas suaminya berada di hadapannya, artinya ia memang sudah pulang.Arsen tidak menimpali ucapan Lily, kemudian ia duduk di sebelah istrinya. "Kau mau sesuatu? Akan aku buatkan," tawar Lily."Tidak, aku hanya ingin memelukmu," ujar Arsen datar."Heh?" Namun Lily segera mengenyahkan rasa kagetnya. Dan segera memeluk Arsen. "Apa yang terjadi?" t
Pagi ini Arsen berada di ruang keluarga, hanya berdua dengan Marissa. "Aku harus melakukannya Grandma." Ujar Arsen tanpa mengeluarkan ekspresi apapun, ia hanya menatap Marissa dengan pandangan tak terbacanya.Jika bisa dilihat, ruangan itu kini menguarkan aura kelam dan dingin dengan sedikit ketegangan. Karena apapun yang sedang mereka bicara adalah mengenai nasib seorang Lazcano. Lazcano yang terbuang dan tidak diakui lagi.Marissa menghela nafas panjang sebelum akhirnya menghembuskannya perlahan. Ia butuh menenangkan dirinya. Meskipun yang berbicara adalah cucunya sendiri, namun dia lah pemegang kekuasaan penuh atas Lazcano.Arsen ada pemimpin Black Nostra dan kepala keluarga Lazcano. Apapun keputusannya bersifat mutlak dan tidak dapat diubah kecuali oleh dirinya sendiri.Jujur saja, bagaimanapun Marissa adalah seorang ibu dan ini menyangkut nyawa anaknya Sophia. Masih ada sedikit rasa kasih sayangnya yang tersisa dalam hatinya bagi Sophia. Namun mengingat semua yang sudah Sophia la
"Itu bukan salahku!!" Pekik Sophia tak terima. "Apa kau tahu, saat itu aku sedang mengandung anak ayahmu saat mereka menikah."Saat pernikahan Dean dan Lucia memang Sophia sedang mengandung anak Dean, dan usia kandungannya menginjak bulan kedua. Namun akibat berita pernikahan Dean dan Lucia membuat Sophia stres hingga ia harus kehilangan calon anaknya karena keguguran.Mulai dari sanalah Sophia bertekad untuk membalas dendam dan menghancurkan rumah tangga kakaknya, serta merebut kembali Dean. Ia tidak mau menerima kenyataan bahwa pernikahan itu adalah perjodohan yang dilakukan oleh ayahnya sendiri. Ia benar-benar sudah gelap mata dan hati saat itu.Namun ada kesalahan saat itu, Dean ikut tertembak hingga tewas di tempat saat orang-orang bayaran Sophia menyerang mansion tersebut.Arsen sama sekali tidak terpengaruh oleh pekikan Sophia."Jadi gara-gara itu kau membenciku?" Ujar Arsen datar.Setelah kejadian itu Sophia kabur entah kemana, sampai ia mendengar ayahnya meninggal ia kembali
Arsen kini dapat melihat ketakutan di mata Sophia, bahkan ia bisa melihat keringat bercampur darah semakin mengucur dari tubuh Sophia. Tubuhnya semakin bergetar. Namun ini adalah bagian yang paling menyenangkan dari permainan ini.Wanita yang tadi terlihat tangguh dan berusaha untuk melawan, kini tampak sudah tidak berdaya lagi. Meskipun beberapa gerakan kecil masih di lakukannya untuk melepaskan ikatan tersebut."Tidakkk.., tidakkk.., aku mohon jangan bunuh aku Arsen, aku mohon.." Pekik Sophia.Ah..., ini sungguh sangat merdu di telinga Arsen."Aku tidak bersalah, jadi aku mohon lepaskan aku!!" Sophia terus memekik.Arsen hanya tersenyum miris. Sampai kapanpun Sophia akan selalu merasa dirinya tidak pernah dan salah. Dan Arsen semakin muak dengan hal itu, sebaiknya ia segera mengakhiri permainan ini. Ini sudah terlalu lama. Ia harus segera kembali ke mansion dan mendapatkan pelukan hangat istrinya.Arsen melangkah menjauhi Sophia. Ia mengambil sesuatu seperti ember di dekat meja. Ars
Seperti biasa Lily harus meminum susu yang sudah menjadi rutinitasnya setiapa hari, pagi dan malam. Yang lebih menyebalkan di bawah pengawasan langsung suaminya, Arsen.Sedangkan perutnya masih terasa penuh dan begah. Namun ia harus meminumnya, Arsen sudah menatapnya dengan tajam. Karena Lily masih memegang gelas susunya yang masih penuh."Tidak enak? Mual?" Tanya Arsen datar seraya memberikan tatapan maut nan tajamnya.Lily meringis mendengar ucapan Arsen. Ia sedikit melirik Arsen dengan takut-takut."Ini enak..., tapi memang sedikit membuatku mual. Hmm..., perutku masih terasa penuh," lirih Lily.Sekarang Lily mulai merasakan perutnya sudah tidak terlalu rata lagi. Ia masih bingung 'apa secepat ini besarnya?' tanyanya dalam hati."Tapi kau harus meminumnya." Ujar Arsen masih datar. Bukan tanpa alasan ia tidak mau sampai Lily dan anaknya kenapa-kenapa.Lily hanya mengangguk pasrah dan mulai meminum susunya perlahan. Arsen menarik ujung bibirnya sedikit, hingga tidak terlihat bahwa ia
"Hati-hati.." Ucap Lily dengan lembut setelah membantu memakaikan dasi pada suaminya, tidak lupa ia tersenyum. Kemudian ia mengecup lembut bibir suaminya dengan cepat seraya semburat malu terpancar dari wajah cantiknya.Arsen hanya mengangguk pelan setelah menerima semua perlakuan lembut dari istri tercintanya tersebut. Cinta? Ya mungkin itu terdengar konyol bagi seorang Arsen. Hmm..., mungkin lebih tepat, tidak bisa hidup tanpanya.Meski hubungan mereka kian membaik, dan semakin dekat tetap saja jantung Lily tidak karuan saat di hadapan suaminya. Apa seperti ini rasanya jatuh cinta setiap hari pada suami sendiri?.Namun ini sungguh menyenangkan. Benar, Lily mengingat perkataan Eleanor, wanita yang membawa gaun pengantin saat itu. 'Jalanilah pernikahan ini seperti yang mengalir. Maka akan ada saatnya kebahagiaan itu datang.'Dan benar, kini itu yang Lily rasakan. Bahkan ia sudah tidak sabar menanti kelahiran anaknya, meski sebenarnya itu masih lama, masih dalam waktu berbulan-bulan ke
Seorang wanita terus berlari tanpa arah, ia berlari dari seseorang yang mengejarnya. Ia tidak memperdulikan kakinya yang sudah terluka dan berdarah, ia terus berlari tanpa menggunakan alas kaki.Ia ketakutan, ketakutan karena nyawanya yang terancam. Ia tak peduli dengan keadaan dress yang digunakannya sudah robek di mana-mana dan kotor dengan lumpur dan darahnya sendiri.Yang ada di pikirannya adalah berlari sejauh mungkin. Sejauh di mana pria yang mengejarnya tidak dapat menemukannya lagi. Ia sudah muak dengan pria itu, ia ingin lepas dari pria itu untuk selama-lamanya.Keadaan sudah begitu gelap, dan ia masih berlari dengan sisa-sisa tenaganya. Tanpa ia sadari ia sudah berlari sangat jauh, jauh dari perkotaan yang ramai, dan masuk ke dalam sebuah hutan. Meski keadaan sangat gelap namun ia bersyukur karena ia tak mendengar lagi suara tembakan dan pria yang mengejarnya.Gadis berambut merah burgundia gelap itu menghentika langkahnya, ia mulai mengamati keadaan sekitar, hanya pepohonan
Setelah menyelesaikan meeting dengan client di sebuah hotel, Arsen berencana kembali ke mansion.Di dalam mobil, Arsen tiba-tiba teringat perkataan Yuri beberapa hari yang lalu. Arsen sempat mendiskusikan hal ini dengan Lily.Mike sangat menghargai Arsen dan memperlakukannya dengan hormat, Arsen sangat memahami dedikasi, kontribusi dan kesetiaan Mike padanya.Arsen sangat mengerti, pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran Mike untuk Black Nostra bukan semata-mata karena mengejar materi dan status. Meskipun Mike banyak dikenal sebagai ketua oleh dunia hitam, Mike tidak pernah congkak menepuk dada di luar sana.Mike selalu tunduk dan memperlakukan Arsen dengan hormat sejak kecil meskipun David dan Marissa selalu mengatakan bahwa Mike sudah dianggap seperti cucu kandungnya, sama seperti Arsen. Arsen tahu bahwa Mike sangat menyayanginya dan selalu siap pasang badan untuk melindungi Arsen.Arsen menyadari bahwa perkataan Yuri itu benar adanya. Sasha adalah anak angkat Yuri dan otomatis akan m
"Selesai sarapan, kita berangkat ke hutan, Theo" seru Arsen di tengah sarapannya."Benarkah, Dad?" Tanya Theo dengan wajah berbinar dan penuh antusias.Arsen mengunyah makanannya sambil menganggukkan kepala. Theo tampak sangat gembira dan bersemangat.Lily tersenyum melihat Theo yang sangat antusias belajar banyak hal pada ayahnya. Theo benar-benar mirip sekali dengan Arsen."Aku ikut mengantar kalian sampai tempat berkuda," kata Lily."Mom tidak ikut?" Tanya Theo."Tidak bisa Theo. Ada adikmu di perut Mommy. Berbahaya," sahut Lily dengan lembut seraya mengusap perutnya.Theo mengangguk-anggukkan kepalanya, seakan mengerti dengan penjelasan dari ibunya tersebut.Theo dan Arsen memakai pakaian dan sepatu boots untuk berkuda di hutan. Arsen juga membawa sebuah helm kecil untuk Theo.Mereka bertiga berjalan keluar mansion menuju ke tempat penyimpanan kuda. Pelayan yang mengurus kuda segera menghampiri Tuan dan segera menyiapkan kuda yang akan di gunakan oleh Tuannya."Dad, apa aku boleh
Hari ini adalah ulang tahun pernikahan Arsen dan Lily yang ke 4. Lily meminta pada Arsen untuk merayakannya secara sederhana. Hanya makan bersama dan beramah tamah bersama keluarga inti Black Nostra, dengan mengundang anak istri masing-masing dan Arsen menyetujuinya.Lily sedang membantu Arsen memasang dasi. Arsen merangkul pinggang Lily dan menatapnya dengan mesra."Kau tetap cantik seperti dulu. Bahkan lebih cantik dibanding awal saat kita bertemu. Dress putih yang kau pakai ini membuatku teringat saat menggandengmu sebagai pengantinku 4 tahun yang lalu." Bisik Arsen dengan mesra.Lily mengenakan dress panjang sutra berwarna broken white model off shoulder bertaburan bunga-bunga emas dan perak di dada. Lily menjepit rambut indahnya di atas kedua telinganya dengan jepitan emas lalu menggerai rambutnya ke kanan dan ke kiri untuk menutupi sebagian kulit bahunya yang putih mulus.Perutnya sudah terlihat sedikit membuncit.Lily tersenyum manis mendengar pujian suaminya dan menjinjitkan k
Arsen, Lily, Mike, Sasha dan Yuri segera mengambil tempat untuk duduk sambil berbincang ringan dan memperhatikan Theo, Michael dan Misha yang sedang bermain bersama.Misha sedang berjalan cepat mengitari sofa sambil tertawa-tawa. Sesekali Theo datang di hadapan Misha untuk mengejutkan dan mencegat langkah Misha lalu Misha menjerit kemudian segera membalikkan badannya untuk menghindari Theo dan kembali berjalan cepat lagi namun di ujung sana, Misha dicegat oleh Michael. Misha kembali berjalan cepat ke arah lain yang diikuti oleh Theo dan Michael.Yuri tertawa gembira melihat kedua cucunya bermain dengan riang bersama Theo."Tingkah Misha benar-benar menggemaskan, persis seperti ibunya. Periang dan aktif. Lihat itu, Misha dikeroyok oleh Michael dan Theo." Seru Yuri dengan sumringah."Benar. Misha memang seperti aku. Aktif sekali," seru Sasha dengan bangga.Tiba-tiba Misha berjalan cepat ke arah Mike dan berseru dengan suara cadelnya "Handsome, tolong... handsome.."Mike segera berdiri,
2.5 tahun kemudian.."Yuri sedang berada di Atlanta, Handsome," kata Sasha pada Mike di sela sarapannya di meja makan."Benarkah?" Tanya Mike balik. Sasha menganggukkan kepalanya."Aku lupa bercerita kalau kemarin Yuri tiba di sana dan siang ini ia menghadiri undangan perkawinan anak dari salah satu relasi dekatnya," jawab Sasha."Apakah Yuri akan kemari?" Tanya Mike.Sasha kembali menganggukkan kepalanya sambil mengunyah suapan makanan terakhirnya."Aku memintanya untuk singgah beberapa hari kemari. Sore ini ia akan terbang ke New York." Kata Sasha sambil tersenyum."Kita harus menjemputnya." Jawab Mike seraya menutup sendok di atas piringnya."Ya, aku juga berpikir begitu, Handsome. Sekitar jam 18.30 ia sampai di New York, " sahut Sasha kemudian."Baiklah. Aku akan menjemputnya sepulang dari markas. Kau tunggu di mansion saja dan menjaga anak-anak," kata Mike.Sasha tersenyum dan menganggukkan kepalanya.Sore menjelang malam hari pun tiba..."Yuri..." seru Sasha saat melihat Yuri mu
"Lampu hias itu dulu tidak ada.. Di situlah aku dulu pertama kali di tampar dan dipukul oleh ibuku," kata Arsen dengan bibir bergetar.Lily segera merangkul pinggang Arsen dan mengusap punggungnya dengan lembut untuk menenangkannya."Semua sudah berlalu. Biarkan kenangan pahit itu tertinggal di sana. Kau sudah menang atas tragedi kehidupan. Bukankah ibumu pun sangat menyesali karena sudah menyakitimu?" Lirih Lily.Arsen mengangguk perlahan dan memutar tubuhnya menatap dinding."Di situ dulu ada connecting door yang menghubungkan kamarku dan kamar orang tuaku. Ternyata itu pun telah dihilangkan oleh Grandpa," tunjuk Arsen."Grandpa dan Grandma benar-benar sangat menyayangimu," kata Lily dengan lembut, dan Arsen menganggukkan kepalanya.Arsen berjalan melangkahkan kaki menuju ke kamar mandi dan membukanya."Kamar mandi ini tidak berubah. Hanya diganti bentuk kacanya saja," kata Arsen.Setelah beberapa saat berada di kamar masa kecilnya, Arsen merangkul Lily untuk berjalan ke lantai 2.L
Menjelang sore tadi, Lily, Theo, Arsen dan rombongannya melakukan penerbangan kembali ke New YorkMaria dan Roza menyambut kedatangan mereka dan mengambil alih Theo dan barang bawaan mereka, sementara Camilio dan Charlotte berpamitan untuk pulang ke rumahnya dan berkumpul bersama anak-anaknya.Setelah membereskan semua barang, makan malam, kini mereka bersiap untuk tidur. Theo bahkan sudah terlelap di kamarnya sebelum pukul 9 dan Lily menyuruh Roza untuk beristirahat.Lily tak mampu menggambarkan kebahagiaan nya saat ini. Ia sudah mendatangi makam kedua orang tuanya setelah sekian lama. Kemudian mengunjungi rumah lamanya yang menyimpan berbagai macam kenangan bersama mereka. Bahkan kenangan pahit bersama Margaret.Namun, yang membuatnya semakin bahagia adalah Arsen yang akan memperbaiki rumah tersebut. Arsen mengatakan padanya akan membuat mansion atau vila di sana dan berjanji akan mengajak dirinya dan Theo setiap tahun ke sana.Lily sempat menolak, jika akan membangun mansion atau v
"Handsome.." panggil Sasha untuk kedua kalinya sambil menggerakkan perlahan lengan Mike."Hmm.. apa?" gumam Mike sambil membuka separuh matanya dengan malas. Ia sebenarnya sudah tidur dengan lelap, namun guncangan Sasha membuatnya terbangun. Meski masih merasa mengantuk Mike tetap membuka matanya."Aku lapar. Aku ingin makan," kata Sasha dalam posisi duduk sambil memasang wajah memelasnya.Mike menolehkan pandangannya pada jam di dinding."Ini masih jam 1 malam," jawab Mike dengan suara seraknya."Iya. Tadi aku sudah ke dapur sendiri. Tidak ada makanan yang enak. Cuma ada kue, buah dan pudding. Aku tidak suka dan tidak mau itu," jawab Sasha."Kau ingin makan apa?" Tanya Mike mulai membuka matanya dengan lebar kali ini."Aku kemarin lihat referensi kuliner di internet. Aku tertarik pada masakan Indonesia. Nasi goreng. Lagi pula dengan keadaanku saat ini pasti rencanamu mengajakku ke Lombok diundur seperti berburu ke hutan." jawab Sasha dengan sedikit cemberut.Mata Mike membulat menden
"Kau tidak lelah?" Tanya Camilio seraya merangkul bahu Charlotte dengan lembut."Ahh.. kau mengagetkanku, Cam!" seru Charlotte"Apa yang sedang kau lihat dan lamunkan, hmm?" Tanya Camilio sambil mencoba menelisik apa yan tadi Charlotte lihat dari jendela kamar hotel mereka."Aku tidak melamun," jawab Charlotte."Aku menyapamu pelan dan tidak bermaksud mengejutkanmu tapi kau terkejut. Itu artinya ada yang sedang yang sedang mencuri perhatian dan pikiranmu." Jawab Camilio setelah melihat tidak ada apapun di luar jendela sana selain pemandangan kota Austin menjelang malam hari saja.Charlotte menarik napasnya panjang lalu menundukkan kepalanya."Suami istri harus saling terbuka dan bisa berbagi cerita. Jangan suka disimpan sendiri, yang ada nanti malah akan menjadi ganjalan dan suatu kebiasaan. Selelah apapun, jangan segan-segan untuk berbagi denganku. Memang aku belum tentu bisa langsung memberikan solusi tapi setidaknya akan meringankan pikiranmu," kata Camilio sambil memegang bahu ist