Share

44. Nasihat dari Bunda

Penulis: Lapini
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-26 19:39:03

Cindya menipiskan bibirnya, memperhatikan putranya yang sedang menghabiskan sepiring nasi goreng, sesekali melirik kedua orangtuanya yang duduk bersebrangan dengannya.

Papa dan Bunda, kedua orang dewasa itu memilik untuk ikut sarapan di rumah Cindya, bersama dengan Dharmatio. Mereka sesekali memperhatikan Cindya dan Dharmatio silih berganti.

Hening selama 20 menit, masing-masing sibuk menghabiskan seporsi nasi goreng yang dibuat oleh Bibi, karena Cindya tidak sempat membantunya.

“Dharma ….” panggil Bunda, membuat menantunya itu menaikkan pandangan dan bertemu tatap dengannya. “Kamu tadi malam pergi kemana?” tanyanya dengan ekspresi wajah serius.

Dharmatio mengulas senyum tipis, “Ke kost Ferry, dia minta bantuan aku untuk bedah naskah, breakdown yang dibutuhkan untuk variety nanti.”

Bunda menaikkan sebelah alis, “Variety itu simple untuk property. Hari ini kalian breakdown di kantor juga bisa,” balasnya, membuat Dharmatio terdiam.

Bunda memicingkan mata, ia kembali mengatupkan bibirnya
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   45. Sebenarnya apa yang sedang direncanakan?

    Harena menghela nafasnya perlahan, menyugar surai panjangnya sebelum akhirnya masuk ke dalam mobilnya yang terpakir di lahan kosong yang disediakan untuk parkiran anak kost. Ia merasa seperti dipantau, tetapi tidak ada orang lain selain dirinya.Ini aneh, pikirnya. Berkali-kali menggelengkan kepala, mengenyahkan pikiran negatif dan hawa negatif yang hadir selama dua hari ini. Berusaha untuk tetap tenang dalam menjalani hari-harinya hingga tujuannya merebut Dharmatio dari Cindya itu terwujud.Tiba-tiba saja sudut bibir perempuan itu terangkat, mengukir senyum miring, menatap dirinya pada cermin yang selalu ia bawa kemanapun dirinya pergi.“Cindya memang cantik, tetapi aku lebih menggoda. Lihat saja, Dharma akan jatuh padaku dalam waktu dekat,” monolognya, menyimpan kembali cermin bulat itu ke dalam slingbag berwarna cream yang ia simpan di jok penumpang sisi kirinya.Sementara itu Dharmatio menatap dirinya pada cermin besar dihadapannya saat ini, setengah jam yang lalu atau 30 menit ya

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   44. Nasihat dari Bunda

    Cindya menipiskan bibirnya, memperhatikan putranya yang sedang menghabiskan sepiring nasi goreng, sesekali melirik kedua orangtuanya yang duduk bersebrangan dengannya.Papa dan Bunda, kedua orang dewasa itu memilik untuk ikut sarapan di rumah Cindya, bersama dengan Dharmatio. Mereka sesekali memperhatikan Cindya dan Dharmatio silih berganti.Hening selama 20 menit, masing-masing sibuk menghabiskan seporsi nasi goreng yang dibuat oleh Bibi, karena Cindya tidak sempat membantunya.“Dharma ….” panggil Bunda, membuat menantunya itu menaikkan pandangan dan bertemu tatap dengannya. “Kamu tadi malam pergi kemana?” tanyanya dengan ekspresi wajah serius.Dharmatio mengulas senyum tipis, “Ke kost Ferry, dia minta bantuan aku untuk bedah naskah, breakdown yang dibutuhkan untuk variety nanti.”Bunda menaikkan sebelah alis, “Variety itu simple untuk property. Hari ini kalian breakdown di kantor juga bisa,” balasnya, membuat Dharmatio terdiam.Bunda memicingkan mata, ia kembali mengatupkan bibirnya

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   43. Disidang Bunda dan Papa

    Cindya menghela nafasnya perlahan, menatap ke sisi kirinya, dan tidak mendapati putranya lantas membuatnya segera bangkit lalu turun dari atas ranjang.“Arlan ….”“YESS BUNDA. AKU DI KAMAR MANDI.”Suara teriakan bocah laki-laki dari kamar mandi membuat Cindya bernafas lega, ia meraih jepitan di atas meja nakas, melangkahkan kedua kakinya mendekati kamar mandi yang pintunya tertutup.Wanita itu mengetuk pintu kamar mandi sebanyak tiga kali, “Sayang … Bunda tunggu dibawah yaa.”Setelah Cindya mengatakan itu, pintu kamar mandi terbuka dan memperlihatkan sosok bocah laki-laki tampan yang mengenakan kimono handuk berwarna putih dengan rambut yang basah.“No. Kita ke bawah bareng. Aku pakai seragam dulu,” ucap bocah laki-laki berumur 4 tahun itu. Sudah seperti bukan bocah lagi, bukan?Jika Arlantio mengatakan umurnya tujuh tahun pun pasti percaya. Tinggi badan, wajah, cara bicara, sangat mendukung untuk anak usia 7 tahun.Baik Cindya maupun Dharmatio, memiliki tinggi tubuh diatas standar or

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   42. Dharmatio Bertemu Harena di Hotel

    Cindya memperhatikan suaminya yang diam-diam melangkah keluar dari kamar, setelah terdengar suara pintu yang dibuka lalu ditutup kembali, membuatnya beranjak dan melangkah mendekati jendela kamarnya.Begitu wanita itu membuka jendela kamar, bertepatan dengan seorang pria yang tinggal bersebrangan dengannya di depan sana keluar dan duduk di kursi yang ada di balkon. Cindya menaikkan sebelah alisnya.Cindya menoleh saat kedua telinganya mendengar ponselnya yang berdenting, membuatnya melangkahkan kaki mendekati meja nakas, lantas mengambil dan membaca satu pesan yang dikirim oleh kontak nama ‘Teno’.“Mbak tidur saja, urusan suamimu biar kami yang mengawasi. Ibu hamil tidak boleh kelelahan dan banyak fikiran, bukan ….” monolognya membaca pesan yang ia terima, atensinya kini tertuju ke arah jendala yang terbuka, dan bisa melihat langsung Teno yang tersenyum kepadanya.Cindya masih bingung harus bersikap bagaimana dengan apa yang terjadi pada malam ini. Harus berfikiran positif, tetapi tid

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   41. Sifat Asli Harena Mulai Terlihat

    “OH MY GOD!”Harena melebarkan kedua matanya saat pertama kali membuka pintu dan langsung diperlihatkan isi kost yang akan di tempati olehnya. Empat kali lebih kecil dibandingkan unit apartementnya yang dibelikan Sang Bunda.Tas yang dipegang olehnya terjatuh diiringi rasa terkejutnya, berharap ini semua adalah mimpi. Harena menggeleng-gelengkan kepala berkali-kali, lalu melangkah mundur dan saat itu ia mendapati dirinya menjadi pusat perhatian beberapa penghuni kost lainnya.“Kamu kenapa?”“Iya … teriakannya kedengarannya sampai ke kamarku.”“Apa ada kecoa di kamar kostmu?”Harena tersenyum menggelengkan kepala, “Maaf … Maaf … Tadi ada memang ada kecoa, tapi sudah mati ternyata,” tuturnya, ekspresi wajahnya menjadi baik.Beberapa penghuni yang kebanyakan perempuan itu menganggukkan kepala, tetapi sebagian lagi menatap Harena dengan tatapan tidak suka.Harena menunduk, lalu masuk ke dalam kamar kostnya dan menutup pintu kamar kostnya. Ia mengedarkan atensinya, tidak ada kulkas, tidak

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   40. Dharmatio di Introgasi Cindya

    “Harusnya tuh kamu bilang dulu ke aku kalau mau ke apartementnya Harena,” ucap Cindya dengan kedua matanya memperhatikan suaminya yang duduk bersebrangan dengannya saat ini.Dharmatio hanya terdiam mendengarkan segala ocehan yang keluar dari mulut Cindya, jika dirinya membantah tanpa persetujuan dan membuat Cindya marah, itu akan jauh lebih berbahaya.Dharmatio mengenal istrinya bukan satu atau dua hari, tetapi sudah bertahun-tahun, karena itu juga ia mengenal karakter istrinya saat ini.Cindya menaikkan sebelah alisnya saat kedua matanya bertemu dengan kedua mata suaminya yang dengan berani menaikkan pandangan ke arahnya. Mereka bertemu tatapan selama beberapa menit, hingga akhirnya Dharmatio bersuara setelah 15 menit terdiam.“Maaf.” Hanya satu kata, hanya kata ‘maaf’ yang terucap dari mulutnya. Setelahnya tidak ada lagi kata-kata atau kalimat yang ia ucapkan, membuat Cindya menghela nafas.Wanita bersurai panjang itu menyugar rambut dengan wajah yang sedikit tenang dibandingkan seb

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status