Share

Bab 4 Persada Agung Grup

Tak terlihat siapa yang melakukan pembakaran, api muncul setelah tak ada orang dalam ruangan. Pihak kepolisian meminta izin melakukan interogasi pada Pak Hanafi. Sebelum dokumen penyebab kebakaran diterbitkan.

Pihak asuransi juga sudah melakukan penyelidikannya sendiri. Dua sampai tiga hari waktu yang akan digunakan hingga proses klaim asuransi dapat dilakukan. Hendra mencatat semua yang disampaikan pihak kepolisian.

“Baik pak, kami pamit dahulu jika begitu. Terima kasih banyak bantuannya.”

Aku keluar menuju parkiran diikuti Hendra. Mobil langsung bergerak menuju kantor. Aku meminta Hendra untuk mampir ke restoran terdekat. Rasa lapar membuat konsentrasiku berkurang.

Sebuah pesan dari Tyo dibacanya.

-Besok Alisha kujemput, mau kuajak rapat divisi.-

Tanda ok dan terima kasih kukirim sebagai jawaban. Akhirnya mereka berdua dekat kembali. Semenjak Alisha kuketahui bukan adik kandungku, mengapa ada rasa memiliki yang lebih dari sebelumnya. Terlebih saat Tyo selalu dekat dengannya.

Kubuang pikiran yang selalu membuat hatiku gundah. Kucoba menikmati makan siang yang dipesan Hendra. Setelah ini aku harus melanjutkan pekerjaanku, tanpa memikirkan hal yang tak penting itu.

***

Berita pagi membuat Paman Hasan terkejut. Anugerah Aksara Grup, terbakar. Beruntung api cepat padam. Paman Hasan terdiam dan merenung. Mencoba memahami apa yang disampaikan Fariz dua hari yang lalu.

“Ayah, kita harus mencari tambahan modal. Aku sudah mengirim permintaan kerja sama dengan Anugerah Aksara, bantu untuk mendapatkan persetujuan Alisha dan kakaknya,” ucap Fariz pada ayahnya.

Permintaan Fariz mengganggu pikirannya. Melakukan akuisisi sebuah pusat perbelanjaan pasti memerlukan banyak modal. Bekerja sama dengan perusahaan lain harus saling menguntungkan. Modal utama Persada Agung kini hanya bisa dicairkan oleh Alisha.

Dahulu sebelum Alisha berusia 17 tahun, dia mudah menambahkan modal untuk mengembangkan usahanya, saat ini semua modal sudah di bawah kendali Alisha. Angga pasti belum memberitahukan Alisha terkait kepemilikan perusahaan.

Dering telepon menyadarkannya dari lamunan. Fariz, nama yang muncul di layar Hpnya. Digesernya layar untuk menjawab panggilan putra pertamanya.

“Ayah, bagaimana? Sudah ada kabar?” tanya Fariz cepat saat mendengar suara ayahnya menjawab salam.

“Fariz, coba cari informasi terkait kebakaran di jalan Siliwangi, kantor utama Anugerah Aksara.”

Ayah bukan menjawab pertanyaannya, malah meminta untuk mencari informasi. Setelah menjawab dengan sedikit enggan, Fariz memutuskan sambungan telepon. Dicobanya mencari informasi terbaru setelah kebakaran. Dia tak ingin kerja samanya gagal.

Pusat perbelanjaan yang diincarnya sudah memasuki tahap negosiasi harga. Kini dia hanya membutuhkan tambahan modal untuk membelinya. Rancangan manajemen baru yang akan mengelola sudah siap. Keuntungan yang ditargetkan juga cukup besar. Dengan begini dia ingin membuktikan kemampuannya memiliki perusahaan sendiri.

Saat mulai mencari tahu, sekretarisnya mengirim pesan mengenai kabar dari Anugerah Aksara.

-Pak Fariz ada email dari Anugerah Aksara Grup meminta pengajuan kontrak dikirim kembali.-

Pesan dari sekretarisnya masuk saat dia mencari informasi yang diminta ayah. Setelah menimbang yang terbaik, di balas pesan sekretarisnya dengan cepat.

-Kirimkan yang sudah direvisi kemarin. Sekalian tanya Hanafi bagaimana kondisi di sana?-

-Baik Pak.-

-Maaf pak mengingatkan, nanti pukul 10.00 ada rapat dengan pemilik gedung.-

Dilemparnya ponsel ke samping. Dibuka kembali kontrak yang sudah direvisi. Semua kebutuhan modal sudah tertulis jelas. Dibolak-balik kembali hingga yakin tak ada kesalahan.

Ayah sudah mengajaknya berdiskusi terkait perusahaan yang dipimpinnya saat ini. Secara hukum semua bukan milik keluarganya. Yudha Persada sebagai pemilik, hanya menyerahkan pengelolaan pada ayahnya. Semua keputusan di perusahaannya diambil oleh Dewan Direksi.

Sebelum Persada Agung Grup diserahkan pada Alisha, Fariz ingin memiliki usaha sendiri. Dengan modal yang dikumpulkan kini tinggal selangkah lagi berhasil. Sebuah pesan masuk dan dibacanya perlahan.

-Laporan Pak Hanafi, kontrak aman. Tanpa jejak.-

Fariz tersenyum membayangkan keberhasilan yang sudah di depan mata. Kontrak sebelumnya ada bagian yang merugikannya. Kini sudah dilakukan revisi hingga nanti kerja sama yang dilakukan akan memberikan keuntungan besar.

***

Selesai juga makan siang yang tertunda. Angga menatap telepon yang berbunyi di sampingnya. Paman Hasan, desahnya pelan. Digesernya layar dan didekatkan telepon pada telinganya.

“Assalamualaikum, Angga.”

“Waalaikumsalam, Paman.”

“Angga, paman melihat berita pagi ini kantormu terbakar? Bagaimana kondisinya? Paman turut prihatin.”

Kujawab satu persatu pertanyaan paman. Kondisi pekerjaan yang sudah bisa berjalan normal juga hasil penyelidikan pihak kepolisian.

Paman mendengarkan dengan sesekali mengucap syukur. Dititipkan salam untuk bunda dan Alisha. Sesaat kemudian paman menanyakan apakah Alisha sudah mengetahuinya?

“Paman, maaf Angga belum bisa menyampaikan amanah paman. Alisha saat ini baru mulai belajar di kantor. Aku takut nanti menambah bebannya,” jawabku singkat.

“Paman mengerti Angga. Angga, paman juga ingin menanyakan sesuatu, jika boleh?" tanyanya pelan.

"Ya paman silakan," jawabku cepat.

"Bagaimana kontrak yang diajukan Fariz?” tanya paman dengn nada yang berat, sepertinya paman enggan menanyakannya.

"Sedang kami bahas paman. Kami juga minta maaf karena kebakaran kemarin, kami meminta untuk dikirimkan kembali kontraknya. Secepatnya kami akan kabari keputusannya paman," jawabku sambil tersenyum mencoba memahami posisi paman yang kurang enak menanyakannya.

Paman akhirnya menutup telepon setelah mendengar jawabanku jika kontrak tersebut masih dalam pembahasan. Sebelumnya paman juga menitip salam untuk bunda dan Alisha.

Sekembalinya ke kantor, Angga menyelesaikan semua pekerjaannya. Memeriksa laporan yang sudah ada di meja semenjak pagi, juga memeriksa agenda untuk besok. Setelah selesai semua pekerjaannya, Angga terdiam. Mengingat kembali beberapa peristiwa terakhir membuatnya kesal.

Sepertinya Tyo harus tahu masalah ini. Pemikirannya luas dan tidak menggunakan emosi dalam mengambil keputusan. Kemajuan dalam bisnis perusahaannya juga tak lepas dari campur tangan Tyo.

Dahulu mereka mendirikan Anugerah Aksara bersama. Saat ingin mengembangkan sayap dibidang desain, Tyo ingin mencoba mandiri. Akhirnya “Shabra Desain” menjadi perusahaan yang dipimpin Tyo. Kini menjadi perusahaan yang berkembang pesat berkat tangan dinginnya.

Kukirim pesan untuk bertemu nanti malam. Sederhana Cafe menjadi tempat diskusi sejak 5 tahun lalu. Tempat yang nyaman dan tanpa banyak berseliweran orang. Kutunggu balasan dari Tyo sambil merapikan tas dan beranjak pulang terlebih dahulu.

“Jadi, bagaimana menurutmu? Sebaiknya kapan Alisha harus tahu terkait Persada Agung?” tanyaku setelah kami menyeruput kopi yang belum lama diantar.

Tyo menghembuskan napasnya setelah tertahan sejenak saat mendengar penjelasan Angga. Tak disangka masa lalu lebih dua puluh tahun bisa disimpan dengan rapi. Yudha Persada dan Paman Hasan, kunci dari semua peristiwa ini.

“Andai Alisha tahu kami bukan keluarganya, apakah dia bisa menerima Pak Yudha sebagai ayah kandungnya? Bunda pasti sudah menyayangi Alisha seperti putri kandungnya. Tapi...”

Aku menggantungkan kalimat. Tak tahu jalan pikiran mana yang nanti akan terjadi. Kucoba bertanya pada Tyo yang masih terdiap di hadapannya.

“Kamu sama Alisha serius kan? Kalau kamu jadi suami Alisha aku yakin semua aman. Bagaimana? Alisha menerima atau tidak?” tanyaku memastikan.

Tyo hanya memandang jauh ke luar jendela. Tak tahu harus menjawab apa. Apalagi memberi saran pada Angga. Hubungannya dengan Alisha baru saja dimulai. Masalah ini sepertinya akan membuat jalan semakin berliku.

Ditariknya napas panjang dan dihembuskannya sebelum menjawab pertanyaan Angga.

“Kita selesaikan satu persatu saja. Mengikuti apa yang terbaik. Semoga Allah membantu kita,” ucapnya pasrah.

"Alisha belum menerimaku, Mungkin ada yang disukainya lebih dari aku menyukai Alisha," desahnya pelan melanjutkan ucapannya yang sempat menggantung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status