Share

Bab 3 Alisha dan Tyo

“Hai, Sha. Kok wajahmu merah begitu sih, kenapa?” tanya Dania sambil tersenyum.

Sapaan Dania dan senyumannya membuat Alisha salah tingkah. Wajahnya kini terasa tambah memerah lagi. Dihampiri Dania dan memeluknya. Sambil memberikannya peringatan dengan suara pelan.

“Dania, jangan macam-macam ya,” bisik Alisha dekat telinganya.

Senyuman di wajah Dania semakin merekah. "Dania, kenalkan ini Mas Tyo," ucap Alisha meminta Dania berkenalan. Diulurkan tangan Dania pada Mas Tyo yang masih berdiri di sampingnya.

“Dania.”

“Tyo.”

Dania mempersilakan Alisha dan Mas Tyo untuk duduk. Sambil memesan makanan, Dania menanyakan apakah Mas Angga akan ikut bergabung. Suara dering ponsel mengisi keheningan. Mas Tyo menggeser layar dan menjawab panggilan.

“Iya, sudah.”

“Oke, aku sampaikan nanti. Kabari jika memerlukan bantuan.”

Mas Tyo menyampaikan salam dari Mas Angga. Meminta maaf tidak bisa bergabung karena harus ke kantor polisi terkait penyelidikan kebakaran kemarin. Dania mengangguk dan memahami jika hasil penyelidikan sangat ditunggu oleh banyak pihak.

Selama makan berlangsung Alisha dan Dania banyak berbincang. Mulai dari jadwal sidang hingga cerita dari teman-teman yang belum bisa menyelesaikan skripsinya. Mas Tyo hanya menikmati makanannya sambil sesekali mengomentari obrolan kami.

Setelah selesai makan, Dania ingin mengajaknya jalan ke pusat perbelanjaan. Saat mencoba meminta persetujuan Mas Tyo, tatap matanya seakan enggan. Akhirnya Alisha menolak dengan halus dan akan berjanji akan menemaninya di lain waktu.

Kami berpisah di halaman parkir. Mas Tyo sedikit menarik tangan Alisha untuk mengikuti langkahnya. Dihembuskan napasnya pelan sambil mencoba menyeimbangi langkah panjang Mas Tyo.

“Besok, aku jemput pukul 07.30. Agenda rapat divisi pukul 10.00,” ucap Mas Tyo tiba-tiba.

Alisha hanya mengangguk, terkejut dengan sikap dingin Mas Tyo. Biasanya walau tak banyak bicara, sikapnya tak sedingin ini.

“Mas, biasanya mas tidak sedingin ini sama Alisha. Maaf mas kalau ada salah," ucap Alisha sambil menunduk.

“Hmm”

Alisha tak melanjutkan ucapannya. Sebuah pesan masuk dari Mas Angga. Alisha membacanya perlahan.

-Bagaimana makan siangnya? Aman?-

-Aman sih mas, tapi Mas Tyo kenapa sih? Dingin banget sama Alisha.-

Mas Angga mengirimkan foto saat dia dan beberapa teman makan di kantin kampus. Saat itu Alisha dan Satria duduk berdampingan dan tertulis “Adikku dan jagoannya?”

-Tyo mengambil foto dari somed mas, dan bertanya laki-laki di samping kamu. Mas hanya menyebutkan nama saja. Kamu saja yang jelaskan.-

Alisha tersenyum setelah mengetahui sebabnya Mas Tyo bersikap dingin padanya. Ditengoknya Mas Tyo yang sedang menatap lurus ke depan. Sepertinya pikirannya tidak hanya fokus ke jalan, ucap Alisha dalam hati.

Rasa penasaran menggelayuti pikiran Tyo saat mendapat informasi dari orang yang dipercaya jika kantor utama Anugerah Aksara Grup yang terbakar bukanlah kesengajaan. Ada yang mulai bermain api di sana hingga terbakar, untungnya sistem pengamanan berfungsi dengan baik.

Jika ada yang sengaja melakukannya, pasti ada alasan yang menyertainya. Dibukanya sosmed Angga mencari informasi. Tak ada isi atau gambar yang menyinggung orang atau perusahaan lain. Sebuah foto yang membuatnya kesal dan membelalakkan mata terpampang dengan jelas. Dikirimkan gambar tersebut pada Angga untuk menanyakan siapa dan apa hubungannya dengan Alisha.

-Teman Alisha, Satria namanya.-

-Pacar?-

-Tanya sendiri, nanti Alisha ada janji makan siang dengan sahabatnya, Dania. Kita diundang. Aku kirim alamatnya.-

Daerah Kemang, rapat kali ini dipercepat dan meminta dilanjutkan dengan laporan tertulis yang diserahkan sebelum jam kantor berakhir. Dia sudah tak sabar ingin menanyakan pada Alisha, siapa Satria?

Ternyata kekesalan yang dirasakan tak membuatnya bisa langsung bertanya pada Alisha. Mencoba bersikap ramah saat bunda menyambutnya di ruang tamu hingga dilihatnya Alisha yang turun menuju ruang tamu. Sangat cantik dengan dress selutut berwarna merah muda.

Riasan tipis juga membuatnya tambah segar. Kekagetannya saat melihat dia sudah ada di ruang tamu membuatnya ingin tersenyum. Namun mengingat foto tadi, dihilangkannya senyum itu.

Hingga berakhirnya makan siang, masih tak bisa menemukan cara menanyakannya. Putus asa dirasakan hingga akhirnya dia memilih diam sepanjang perjalanan. Separuh perjalanan sudah terlewati, di beranikan diri untuk mulai percakapan.

“Sha, mau tanya sesuatu boleh?” tannyanya sambil melirik ke arah Alisha.

Alisha hanya mengangguk menjawab permintaannya. Ditariknya napas panjang sebelum melanjutkan bertanya.

“Siapa Satria?” tanya Mas Tyo melanjutkan.

Alisha tersenyum saat menyebut nama Satria. Alisha mulai menjelaskan dan disimaknya dengan baik. Kami berenam teman dekat mas, tapi Alisha paling dekat dengan Dania. Satria itu pacarnya Shinta.

Di foto itu tidak kelihatan. Duduknya di sebelah kirinya Satria. Foto itu diambil Mas Angga kebetulan lewat mau rapat di kampus. Langsung posting tanpa tanya Alisha. Penjelasan Alisha membuat kekesalan sirna.

Tyo tersenyum dan melirik pada Alisha. Saat yang sama Alisha tengah menatapnya tajam. Dialihkannya pandangan kembali fokus ke jalan. Rasa malu menyelimuti karena Alisha akhirnya mengetahui penyebab dinginnya sikapnya hari ini.

Sebenarnya Alisha juga tak salah. Kami belum ada hubungan yang lebih serius. Kedekatan ini karena Alisha adalah adik sahabatnya. Huft... sulit sekali menyatakan rasa suka pada Alisha.

“Mas Tyo sudah tidak marah kan?” tanya Alisha pelan.

“Tidak, Sha. Mas tidak marah kok.”

Dicobanya menjawab dengan suara yang biasa saja, namun tetap saja rasa gugup menghampiri. Sejenak keheningan kembali tercipta.

“Sha..., jika memang belum ada yang dekat. Apakah boleh mas yang mendekati kamu? Mas mau jadi pendamping kamu nanti saat wisuda.”

“Benar mas bisa dampingi Alisha nanti?” tanyanya cepat.

Tyo hanya mengangguk. Diraihnya tangan Alisha dan menggenggamnya erat. Alisha tak menarik tangannya. Itu artinya Alisha menyetujuinya. Tyo tersenyum, menatap gadis di sampingnya yang kini menunduk malu.

“Terima kasih, Sha.”

***

"Hasil penyelidikan kebakaran sudah ada Pak Angga. Api muncul dari tempat sampah yang berisi kertas. Kemungkinan kertas yang sengaja dibakar. Apakah ini kesengajaan atau lupa mematikannya, hingga apinya kian membesar. Hal itulah yang akan kami buktikan," ucap seorang petugas kepolisian.

Aku mengangguk tanda memahaminya. dokumen-dokumen penting yang terbakar hanya kontrak yang baru masuk. Hendra juga sudah meminta pengajuan kembali kontrak tersebut. Pembahasan lanjutan akan dilakukan awal bulan depan.

“Apakah rekaman CCTV saat kejadian bisa diputar pak. Mungkin saya dan Hendra bisa membantu mengenali jika ada yang mencurigakan?” tanyaku memastikan.

“Bisa Pak Angga sebentar, kami siapkan dahulu.”

Tak lama Penyelidik memutarkan rekaman CCTV sesaat sebelum kejadian kebakaran. Aku didampingi Hendra fokus melihat ke layar monitor.

Terlihat semua ruangan mulai sepi. Seseorang terlihat mengambil dokumen di atas meja. Membuangnya ke tempat sampah. Kemudian terlihat keluar ruangan.

“Itu... bukannya Pak Hanafi?”

Tak lama dari bagian belakang asap membumbung dibarengi jilatan api yang sudah mulai membesar.

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status