Bab 3
Karin membawa mobil jaguarnya dengan empat orang pengawal di mobil kijang. Meskipun ia memerlukan jasa pengawalan bukan berarti ia harus terus menerus berdekatan dengan mereka ‘kan!
Karin memberi ultimatum sebentar agar bisa menghemat waktu saat mengambil Wendy lalu langsung pergi dari rumah itu.Dengan nada yang menyakinkan, Karin menyuruh kepala keamanan untuk membukakan pintu.
Entah kenapa kepala keamanan itu tidak membantah dan langsung membukakan pintu gerbang yang berdiri kokoh itu. Karin berpesan agar tidak usah menutup kembali gerbang karena urusan yang akan ia bicarakan tidak akan lama.Setelah pintu utama dibukakan, Karin langsung bertanya di mana kamar Wendy dan menyuruh pengawalnya untuk mengambil Wendy dan mengamankan pelayan itu agar tidak berbuat ulah yang bisa memancing keributan.
Dengan santai Karin duduk dengan elegannya di sofa monaco yang mewah milik keluarga Berri. Dia sama sekali tidak gentar dengan semua kekayaan keluarga Berri! Tampak seorang pria keluar dari sebuah kamar dan ia belum menyadari kehadiran Karin yang tengah duduk menunggu keponakannya.Karin menenangkan dirinya sambil memperhatikan pria itu dengan seksama.
Barulah ketika Wilson melintasi ruang tamu, menyadari kehadiran seorang wanita cantik dirumahnya dan berjalan mundur dan mempertanyakan maksud kedatangan wanita itu di rumahnya.
Pantas saja Chika bisa terbuai dengan kata-kata lelaki bajingan ini, gumam Karin sambil memperhatikan Berri dengan sinis.Tampan bukanlah kata-kata yang tepat untuk Berri, tapi maskulin barulah tepat dan seksi dapat ditambahkan sebagai nilai tambahannya.
Cepat-cepat ia mengusir jauh-jauh perasaannya terhadap Berri. Ia merasa heran kenapa bisa dengan mudah tertarik dengan Berri. Sekali bajingan tetap saja bajingan!
“Nona, halo… ada yang bisa saya bantu?“ tanya Wilson dengan tidak sabaran.“Yah, saya ingin mengambil apa yang menjadi milik saya di rumah ini.““Maaf tapi saya tidak mengerti maksud anda.““Untuk orang bar-bar seperti anda, saya tidak menyangka kata-kata anda bisa begitu terpelajar.“Wilson menarik tubuh Karin dengan kasar. “Apa maksud perkataanmu!“ ucapnya kasar. Wilson meminta penjelasan dari wanita cantik yang saat ini jelas-jelas sedang menghinanya.
Dengan kasar Karin menghentak tubuhnya dari cengkraman tangan Berri, tapi Berri malah menariknya semakin dekat dengan tubuhnya. Ia bisa merasakan hembusan napas Berri. Ia merasa tidak bisa bernapas. Ia mencoba melepaskan diri dari pelukan Berri.“Lepas!“ ucap Karin dengan tegas sambil melotot.
Tiba-tiba Karin merasa cengraman tangan Berri pada tubuhnya agak melembut dan gilanya dengan tiba-tiba Berri mencium bibirnya!Karin tidak menyangka Berri akan menciumnya! Karin merasa tubuhnya meleleh saat bibir Berri menyentuh dan mencium bibirnya dan yang lebih gilanya lagi, bukannya menampar dan mendorong Berri menjauh darinya, ia malah menikmati sentuhan bibir Berri pada bibirnya.Gila! ucap Karin menyadarkan dirinya sendiri.
Sebelum Karin sempat meronta kembali. Bibirnya kembali dilumat dengan liarnya dan gilanya lagi Karin kembali menikmati dan membalas ciuman Berri secara tidak sadar.
Tanpa sadar tangannya menekan dada Berri. Untuk sesaat Karin tidak bisa berpikir apa-apa. Semuanya tampak indah dan …
“Paman?“ panggil seorang pemuda mengagetkan Karin dan Wilson.Karin langsung mendorong tubuh Berri dengan kasar. Dengan cepat ia menyentuh bibirnya dan ia merasa jijik pada dirinya sendiri!“Wah, aku tidak menyangka Paman bisa se-hot ini!“ ucapnya dengan santai sambil memainkan jenggot klimisnya.“Diam Berri!“ sentak Wilson dengan marah.“Berri? Dia Berri!“ tanya Karin langsung tersadar. Menunjuk ke arah Berri yang sebenarnya.“Oh, my God. Jangan bilang kau memberikan ciuman itu karena menyangka Pamanku sebagai diriku. Paman, kau sungguh sangat tidak sopan.“ Wilson menatap tajam ke arah Berri.Karin mendekati Berri dengan berani. “Jadi kau yang namanya Berri, sorry kalau hadiahmu rupanya salah sasaran tapi sekarang karena aku sudah bisa mengenalimu maka aku ingin memberikan hadiah yang sebenarnya kepadamu.“
Mata Berri berbinar nakal sambil menyambut Karin dengan tangan terbuka. Sebuah tendangan keras dan memutar cepat tepat mengarah dan menghantam wajah Berri hingga jatuh terhuyung.“Itu hadiah sebenarnya, Berri! Dan kalau sampai kau berani-berani datang lagi kerumahku dan mengancam keluargaku, aku akan memastikan, keluargamu tidak akan pernah menemukan potongan tubuhmu dengan utuh, mengerti kau!“
Karin menendang perut Berri dengan keras. “Dan itu untuk papiku!“ katanya lagi.
Wilson tidak bergeming ketika Karin mendekatinya.“Ngomong-ngomong aku senang, kau bukan Berri. Sayangnya kau masih Pamannya, bajingan kecil yang menjijikkan ini!“
Karin kembali menendang Berri. “Tapi kau tahu, aku menikmati ciumanmu, sungguh! Tapi mudah-mudahan kita tidak bertemu lagi.“ Karin menepuk wajah Wilson dengan sinis.
Kening Wilson berkerut tidak mengerti. “Oh, yah silakan nasehati keponakanmu tersayang ini jangan pernah menculik Wendy lagi atau aku tidak akan segan-segan membayar pembunuh bayaran untuk menembaknya. Ingat itu, dah!“ ucap Karin sebelum pergi.Karin langsung pergi ke kantor polisi untuk melapor dan meminta surat peringatan yang harus dikirimkan kepada Berri agar tidak mendekati anaknya lagi, secara legalitas tentunya. Mereka berjanji akan mengirimkan petugas untuk menyampaikan peringatan dan menegaskan sangsi berlaku jika benar tuduhan penculikan atas Wendy terbukti.Karin memutuskan untuk tetap tinggal selama dua minggu ke depan untuk melihat perkembangan.Ia memasang CCTV di segala penjuru rumahnya dan alarm yang langsung tersambung ke kantor polisi terdekat. Karin juga mempekerjakan empat orang pengawal yang selalu bertugas aplusan sehingga keamanan keluarganya terjamin. Karin menceritakan pelajaran yang sudah didapatkan Berri tapi ia tidak menceritakan tentang ciuman yang didapatnya kepada keluarganya. Ia merasa malu dengan dirinya sendiri karena hal itu!Karin mengurung dirinya sepanjang malam.
Sungguh, aneh! Kenapa dia tidak bisa menghapus ingatan tentang ciuman pria asing yang ia sangka Berri itu. Karin menyalahkan dirinya sendiri dan kenapa ia bisa dengan bodohnya membalas ciuman pria itu!
Mungkinkah karena dia merasa kesepian? Tapi kenapa dia tidak pernah bisa mengijinkan Dani untuk menciumnya?Dengan sedikit merasa bersalah dan kesal dengan dirinya sendiri, ia berjanji akan membiarkan Dani menciumnya dan membuktikan pada dirinya kalau dia memang kesepian dan ciuman pria itu tidak akan berarti apa-apa baginya!
Dengan kesal Karin menutup wajahnya dengan bantal sambil mengerang.
Bab 4 Dani sering menemukan Karin setengah melamun ketika ia sedang sendirian. “Ada apa, kangen sama Matthew?“ tanya Dani lembut sambil duduk di meja kantornya. Karin hanya tersenyum kikuk. Dia tidak mungkin bicara yang sebenarnya! Sering kali ia mengingat dan merindukan ciuman pria asing itu. Dengan cepat Karin menggeleng. “Bagaimana proses perceraianmu?“ “Minggu depan sudah sidang.“ “Perlu bantuan pengacaraku?“ “Tidak, terima kasih. Aku sudah mengurus semuanya. Satu hari kelar.“ “Kau sudah yakin dengan keputusanmu?“ “Yakin. Tapi Deni, kurasa setelah Matthew ikut bersamaku lebih baik aku pulang ke Lampung.“ “Jangan! Kenapa mesti begitu?“ Dani berkata dengan panik. Karin tersenyum dan memandangi Dani. “Aku ingin bersama-sama dengan Matthew setiap waktu. Kalau aku bekerja, aku tidak bisa bersama Matthew setiap waktu.“ “Bawa saja. Memang siapa yang berani marah. Kau bos di sini!“ “Dani, ingat professional kerja. Aku tidak bisa membawanya ke kantor.“ “Bisa. Tentunya dengan b
Bab 5 Ia merasa perasaannya sudah mati dan tidak bisa merasa hidup seperti ini sebelumnya. Penghianatan yang telah dilakukan tunangannya, Mia terhadapnya, membuatnya selalu bersikap dingin kepada setiap wanita yang mencoba mendekatinya. Tapi ketika melihat Karin sedang duduk dengan anggunnya di sofa rumahnya dan bersikap dingin dan tidak jelas pada awalnya membuatnya marah dan tidak bisa menahan dirinya lagi. Tapi bukan kemarahan yang muncul tapi keinginan untuk menyentuh dan mencium Karin! Sesaat Wilson merasa kecewa saat mendengar hadiah ciuman Karin ternyata ditujukan untuk Berri. Ia merasa sangat terpukul saat itu. Karin pasti menyangka dirinya Berri sehingga ia membalas ciumannya dengan penuh gairah. Ia mengira Karin pasti ingin merayu Berri untuk bisa dijadikan kekasih. Tapi ketika kebenaran itu muncul ia sangat kaget dan terkejut dengan tindakan Karin yang tidak diduga! Karin menghajar Berri di depannya! Sungguh ia tidak pernah mengira! Dia terbahak dalam hati. Wanita se
Bab 6 Wilson tidak mengerti mengapa seorang pria sanggup meninggalkan Karin. Apakah karena Karin berselingkuh? Mungkin saja karena saat ini Karin sedang bersama salah satu kekasihnya. Kekasih gelapnya lebih tepatnya karena status Karin masih wanita bersuami. Berani-beraninya dia! Tapi gilanya, Wilson juga mungkin tidak akan memperdulikan status Karin jika ia yang berada di posisi Dani Gunawan saat ini. Dia berharap bisa menggantikan posisi Dani meskipun dalam mimpi sekalipun. Saat ini ketika ia berharap bisa mengenal Karin lebih jauh tapi Karin mengecewakannya! Dengan tidak sabaran-nya Karin sudah pergi meninggalkannya tanpa pesan apapun dan pergi menemui kekasihnya. Apakah Karin mencintainya? tanya Wilson dalam hati. Wilson tidak membiarkan detektif yang disewanya mencari tahu untuknya. Ia memilih meninggalkan segudang kesibukannya untuk menyelidikinya secara pribadi. Dan di sinilah dia sekarang, sendirian, di villanya. Pakaian menyelam melekat ketat pada tubuh Karin yang pa
Bab 7 Karin sangat kaget saat mengetahui perasaannya sendiri. Kenapa gairahnya bisa muncul pada pria yang salah? Pria yang sama sekali belum dikenalnya tapi ia bisa merasakannya bahwa ia menginginkannya. Seharusnya ia tidak boleh memikirkan pria lain dalam hidupnya karena saat ini dia masih bersuami! Dan kenapa harus pria itu!? pikirnya tidak mengerti. Pria yang tidak seharusnya ia pikirkan tapi harus ia akui, ia merindukan pria itu! Ia ingin pria itu menciumnya lagi! Karin ingin berteriak marah karena menyadari hal itu. Ia memilih duduk menyendiri di atas undakan karang-karang besar yang membentuk tanjakan kecil dan merenung disana. Kenapa dia bisa seperti ini? Dimana akal sehatnya!? Suara deburan ombak seperti sebuah nyanyian yang sangat misterius baginya tapi ia menikmatinya dan memperhatikan setiap deburan yang menghantam tepian batu karang tempatnya duduk. Sepanjang matanya memandang, lautan lepas terhampar di depannya. Ia menghela napas panjang berulang kali. Ia berusaha
Bab 8 Ketika sampai di villa Wilson, Karin ragu dan berniat untuk menjauh tapi Wilson menciuminya dengan cepat dan tidak memberi Karin kesempatan untuk berubah pikiran dan menolaknya. Bujukan Wilson berhasil karena penolakan Karin melemah dan menuruti Wilson untuk masuk ke dalam kamarnya. Kejadiannya begitu cepat dan tidak pernah ada yang mengingat siapa dulu yang memulainya. Begitu mereka sadar mereka sudah terengah-engah setelah merasakan kenikmatan bersama. Mereka sama-sama terdiam. “Aku tidak pernah bertindak seperti ini sebelumnya.“ Karin tidak menanggapi kata-kata pria itu, ia hanya menatap kosong kearah langit-langit kamar. Ia masih belum bisa berpikir jernih, bisa-bisanya ia bercinta dengan pria asing yang sama sekali belum dikenalnya! Apalagi dengan status pernikahannya saat ini. Karin merasa benar-benar jijik dengan dirinya sendiri. Wilson menarik tubuh Karin yang telanjang, masuk ke dalam pelukannya. “Tidak.“ Karin menghela napas. Ia mencoba menjauhi Wilson.
Bab 9 Kegilaan apa yang ia lakukan!? Bahkan perceraiannyapun belum diresmikan dia sudah kehilangan akal sehatnya dengan tidur dengan Wilson! Oh, sungguh-sungguh menyebalkan! erang Karin dalam hati. Ia terkejut ketika melihat Matthew sedang berlari kencang dari arah cottagenya. Karin memekik senang menyambut kehadiran anaknya itu. Ia merentangkan tangan untuk menyambut Matthew dalam pelukannya dan menciuminya dengan penuh kerinduan. “Mami kok nangis?“ “Soalnya mami senang bisa bertemu dengan Matthew di sini.“ Karin menghapus air matanya sambil mengelus wajah halus jagoan kecilnya itu. Ia melihat Steven sedang menantinya di depan pintu bersama Dani yang berdiri dengan raut wajah tidak senang. Karin tidak tahu harus berkata apa untuk menyambut kedatangan Steven. Dia juga bingung kenapa mereka bisa berada di sini? Padahal seingatnya, ia tidak pernah memberitahu tentang liburannya kepada Steven. Ia mempersilahkan Steven masuk. Dani marah karena mengira Karin yang memberitahu ten
Bab 10 Wilson merasa harus merayu dan memohon kepada Karin untuk mempertimbangkan hubungan mereka. Wilson membawakan Karin setangkai mawar holand. Dengan penuh harap, ia berjalan dengan penuh percaya diri ke cottage yang disewa Karin. Ia juga sudah menyiapkan makan malam romantis di tepi pantai hari ini. Dia tidak perduli akan konyolnya rencana yang dia buat hari ini tapi ia bermaksud untuk memaksa Karin menerima cintanya dan memintanya untuk menikah dengannya. Ia mendengar suara tawa Karin dari balik pintu. Ia tidak senang mengira Karin sedang bersama Dani saat ini. Ia memutuskan untuk mencari tahu dengan mengetuk pintu. Tawa ceria Karin menghilang perlahan ketika melihat kedatangan Wilson di cottagenya. Wilson berniat untuk mencium Karin tapi mengurungkan niatnya karena melihat seorang pria yang tidak dikenalnya merangkul mesra pinggang Karin. “Siapa sayang? Apa kau tidak akan memperkenalkan kami?“ sindir Steven sambil melirik bunga yang ada di tangan Wilson. “Ini Wilson, b
Bab 11 Mereka tidak bertemu lagi dalam perjalanan pulang karena memang pada keesokan harinya mereka langsung pulang menuju Bandar Lampung. Sebelumnya Karin sudah menghubungi Dani mengenai rencananya pulang ke Lampung untuk mengurus masalah pernikahannya dengan Steven. Walau bagaimanapun ia masih memiliki tanggung jawab dalam pekerjaannya. Steven mendiamkannya selama beberapa hari setelah kepulangan mereka. Karin tidak mencoba membujuk Steven karena ia sudah mengenal tabiat suaminya itu. Kalau emosinya sudah mereda Steven akan luluh dengan sendiri. “Katakan padaku, apakah kau menikmatinya? “ tanya Steven ketika Karin akan tidur. “Apa kau mencoba untuk melebarkan masalah atau memperkecil? Bila kita begini terus, aku rasa lebih baik kita menjauh dulu sementara.“ “Dan kau akan kembali lagi kepadanya? Apakah sangat nikmat bercinta dengannya sampai kau melupakan kenyataan bahwa kau masih bersuami!?“