Share

4 judul Diselamatkan Wilson

Bab 4

Dani sering menemukan Karin setengah melamun ketika ia sedang sendirian. “Ada apa, kangen sama Matthew?“ tanya Dani lembut sambil duduk di meja kantornya.

Karin hanya tersenyum kikuk. Dia tidak mungkin bicara yang sebenarnya! Sering kali ia mengingat dan merindukan ciuman pria asing itu. Dengan cepat Karin menggeleng.

“Bagaimana proses perceraianmu?“ 

“Minggu depan sudah sidang.“

“Perlu bantuan pengacaraku?“

“Tidak, terima kasih. Aku sudah mengurus semuanya. Satu hari kelar.“

“Kau sudah yakin dengan keputusanmu?“

“Yakin. Tapi Deni, kurasa setelah Matthew ikut bersamaku lebih baik aku pulang ke Lampung.“

“Jangan! Kenapa mesti begitu?“ Dani berkata dengan panik.

Karin tersenyum dan memandangi Dani. “Aku ingin bersama-sama dengan Matthew setiap waktu. Kalau aku bekerja, aku tidak bisa bersama Matthew setiap waktu.“

“Bawa saja. Memang siapa yang berani marah. Kau bos di sini!“

“Dani, ingat professional kerja. Aku tidak bisa membawanya ke kantor.“

“Bisa. Tentunya dengan bantuan tenaga ahli yang mendampinginya di sini, jadi kau masih bisa mengontrol dan menjaga Matthew.“

“Entahlah, kurasa …“

“Aku tidak akan membiarkanmu pergi, Karin!“

“Dan, aku sangat menghargai perhatianmu, tapi aku …“ 

“Aku akan tetap setia menunggumu sampai kau membuka hati untukmu. Aku tahu, kau masih trauma terhadap laki-laki.“

“Nggak gitu-gitu amat kali,“ sahut Karin mencoba bercanda.

“Aku percaya kalau saatnya tiba, kau pasti bisa menerimaku sebagai pendampingmu.“

“Kalau saatnya tidak tiba-tiba bagaimana?“

“Kalau begitu, aku bakalan jadi satu-satunya bujangan paling ganteng sedunia.“

Karin tertawa. 

Dani tersenyum. ia meraih tangan Karin lalu mengecupnya dengan lembut. 

Hati Karin sungguh tidak tega untuk menolak kebaikan Dani dengan menarik tangannya dari genggaman Dani. Dan ketika Dani mengajaknya berlibur ke Bali untuk menenangkan diri, dia pun tidak ada alasan untuk menolak karena ia juga sangat membutuhkan pelepasan untuk masalahnya. 

Dani mengajak Karin untuk belajar menyelam. Sebuah kegiatan baru, yang rupanya sangat menyenangkan untuk dilakukan! 

Karin merasa sangat tenang bercampur takjub melihat keindahan di dasar lautan!

Karin membiarkan Dani menggandeng tangannya sambil menyusuri pesisir pantai. Karin merasa sudah seharusnya ia mulai membuka diri terhadap masa depannya. Dan dia akan memberikan kesempatan kepada Dani. 

 “Ada lukisan picaso tuh!“ ucap Dani  sambil berbisik ke arah Karin. 

Karin mengikuti arah pandangan mata Dani. Rupanya ada turis yang sedang berjemur, telanjang!

“Ngaco!“ sahut Karin sambil tertawa. 

Dani tertawa tanpa suara, ia hanya memandangi Karin sampai-sampai Karin merasa wajahnya memerah karena salah tingkah. “Apaan sih lihat-lihat terus! Malu tahu.“ 

“Kamu cantik sekali.“

“Wah, wah kesambet nih anak,“ ucap Karin mencoba mengajak bergurau. 

Tapi Wajah Dani semakin mendekat dan Karin yakin Dani akan coba menciumnya. 

Tiba-tiba ia merasa tubuhnya dihempas dengan keras hingga terjatuh. Tubuhnya bergulingan berulang kali di hamparan pasir. Secara reflek ia memeluk tubuh pria yang bergulingan dengannya. Ia berpelukan erat dengan pria yang tidak dikenalnya.

Setelah sadar reaksi Karin adalah berontak dan marah. “Apa …?“ kata-katanya terputus ketika melihat paman dari Berri sekarang berada di atas tubuhnya.

“Kau! Apa yang kau lakukan? Berani-beraninya kau. Pergi!“ dengan kasar Karin mendorong tubuh paman Berri itu. 

Beberapa anak muda menghampiri Karin yang sedang marah-marah. “Maaf, ini salah kami. Kami sedang bermain bola kaki dan tendangan sih Martin nih terlalu keras sehingga mengenai kepala pacar anda.“

Rupanya bola tersebut mengenai kepala Dani dan saat ini Dani tampak terkapar tidak sadarkan diri. 

Dengan cepat Karin menghampiri Dani. Ia menepuk-nepuk wajah Dani dengan panik. Tapi Dani masih tetap tidak bergeming. 

Petugas kesehatan datang dan memberi pertolongan pertama kepada Dani lalu memasukkannya ke dalam mobil ambulan. 

Dengan cepat Karin bertanya ke rumah sakit mana Dani akan dibawa dan setelah tahu dia langsung membereskan barang-barangnya di tepi pantai dan membawanya ke cottage tempat mereka menginap. 

Karin tidak menemukan kunci kamar Dani maka ia memutuskan untuk tidak membawakan baju ganti Dani. Ia berganti pakaian dan membawa sejumlah uang dalam dompetnya. 

Ia membeli kaos dan celana hawai untuk Dani agar bisa dipakai sebagai pakaian ganti bila nantinya diperlukan.

“Jadi dia bukan suamimu?“ tanya Wison tiba-tiba di belakang Karin membuat Karin kaget.

“Kau!“ Karin mencoba menahan emosinya.

“Apa suamimu tahu saat ini, kau sedang bersama kekasihmu? Yah, Tuhan! Kau berselingkuh! Sungguh aku tidak menyangkanya,“ kata Wilson dengan nada sinis.

Kening Karin mengerut mencoba memahami perkataan Wilson dan kemudian mengerti perkataan Wilson.

“Oh, tentu dia tahu dan suamiku tidak keberatan, menarik bukan!? Mengingat indahnya ciumanmu mungkin kau bersedia menjadi salah satu dari koleksi kekasihku?“ ejek Karin dengan kesal kemudian Karin mengambil uang kembaliannya dan meninggalkan Wilson tanpa permisi. 

Karin menanyakan arah rumah sakit tempat Dani dibawa dan rupanya wanita itu menunjukkan rute yang salah kepada Karin karena selama Karin berjalan menyusuri jalan yang diberikan tidak ada sedikit pun petunjuk adanya rumah sakit di sekitar situ. 

Karin sudah lama berjalan tapi tidak menemukan taksi maupun ojek yang bisa mengantarnya ke rumah sakit. Kakinya terasa sangat lelah!

“Seharusnya aku membeli minuman dingin dulu tadi,“ gumam Karin menyalahkan dirinya sendiri.

Tenggorokannya kering dan minta diairi. Satu lagi kelemahannya, dia memang tidak terbiasa berjalan kaki. 

“Rumah sakitnya masih cukup jauh karena kau berjalan memutar,“ ucap Wilson sambil meneguk minumannya dengan tenang.

“Kau lagi! Kenapa sih, kau selalu mengikutiku!?“

“Ge-eR!“ ucapnya sambil menyondorkan minuman bekasnya.

Karin melengos menolak, tapi rupanya tenggorokannya begitu kering sehingga ia merasa akan jatuh pingsan jika tidak memasukan cairan ke dalam tenggorokannya. Tapi ketika Karin berniat mengambil minuman dari tangan Wilson, Wilson sudah pergi menduluinya.

Kacau, kacau, kacau! pekiknya dalam hati. Ia merasa tidak tahan lagi dan bersandar di bawah pohon kepala yang agak rindang. Karin meremas rambutnya dengan kesal. Kenapa dia bisa percaya begitu saja kepada orang tadi sehingga ia tersesat! 

Akhirnya ia hanya berdiam diri sambil menekuk kedua kakinya. Ia merasa panas dingin karena menahan haus. Ia menundukkan kepalanya di atas lutut, ia merasa lemas.

Karin merasa ada yang menghampirinya dan ia senang bisa mendapatkan bantuan! Tapi ketika ia mengangkat kepalanya ia terkejut melihat paman Berri sekarang sedang duduk menghadapnya.     

Pria itu menggodanya! Karin tahu itu. Wilson menyondorkan minumannya tanpa melihat Karin. Rasanya Karin ingin menyiramkan air minum itu ke-kepala Wilson tapi otaknya jauh lebih membutuhkan cairan saat ini maka dengan cepat Karin menyambar minuman yang disondorkan Wilson kepadanya dan langsung meneguknya.     

Wilson tersenyum mengamati Karin.

“Akan kuganti. Jangan khawatir.“ 

“Makan malam juga boleh sebagai gantinya.“

“Yah, dalam mimpimu!“ Karin berdiri mendadak. Rupanya pengaruh matahari yang terik dan kekurangan cairan dalam tubuhnya membuat tubuhnya limbung dan hampir terjatuh.

Wilson  meraih tubuh Karin dengan cepat agar bersandar pada tubuhnya.

Kepala Karin serasa berputar dan mendadak pandangannya menjadi gelap. Ia tidak sanggup untuk menolak bantuan Wilson dan menjadikan tubuh Wilson yang kekar sebagai sandaran tubuhnya. 

Karin tidak bisa menggunakan akal sehatnya dan membiarkan dirinya bersandar sepenuhnya.     

“Darah rendah?“ tanya Wilson dengan lembut. 

Suaranya saja terdengar sangat seksi ditelinga Karin saat ini. Dia pasti sudah gila karena merasa seperti itu sekarang ini. Seharusnya ia menyingkir segera dari Wilson! Karin memandang Wilson. 

“Tidak juga. Mungkin terlalu banyak terkena sinar matahari.“ 

Wilson langsung menggendong tubuh Karin tanpa meminta izin kepada Karin lebih dulu.

Karin terlalu lemas untuk menegur Wilson. “Jangan khawatir aku akan membawamu ke tempat yang sejuk.“ 

Karin hanya memejamkan mata sambil meringkuk dalam pelukan Wilson lalu Karin tidak bisa mengingat apa-apa lagi. Dia jatuh pingsan dalam pelukan Wilson. 

Karin merasa matanya berat ketika dibuka. Tapi tubuhnya terasa lebih segar dibandingkan tadi. Karin agak bingung ketika menyadari tempatnya berbaring. Dan terkejut saat menyadari keberadaannya saat ini! Ada di mana dia sekarang?! Matanya membuka tiba-tiba dan memandang sekeliling.

“Kau sudah sadar? Minumlah.“ Wilson membantunya untuk duduk.

Dengan mata yang menutup Karin meminum air putih dengan bantuan Wilson.

“Terima kasih.  Bolehkah aku berbaring sebentar lagi? Aku masih agak pusing.“

Wilson menyelimuti tubuh Karin sesaat sebelum Karin mendengar pintu kamar ditutup. 

Wilson merasa sudah gila membawa seorang perempuan keras kepala yang menjengkelkan ke dalam kamar pribadinya.

Dia bisa saja mengantarkan wanita itu ke posko pengobatan terdekat dari pada beresiko terkena ocehannya lagi. Tapi akhirnya ia menyerah dengan desakan rindu dihatinya. Ia tidak dapat memungkiri keinginan hatinya sendiri, ia ingin berada dekat Karin! 

Sejak mereka berciuman, Wilson tidak pernah berhasil menghapus bayang-bayang Karin dari dalam benaknya. Rasa Karin begitu melekat dalam pikirannya. Tidak pernah sekali pun ia melupakannya! 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status