Baswara masih terbaring dengan kedua mata terpejam. Namun, bibirnya melengkung tanda bahagia. Tidak hanya itu, bahkan kedua pipinya terlihat merona saat ini.
“Apakah kau tahu apa yang ia lakukan selama aku pingsan?” tanya Baswara yang sepertinya sedang menghadirkan bayangan Kana dalam ingatannya.
“Tidak, aku tidak tahu,” ungkap Sam dengan tenangnya.
“Apakah perawat di sini mengatakan sesuatu tentangnya, mungkin dia hawatir atau terlihat sedih mungkin?”
“Tidak, Bas,” jawab Sam dengan nada seakan menunjukkan rasa bosan akan pertanyaan yang dilontarkan.
“Apakah kau bertemu dengannya?”
“Tidak, aku datang dan menemukanmu seorang diri di kamar ini.”
“Apakah dia meninggalkanku begitu saja setelah perawat menanganiku?” tanya Baswara, namun kali ini dengan nada sedikit kecewa.
“Aku rasa tidak begitu, dia hanya harus pergi.”
“Sam,
Sam harus kembali ke kantor untuk menyerahkan berkas laporan, namun ia berjanji segera kembali ke rumah sakit setelah membeli makan malam kesukaan Baswara.“Sepertinya aku harus membayar perhatianmu Bas, baru kemarin kau menghawatirkanku. Sekarang, aku yang kembali menghawatirkanmu. Bisa tidak, sesekali kau saja yang berkorban untukku tanpa harus kubalas,” gumam Sam diikuti gelengan kepala. Meskipun gumamannya terkesan tidak senang, namun sedikitpun tidak tergambar pada wajahnya. Bagi Sam, Baswara keluarga terdekatnya.Sebuah pelastik berisi makanan hangat sudah siap diserahkan. Namun, langkah Sam terhenti ketika menyadari keberadaan Kana di ruangan Baswara.“O ow, aku datang diwaktu yang tidak tepat. Sebaiknya aku pergi ke kantin dan membiarkan kalian berdua. Sepertinya kau sedang merasa benar-benar senang, Bas. Sesuai perkataanku, jika Kana menyukaimu dia akan kembali mengunjungimu ke sini. Yah, mungkinkah cinta lama bisa kembali mekar? Ah ..
Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan, namun Sam masih terlihat betah bermain dengan game online-nya. Tetapi semua terhenti kala seorang pelayan wanita datang menghampirinya.“Maaf, Mas. Kantin mau tutup,” ucapnya yang berhasil mengagetkan Sam.Seketika jari Sam bergerak mengarahkan jam pada gawainya.“Ma, maaf, Mba. Saya keasikan. Terima kasih,” ucap Sam sambil terburu-buru pergi, hingga tanpa sadar meninggalkan sesuatu di atas meja.“Sialan! Aku jadi keasikan main. Aku rasa Kana sudah pergi meninggalkan Baswara. Sudah terlalu malam, aku harap Baswara tidak marah karena aku yang terlalu lama datang,” gumam Sam disepanjang jalan menuju ruangan Baswara.Sesuai dugaan, Baswara hanya sendiri di dalam kamar. Setelah Sam mengintip terlebih dahulu.“Ada apa dengan wajahmu? Mengapa kedua pipimu memerah, Bas?” tanya Sam yang kini duduk di bibir ranjang.“Benarkah? Aku merasa lebih baik ma
Tidak banyak yang harus Sam kerjakan, karena semua telah selesai di tangan Baswara. Meskipun Baswara masih berstatus pasien di rumah sakit Kenanga, namun semua itu hanya alasan agar Kana terus mengunjunginya. Hingga tidak heran, kalau ia bisa terus bekerja menggunakan laptopnya dengan Sam sebagai pionnya.Beberapa pertemuan dengan klien ditunda, namun ada pula yang bersedia menemui Sam sebagai perwakilan. Hal ini lantas semakin membantu kelancaran siasat Baswara. Namun tidak dengan Sanjaya, sepertinya ia sangat kesal akan sikap anak tunggalnya yang sudah beberapa hari tidak pulang ke rumah dan tidak pula masuk ke kantor.“Pak, Bapak dipanggil Tuan Sanjaya,” pinta Sekretaris Sam.“Aduh! Pasti dia mempertanyakan keberadaan Baswara. Kenapa dia datang di saat Baswara tidak hadir, sih?” gerutu Sam yang kini mempersiapkan diri menemui Sanjaya di ruangannya.Ketukan Sam segera disambut hangat. Seorang pengawal Sanjaya mempersilakannya mas
Suasana riuh berganti hening, menyadari suasana kikuk setelah kedatangannya, Kana melangkah anggun dan bersikap tenang seakan tak mendengar apapun.“Hai Sam, apakah kau sudah lama tiba?” tanya Kana yang juga turut tersenyum ke arah Baswara.“Ya, jika bukan di kantor ya di sini. Di mana ada Baswara, maka disitu ada aku,” ledek Sam sembari melirik ke arah Baswara yang benar-benar terlihat kaku sambil menyembunyikan wajah.“Benarkah? Aku begitu iri melihat kedekatan kalian berdua. Sudah begitu lama, namun masih awet saja.”“Ya, semua itu karena aku memiliki sifat sabar. Jika tidak, mungkin aku tidak berada di sini,” ucap Sam santai, namun Baswara terlihat tidak senang mendengarnya. Tetapi ia tetap menutup rapat kedua bibirnya.“Oh ya, apa kau ingin makan sesuatu Kana? Aku ingin ke kantin sebentar,” ucap Sam yang sepertinya begitu mengerti akan keinginan Baswara untuk berdua dengan Kana.
“Ada apa, Sam? Mengapa kau berlari-lari seperti itu?” tanya Kana dengan pandangan bingung.“Aku mencarimu,” ucap Sam dengan napas yang terengah-engah. Dadanya begitu sesak dan kini ia berusaha mengontrol napas, berdiri dengan tangan kanan berpegangan pada dinding.“Mencariku?” tanya Kana yang kini terlihat semakin bingung.Sam hanya menggoyang-goyangkan tangannya, karena tak ingin memperpanjang situasi yang membingungkan ini.“Mengapa kau berada di sini, Kana?” tanya Sam yang perlahan terlihat lebih tenang dan kini memilih duduk di samping Kana.Kana tersenyum, pandangan menatap ke arah langit yang terlihat cerah. Wajahnya terlihat senang dan sedikit malu-malu dan itu disadari benar oleh Sam yang sedang memandangnya dari dekat.“Oh ya, apa yang ingin kau katakan padaku?” tanya Sam kembali, dengan nada penasaran.Tatapan Kana kini beralih pada Sam, melebarkan senyuman lalu kem
“Sam, aku akan masuk kantor pagi ini. Kau tak perlu menjemputku, karena aku sudah menyelesaikan semua biaya administrasi rumah sakit.”Sebuah pesan yang cukup mengejutkan Sam. Dengan mata terbelalak, Sam kembali membaca pesan yang berada di layar ponselnya.“Ck,ck, ck, mengapa dia begitu bersemangat? Apa yang terjadi semalam? Aku yakin, pasti mereka sudah membicarakan sesuatu dan Baswara tak mengatakannya padaku,” gumam Sam yang kemudian mulai kehilangan kantuknya.“Ya Tuhan ... apakah aku harus senang dengan kemandirian Baswara atau malah pusing akan urusan percintaannya. Betapa malang nasibmu, Sam. Bahkan kau tak lagi bisa menikmati setiap detikmu,” gerutu Sam yang kini merasa kesal karena harus terbangun pagi dan tak bisa tidur lagi.***Baswara terlihat rapi dan gagah dengan kemeja yang saat ini ia gunakan. Segala sesuatu telah ia bereskan dan kini ia siap berangkat ke kantor dengan menggunakan mobil online. Se
Baswara dengan wajah kesal memasuki ruangannya, begitu pula Sam yang mengikuti di belakang. Terlalu banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan, aksi nekad wanita tadi cukup mengganggu dan Sam tak ingin kejadian yang sama kembali terulang.Baswara memilih berdiri sambil menatap dinding kaca, suasana kota yang ramai selalu menjadi andalannya. Namun, tidak dengan Sam yang memilih duduk sambil terus memandangi punggung pemimpinnya. Rasa penasaran terus mendorong dirinya untuk segera menemukan jawabannya. Namun, keadaan emosional Baswara yang sedang tak stabil membuat Sam menahan niatannya.“Aku tahu ada yang ingin kau tanyakan,” ucap Baswara sembari membelakangi Sam.“Ya, mengapa kau berada di depan ruanganku? Apakah kau menunggu?” tanya Sam yang berkilah dari apa yang sebenarnya ingin ia ketahui.“Aku hanya menginginkan salinan data laporan,” ucap Baswara dengan napas yang memburu. Sepertinya ia sedang menahan amarah.
Setelah satu jam pingsan, akhirnya Baswara siuman. Ia tersadar dengan Kana duduk di sebelahnya.“Bas, jangan memaksakan diri jika kamu masih merasa pusing,” ucap Kana yang dengan lembut menyentuh tangan Baswara.“Sam, bagaimana keadaan Sam, Kana?” tanya Baswara sambil menunjukkan wajah kacaunya.“Dia sudah sadar dan sedang beristirahat. Aku sudah memastikan keadaannya baik-baik saja. Bagaimana keadaan kamu Bas? Mengapa kau bisa sampai terjatuh di lorong rumah sakit?” tanya Kana dengan tatapan hawatir.“Entahlah! Belakangan ini aku sulit mengontrol emosi, bahkan aku sering merasakan sakit di kepala bagian belakang,” jelas Baswara dengan tatapan lelah.“Apa karena kamu terlalu memaksakan diri? Sebaiknya kamu tidak mengulanginya lagi, Bas. Itu tidak baik. Ada baiknya kamu mengambil beberapa hari untuk beristirahat atau liburan.”Baswara tersenyum, dengan tatapan penuh ide ia berkata, &