Share

Taruni

Author: Be Maryam
last update Last Updated: 2021-06-05 20:07:16

Pagi ini keadaan hotel Sun Beach terlihat rapi. Banyak mobil mewah teparkir di sana. Meja jamuan juga telah berisi berbagai jenis kopi dan makanan ringan lainnya. Sepertinya akan ada pertemuan penting.

Tepat di salah satu ruangan terlihat Sanjaya dengan pakaian rapinya terus melirik ke arah pintu masuk. Tatapannya seolah menanti kedatangan seseorang. Berulang kali ia mencuri pandang arloji di tangan kanannya.

“Biasanya ia sudah hadir sebelum pertemuan berlangsung. Tetapi sekarang, batang hidungnya juga belum kelihatan. Awas saja jika ia nekat melakukan tindakan bodoh kali ini,” gumam Sanjaya yang kemudian melangkah mendekati jendela besar.

Tamu yang ditunggu tiba, dua orang pria dewasa berwajah belasteran memasuki ruangan. Diikuti seorang gadis berwajah oriental berjalan di belakangnya. Gadis cantik dengan gaun terbuka dibagian atas diselimuti jas hitam dan rok belahan tinggi hingga menunjukkan paha yang mulus. Ketiganya begitu ramah menghampiri Sanjaya, berbincang tenang sambil menanyakan keberadaan Baswara-anak sekaligus pemimpin perusahaan Sanjaya saat ini.

Sanjaya merasa malu dan bingung harus menjawab apa. Syukurnya Baswara sudah tiba dengan pakaian yang rapi. Melangkah gagah mendekati mereka dan mulai memperkenalkan diri. 

“Selamat datang, Tuan. Perkenalkan saya Baswara, senang berkenalan dengan anda,” ungkap Baswara menggunakan bahasa Jerman.

Kedua wajah belasteran itu tersenyum, saling melempar pandang, lalu berkata, “senang berkenalan dengan anda, Tuan Baswara. Saya sangat senang bisa kembali mendengar bahasa kelahiran saya. Saya tidak menyangka anda begitu baik dalam menggunakan bahasa Jerman. “Ternyata berita tentang anda benar adanya, tidak hanya cerdas, anda juga sangat baik dan berelasi dengan banyak orang,” puji Tuan Mark yang ternyata berasal dari negara Jerman.

Sanjaya tersenyum penuh bangga, meski ia tidak tahu benar akan apa yang mereka katakan. Namun, dari mimik wajah mereka terlihat jelas rasa senang dan kebanggaan akan sikap Baswara.

“Saya senang melihat kedekatan ini dan saya harap kita bisa bekerja sama dengan baik kedepannya. Sebagai ayah, sudah menjadi tugas saya mendidik anak dengan baik. Baswara harus lebih baik dari saya untuk memajukan perusahaan kita,” sambung Sanjaya sembari melirik kagum ke arah Baswara sambil menepuk lembut bahu Baswara.

Seakan tidak pernah terjadi pertengkaran, Baswara tersenyum dengan rendah hati menanggapi pujian ayahnya. Berlakon baik merupakan salah satu kelebihan Baswara, tidak heran ia mendapat gelar baik hampir disemua rekan bisnisnya. Begitu pula yang terjadi saat ini.

Pertemuan berlangsung lebih cepat, penjelasan yang dilakukan Baswara begitu memuaskan dan mudah dimengerti. Membuat mereka terperangah dan terus menganggukkan kepala. Tidak hanya cerdas, Baswara berhasil memancarkan karismanya. Terlihat dari senyuman gadis yang sedari tadi terus melihat Baswara tanpa henti.

Waktunya istirahat, Baswara memilih menikmati tiupan angin segar di balkon ruangan, menatap taman untuk menghilangkan kepenatannya. Sepertinya pikirannya begitu kalut saat ini, namun ia tetap berhasil menjalannya tugasnya.

“Bunga-bunga itu begitu indah dan selalu berhasil menenangkan hati yang melihatnya,” celetuk Jane-sekretaris sekaligus anak dari Tuan Mark.

Keberadaan Jane cukup membuat kaget, ternyata Jane sudah berada lama di samping Baswara. Namun, ia terlalu asik dengan pikirannya hingga tidak menyadari akan hal ini.

“Ya, terlalu banyak hal yang harus aku selesaikan. Melihat taman berisi bunga bisa membuatku menjadi sedikit lebih baik,” balas Baswara yang kembali menunjukkan sikap tenang.

“Aku ingin tahu, apa pendapat seorang pengusaha muda akan sebuah pernikahan?” Jane bertanya dengan senyuman genit serta tatapan penuh arti.

Melihat keberadaan keduanya yang sedang berada di balkon, mengingatkan Jane akan keadaan sebuah pernikahan dengan banyak tamu yang menatap ke arah mereka dari halaman yang dikelilingi bunga-bunga indah.

“Pernikahan? Mungkin aku akan menikah muda, sehebat apapun seorang pria tidak akan lebih baik tanpa wanita yang kuat di sampingnya,” jawab Baswara dengan senyuman yang berhasil membuat hati Jane tidak karuan. Terlebih, wanita kuat merupakan pujian untuk Jane dari Tuan Mark. Membuat Jane semakin salah tingkah dan meninggikan hayalnya.

“Bagaimana denganmu?” 

Jane tidak menjawab dan hanya tersenyum manja, namun gelagat jane terbaca baik oleh Baswara. Tidak ingin melanjutkan pembicaraan, Baswara memilih untuk pamit meninggalkan Jane.

Akal bulus Jane berjalan, ia dengan sengaja menjatuhkan gelas berisi minuman yang sedari tadi berada di genggamannya. Lalu sengaja mengelak dan menjatuhkan diri pada tubuh Baswara dengan tangan berpegang erat pada lengan kokoh sang pria idaman.

Kini kedua wajah mereka saling berdekatan, Jane semakin mendekatikan dadanya menuju tubuh Baswara. Namun, siasat ini gagal karean Baswara dengan segera membantu Jane untuk berdiri dan berkata, “tenang saja, aku akan memanggil pelayan untuk membersihkannya.”

Jane terlihat kesal, ia menatap cemberut ke arah punggung Baswara yang perlahan terlihat semakin menjauh.

“Awas saja kamu Baswara. Kamu akan menjadi mangsaku,” gumamnya dengan tatapan penuh ambisi.

Tidak hanya Jane, ternyata Sanjaya dan Tuan Mark juga turut melihat kedekatan keduanya. Terlihat mereka saling menatap penuh arti diikuti senyuman tipis. Sepertinya mereka memiliki rencana yang sama setelah melihat kejadian ini.

Pertemuan hari ini berakhir, namun masih ada dua kali pertemuan lagi kedepannya. Baswara Segera meninggalkan hotel dan menyalakan mobil menuju rumah sakit. Sedari tadi hatinya merasa tidak tenang karena belum mendapatkan perkembangan dari keadaan Sam.

“Ada apa dengan diriku? Mengapa aku justru memilih jalan ini? Ayolah Bas, fokuskan pikiranmu,” gumam Baswara dengan penuh kekesalan. Entah mengapa ia memilih jalan yang memutar hingga membuatnya semakin jauh menuju rumah sakit tempat Sam berada. “Tidak ada jalan lain, aku harus mengikuti jalan ini.”

Mobil mewah Baswara melaju tenang, suara musik yang menyala kuat membuat Baswara tidak bisa mendengar dengan baik suara jalanan. Dentuman kencang hingga membuat mobilnya ikut bergetar, namun luar biasanya, suara itu tidak terdengar keluar mobil.

Seorang pengemis kecil mengetuk lembut kaca jendela mobil Baswara. Tubuhnya yang pendek membuat Baswara tidak menyadarinya. Saat lampu jalan kembali bewarna hijau, Baswara dengan segera menyalakan mobilnya hingga tanpa sadar melempar si anak ke jalanan.

Semua pengendara menatap benci ke arah mobil Baswara yang terus melaju kencang mengabaikan si pengemis kecil. Sedangkan si anak masih terbaring di tengah jalan sambil meringis kesakitan. Tidak ada yang memperdulikannya, hingga sebuah mobil bewarna putih gading mendekati dan membawanya masuk.

Baswara terus saja melaju dan kini ia melewati sebuah taman, taman ini selalu berhasil membuatnya kembali ingat akan sosok Kana. Tersenyum dan tatapan lelah, Baswara kembali melaju menuju rumah sakit.

Setiba di rumah sakit, ruangan terlihat riuh. Korban kecelakaan tengah terbaring di ruang UGD. Tidak perduli, Baswara terus saja melangkah melewati kerumunan menuju ruangan Sam.

Sam masih terbaring dengan tubuh yang lemah. Ia sudah sempat terbangun, hanya saja mengeluh sakit pada bagian kepala. Tiada yang bisa Baswara lakukan selain menunggu Sam yang masih terlelap setelah mendapat suntikan berisi penenang.

“Maafkan aku, Sam. Tidak seharusnya aku terlalu menekanmu dan menyulitkanmu dengan semua keadaanku. Aku tidak bermaksud membuatmu terikut dengan semua masalahku. Aku tahu, aku tidak terlalu baik sebagai sahabat. Maafkan aku Sam, aku harap kau segera bangun. Aku cukup kehilangan dirimu, aku merasa berat menjalani semua ini tanpa kehadiranmu,” gumam Baswara dengan nada yang bergetar. Sepertinya keberadaan Sam memiliki pengaruh besar pada diri Baswara, hingga menyebabkan kesedihan yang mendalam.

Tidak ingin menangis, Baswara segera keluar meninggalkan ruangan. Air matanya terus mendorong keluar jika ia terus melihat Sam yang terbaring. Untuk melegakan hati, Baswara beranjak menuju kantin untuk memesan segelas kopi.

“Hei, kamu kan pemilik mobil kuning dengan plat 134S?” tanya seorang bocah lelaki yang tiba-tiba menghampiri meja Baswara.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Adoration   Hadiah Terindah

    Kana dan Soga dibawa ke sebuah tempat di kota kecil. Mereka melakukan perjalanan delapan jam lamanya. Menelusuri jalan sempit dengan banyak pohon tinggi di sekitaran. Jalanan yang menanjak dan udara yang sejuk seperti menuju puncak.“Bas, kita mau ke mana?” tanya Nesa yang merasa bingung akan jalan yang tengah mereka tuju.“Ke rumah kita,” sahut Baswara dengan senyuman.“Rumah kita? Maksudnya kamu beli rumah baru untuk kita?” tanya Kana yang merasa tak mengerti akan maksud ucapan Baswara.“Daddy ingin beri kejutan loh, Bun. Iya kan Dad?” sahut Soga yang kini mulai menikmati perjalanan. Bibirnya terus tersenyum. Sesekali ia membuka kaca jendela dan membiarkan angin menyapu lembut rambut merahnya.“Soga apa kamu siap?” tanya Baswara.“Oke, Dad.”Mobil pun berhenti di te

  • Adoration   Keluarga Baru

    Baswara tak sadarkan diri. Ia pun kini terbaring lemas di atas ranjang. Tertidur dengan wajah memucat dan pipi memerah. Bingung, Kana meminta dokter pribadi keluarga Soga untuk datang memeriksakan Baswara.“Semuanya baik-baik saja. Tidak ada masalah yang berarti. Suhu tubuhnya pun normal, begitu pula dengan tekanan darahnya. Saya rasa Tuan Baswara hanya sedang kejang otot saat berenang. Yang kemungkinan karena tidak melakukan pemanasan sebelumnya,” jelas Dokter yang kemudian memberikan obat lalu permisi pulang.“Dad, rencana kita berhasil,” bisik Soga yang sedari tadi berdiri di samping Baswara. Sedangkan kana keluar kamar untuk mengantarkan dokter pulang.Baswara mengedipkan matanya. Lalu keduanya kembali berakting saat Kana memasuki kamar.“Soga ambilkan air hangat ya untuk Bunda,” ucap Soga yang dengan sengaja meninggalkan Baswara dan Kana berdua. Tak lupa ia me

  • Adoration   Tragedi di Kolam Renang

    Hari-hari dilalui dengan senyuman dan kebahagiaan. Kana tak menyangka kehdarian Baswara di rumah mereka mberhasil menyempurnakan hidup mereka. Pagi ini Kana telat bangun, betapa kagetnya ia saat melihat ke arah jam dinding.“Telat!” gumam Kana yang segera melompat dari tempat tidur. Ia merasa bingung sendiri harus ngapain. Terlebih Baswara sudah tak lagi ada di atas ranjang.“Tenang, tenangkan dirimu Kana. Basuh wajah dan ke dapur. Oke!” ucapnya yang kemudian lari ke kamar mandi.Kini Kana terduduk di depan cermin. Matanya terlihat sendu menatap wajahnya. Berulang kali jemarinya menyentuh bagian pipi dan mata.“Pucat banget yah, sembab gitu matanya. Apa aku pakai make up aja? Tapi aku enggak biasa pakai begituan. Aku ... ah, udah ah. Begini aja,” gumam Kana yang kemudian pergi meninggalkan kamar.Kakinya melangkah membawa menuju dapur, te

  • Adoration   Perjuangan Meraih Restu

    “Pagi sayang,” sapa Baswara yang kini tersenyum menatap wajah Kana.“Udah jam berapa?” tanya Kana yang seketika kaget melihat Baswara sudah mengenakan kemeja rapi.“Kamu bobok aja. Aku harus melakukan panggilan video ke klien. Jadi aku harus mengenakan kemeja yang rapi kan?” ucap Baswara.Kana hanya bisa tersenyum geli melihat keadaan Baswara saat ini. Mengenakan kemeja dengan celana olahraga di bawahnya. Kana hanya bisa menggeleng kepala melihat tingkah Baswara.“Jam empat?” gumam Kana yang tak menyangka bahwa ini masih pagi buta.“Yah, maaf kalau ganggu tidur kamu,” ucap Baswara yang kini kembali membuka kemejanya. Ia pun menaiki ranjang dan kembali berbaring. Tangannya memeluk manja tubuh Kana dengan kepala yang bersanda menyentuh lengan Kana.“Aku masih ingin tidur,” sambungnya setela

  • Adoration   Budak Cinta

    Tiada hari tanpa kemesraan dan kini Kana mulai terbiasa dengan hal ini. Tak hanya melakukannya di kamar, bahkan kini mereka berani melakukannya di banyak tempat. Seperti yang terjadi saat ini.Kana yang tengah asik duduk di taman pun dikejutkan akan kedatangan Baswara. Ia hadir membawa nampan berisi buah dan segelas jus jeruk. Bak pelayan yang sedang melayani putri raja, Baswara merundukkan badan untuk menyerahkan nampan.Seakan memainkan peran, Kana pun dengan angkuhnya berucap, “Sulangi saya!”Baswara pun tersenyum. Ia meletakkan nampan dan duduk di samping Kana. Tangan kanannnya siap hendak menyulangkan. Namun, bukannya mengangakan mulut. Kana justru kembali berlakon. Ia menunjuk ke arah lantai seraya berkata, “Enggak ada pelayan yang duduk sebangku dengan tuan putri!”“Ba, baik, Tuan putri,” ucap Baswara yang kini bangkit dan bersiap hendak berdiri dengan kedua

  • Adoration   Perjuangan Baswara

    Kana masih tidak menyangka ia telah menikah dengan Baswara. Hampir setiap malam ia tidak merasa tenang. Tidur dengan Baswara masih terasa asing untuk dirinya. Ia berulang kali menatap diri di cermin dengan jutaan perasaan yang bercampur aduk.“Kok aku jadi begini? Kenapa enggak bisa bersikap biasa aja?” gumamnya yang terus merasa ada sesuatu yang kurang dari wajahnya.Kembali teringat akan pembicaraan mereka di malam pertama. Saat itu Kana terlihat tak siap untuk tidur bersama Baswara. Sikapnya yang menjaga jarak dengan pria membuat ia bingung sendiri. Namun, ia sangat bersyukur karena Baswara sangat mengerti dirinya.“Kamu malu?” tanya Baswara sembari menatap genit Kana.“Ah, kamu udah makan?” tanya Kana mengalihkan pembicaraan.“Aku belum selera. Tapi aku mau makan yang ada di sini,” ledek Baswara. Ia semakin senang menggoda Kana

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status