Share

Waragang

Penulis: Be Maryam
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-05 20:08:49

Baswara menatap bingung, ia tidak merasa mengenalnya. Tatapan bingung Baswara membuat si anak semakin kesal hingga berteriak kencang dihadapannya.

“Hei!” ucapnya sambil menepuk kuat meja Baswara. “Aku sedang berbicara denganmu!”

“Bisakah kamu bersikap lembut, bocah kecil,” ucap Baswara dengan tatapan penuh kebencian.

“Kau harus bertanggung jawab! Kau pikir nyawa seseorang itu mainan?!” ucap Si bocah yang semakin membuat Baswara kesal. Namun, Baswara masih bisa menjaga sikapnya dengan baik meskipun nyaris terpancing.

“Sepertinya kau salah orang, Nak!” ucap Baswara yang kemudian hendak bangkit dengan kopi di tangannya.

“Kau pikir, kau manusia paling kaya, hah? Uangmu tidak dapat membeli nyawa seseorang!” teriak bocah itu kembali, membuat langkah Baswara terhenti seketika. Sambil menatap tajam dengan dahi mengernyit Baswara meletakkan kopi dengan kasar di atas meja hingga berceceran.

“Apa maksudmu?”

Seorang pria berumur terlihat melihat kesekitaran. Tatapannya terhenti kala melihat keberadaan Baswara. Dengan segera ia melangkah cepat dan mendekati bocah kecil yang tidak lain merupakan majikannya.

“Tuan muda Soga, apa yang anda lakukan di sini?” tanya pria itu sambil terduduk memegang erat kedua bahu tangan Soga.

“Aku harus memperingati pria ini. Dia pelaku tabrak lari tadi. Aku ingat betul plat dan wajah pengemudinya,” jelas Soga dengan tatapn kebencian sembari menunjuk ke arah Baswara.

Baswara terdiam, ia masih merasa bingung akan tuduhan yang dilayangkan kepadanya. Ia tidak merasa pernah melakukan itu, namun plat nomor yang anak itu sebutkan benar menunjukkan plat milik mobilnya.

“Maafkan kami,” ucap si pria tua yang kemudian meminta Soga untuk ikut dengannya. Namun, Soga meronta-ronta, enggan pergi sebelum menyelesaikan keinginannya. Sambil terus menggerak-gerakkan badannya, Soga pun berteriak, “Ingat! Aku akan menuntutmu. Kau harus bertanggung. Aku akan memanggil pengacaraku untuk memasukkanmu ke penjara. Ingat omonganku. Soga, ingat namaku!” teriak Soga yang perlahan kian menjauh dari Baswara.

Merasa malu karena menjadi tontonan, Baswara pun pergi meninggalkan kantin. Langkahnya melunglai dengan pikiran yang terus bercabang. Hatinya merasa ragu, dalam hati ia berbisik, “Tidak mungkin anak itu sembarang menuduhku, terlebih saat melihat tatapan seriusnya. Namun, aku tidak mengerti akan apa yang ia katakan. Aku tidak merasa menabrak siapapun. Jika ada, itu kejadian tempo hari dengan Alea sebagai korbannya.”

Seketika pikiran Baswara kembali teringat akan sosok Alea yang masih berada di apartemennya. Wajahnya terlihat kacau dengan urat berurat yang timbul disekitaran dahi. Wajahnya memerah dengan kepala yang terasa begitu panas. Lelah dan penat yang ia rasakan ditengah kejadian demi kejadian yang harus ia hadapi.

Langkahnya terhenti tepat di depan ruangan Sam. Dari balik kaca pintu, ia melihat Sam masih terbaring dengan mata terpejam. Tidak ingin mengganggu, Baswara memilih duduk di kursi panjang yang berada di samping pintu. Duduk merunduk dengan kedua tangan menggenggam erat rambut hitamnya.

“Tuan, Tuan Baswara,” panggil seorang perawat.

Baswara menengadahkan wajahnya dan berusaha kembali bersikap tenang dengan memperlihatkan senyumannya.

“Tuan diminta menemui Dokter sekarang!” ucap si perawat yang kemudian membawa Baswara memasuki ruang dokter.

***

Dering gawai Baswara berbunyi, membuatnya terbangun dan tersadar. Entah sejak kapan dia tertidur di atas sofa ruangan Sam berada. Gawai terus berdering, terlihat nama Sanjaya tertulis di sana. Bukannya mengangkat panggilan masuk, Baswara memilih menon aktifkan gawainya lalu kembali memejamkan mata.

“Kenapa tidak diangkat? Apakah itu dari Tuan Sanjaya?” tanya Sam yang ternyata sudah terbangun sedari tadi.

Kedua mata Baswara terbelalak dan menatap Sam dengan senangnya. Tersenyum dan melangkah mendekati Sam yang masih terlihat lemah.

“Bagaimana keadaanmu Sam? Apakah kau merasa sakit dibagian tertentu?” tanya Baswara dengan tatapan hawatir.

Sam menggeleng sambil tersenyum.

“Maafkan aku, Bas. Aku lupa mengabarimu bahwa aku sakit,” jelas Sam dengan wajah yang terlihat pucat.

“Tidak mengapa, aku akan memindahkanmu ke rumah sakit lain Sam. Kau sebaiknya beristirahat dengan tenang selama perawatan. Sepertinya kau terlalu lelah bekerja belakangan ini,” ungkap Baswara dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Entah apa yang ia dengar dari penjelasan dokter, namun yang pasti ia begitu merasa sedih sekaligus takut kehilangan.

“Aku sudah lebih baik, hanya tinggal lemasnya saja. Mungkin lusa aku sudah bisa kembali bekerja,” jawab Sam yang kini mencoba duduk namun kesulitan.

“Berbaringlah Sam! Jangan memaksakan diri. Aku tidak ingin terjadi hal buruk pada dirimu. Lebih baik memberikanmu liburan selama sebulan daripada ...,” ucapan Baswara terhenti, nada suaranya terdengar bergetar seperti menahan tangis. Sikap aneh Baswara membuat Sam bingung, hingga membuatnya menatap curiga.

“Ada tugas penting yang akan kamu selesaikan. Maka dari itu, aku harap kamu bisa pulih segera,” ucap Baswara yang berlagak tegas, berdiri menatap penuh tekanan ke arah Sam.

Wajah Sam terlihat kecut mendengar ucapan Baswara, namun Baswara merasa senang karena berhasil menutupi kegelisahan hatinya.

“Beristirahatlah, Sam! Besok kita akan pindah rumah sakit. Aku harus kembali pulang, ada pertemuan esok pagi!” ucap Baswara dengan wajah meledek.

“Yah, berhati-hatilah di jalan. Jangan sampai kau memakan korban lagi,” ucap Sam yang terlihat meledek Baswara kembali.

Bukannya jengkel, Baswara justru terdiam di sepanjang jalan. Ucapan Sam kembali membawa Baswara mengingat Soga.

“Soga, nama yang unik. Pemberani dan memiliki ingatan yang kuat. Dia terlihat hebat seperti prajurit muda. Namun sayang, aku masih tidak memahami apa yang ia omongkan.”

Baswara terus melaju menuju rumahnya. Saat melewati taman, ia kembali mengingat sosok gadis yang begitu mirip dengan Kana.

“Aku merindukanmu Kana, terlalu banyak yang harus aku kerjakan. Semua yang terjadi seakan menjadi pertanda bahwa kita akan sulit bertemu. Namun, aku yakin akan segera menemukanmu. Waktu berjalan begitu cepat, hanya tersisa lima bulan mendekati usia tiga puluh,” gumam Baswara dengan raut wajah lelah bercampur penat.

Mobil mewah bewarna merah telah memasuki garasi rumah. Baswara berjalan lambat memasuki rumah sambil melonggarkan dasinya. Bukannya masuk melalui pintu utama, Baswara justru melangkah melalui pintu kecil yang sering digunakan para pekerjanya. Tatapan mata mereka terlihat bingung akan keberadaan Baswara yang terlihat melewati ruangan mereka. Namun, Baswara mengabaikan dan terus saja melangkah menuju kamarnya.

Sebuah suara terdengar, diikuti tawa yang menggelegar. Ternyata itu suara ayahnya yang sedang berbincang melalui gawainya. Seakan memiliki firasat, Baswara memilih berhenti sejenak untuk menguping pembicaraan mereka.

“Yah, Baswara bisa dengan mudah mengembangkan bisnis kita. Begitu pula Jane yang sangat baik dalam menganalisa perkembangan. Jika keduanya bersama, maka kita bisa menguasai perekonomian dunia. Akan ada banyak perusahaan kecil yang bernaung dibawah kekuasaan kita. Sebuah ide yang baik Tuan Mark,” ucap Sanjaya dengan nada bangga.

Wajah Baswara seketika memerah, tangannya mengepal penuh kebencian. Dadanya bergerk cepat naik turun, napas berderu dengan gejolak amarah.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Adoration   Hadiah Terindah

    Kana dan Soga dibawa ke sebuah tempat di kota kecil. Mereka melakukan perjalanan delapan jam lamanya. Menelusuri jalan sempit dengan banyak pohon tinggi di sekitaran. Jalanan yang menanjak dan udara yang sejuk seperti menuju puncak.“Bas, kita mau ke mana?” tanya Nesa yang merasa bingung akan jalan yang tengah mereka tuju.“Ke rumah kita,” sahut Baswara dengan senyuman.“Rumah kita? Maksudnya kamu beli rumah baru untuk kita?” tanya Kana yang merasa tak mengerti akan maksud ucapan Baswara.“Daddy ingin beri kejutan loh, Bun. Iya kan Dad?” sahut Soga yang kini mulai menikmati perjalanan. Bibirnya terus tersenyum. Sesekali ia membuka kaca jendela dan membiarkan angin menyapu lembut rambut merahnya.“Soga apa kamu siap?” tanya Baswara.“Oke, Dad.”Mobil pun berhenti di te

  • Adoration   Keluarga Baru

    Baswara tak sadarkan diri. Ia pun kini terbaring lemas di atas ranjang. Tertidur dengan wajah memucat dan pipi memerah. Bingung, Kana meminta dokter pribadi keluarga Soga untuk datang memeriksakan Baswara.“Semuanya baik-baik saja. Tidak ada masalah yang berarti. Suhu tubuhnya pun normal, begitu pula dengan tekanan darahnya. Saya rasa Tuan Baswara hanya sedang kejang otot saat berenang. Yang kemungkinan karena tidak melakukan pemanasan sebelumnya,” jelas Dokter yang kemudian memberikan obat lalu permisi pulang.“Dad, rencana kita berhasil,” bisik Soga yang sedari tadi berdiri di samping Baswara. Sedangkan kana keluar kamar untuk mengantarkan dokter pulang.Baswara mengedipkan matanya. Lalu keduanya kembali berakting saat Kana memasuki kamar.“Soga ambilkan air hangat ya untuk Bunda,” ucap Soga yang dengan sengaja meninggalkan Baswara dan Kana berdua. Tak lupa ia me

  • Adoration   Tragedi di Kolam Renang

    Hari-hari dilalui dengan senyuman dan kebahagiaan. Kana tak menyangka kehdarian Baswara di rumah mereka mberhasil menyempurnakan hidup mereka. Pagi ini Kana telat bangun, betapa kagetnya ia saat melihat ke arah jam dinding.“Telat!” gumam Kana yang segera melompat dari tempat tidur. Ia merasa bingung sendiri harus ngapain. Terlebih Baswara sudah tak lagi ada di atas ranjang.“Tenang, tenangkan dirimu Kana. Basuh wajah dan ke dapur. Oke!” ucapnya yang kemudian lari ke kamar mandi.Kini Kana terduduk di depan cermin. Matanya terlihat sendu menatap wajahnya. Berulang kali jemarinya menyentuh bagian pipi dan mata.“Pucat banget yah, sembab gitu matanya. Apa aku pakai make up aja? Tapi aku enggak biasa pakai begituan. Aku ... ah, udah ah. Begini aja,” gumam Kana yang kemudian pergi meninggalkan kamar.Kakinya melangkah membawa menuju dapur, te

  • Adoration   Perjuangan Meraih Restu

    “Pagi sayang,” sapa Baswara yang kini tersenyum menatap wajah Kana.“Udah jam berapa?” tanya Kana yang seketika kaget melihat Baswara sudah mengenakan kemeja rapi.“Kamu bobok aja. Aku harus melakukan panggilan video ke klien. Jadi aku harus mengenakan kemeja yang rapi kan?” ucap Baswara.Kana hanya bisa tersenyum geli melihat keadaan Baswara saat ini. Mengenakan kemeja dengan celana olahraga di bawahnya. Kana hanya bisa menggeleng kepala melihat tingkah Baswara.“Jam empat?” gumam Kana yang tak menyangka bahwa ini masih pagi buta.“Yah, maaf kalau ganggu tidur kamu,” ucap Baswara yang kini kembali membuka kemejanya. Ia pun menaiki ranjang dan kembali berbaring. Tangannya memeluk manja tubuh Kana dengan kepala yang bersanda menyentuh lengan Kana.“Aku masih ingin tidur,” sambungnya setela

  • Adoration   Budak Cinta

    Tiada hari tanpa kemesraan dan kini Kana mulai terbiasa dengan hal ini. Tak hanya melakukannya di kamar, bahkan kini mereka berani melakukannya di banyak tempat. Seperti yang terjadi saat ini.Kana yang tengah asik duduk di taman pun dikejutkan akan kedatangan Baswara. Ia hadir membawa nampan berisi buah dan segelas jus jeruk. Bak pelayan yang sedang melayani putri raja, Baswara merundukkan badan untuk menyerahkan nampan.Seakan memainkan peran, Kana pun dengan angkuhnya berucap, “Sulangi saya!”Baswara pun tersenyum. Ia meletakkan nampan dan duduk di samping Kana. Tangan kanannnya siap hendak menyulangkan. Namun, bukannya mengangakan mulut. Kana justru kembali berlakon. Ia menunjuk ke arah lantai seraya berkata, “Enggak ada pelayan yang duduk sebangku dengan tuan putri!”“Ba, baik, Tuan putri,” ucap Baswara yang kini bangkit dan bersiap hendak berdiri dengan kedua

  • Adoration   Perjuangan Baswara

    Kana masih tidak menyangka ia telah menikah dengan Baswara. Hampir setiap malam ia tidak merasa tenang. Tidur dengan Baswara masih terasa asing untuk dirinya. Ia berulang kali menatap diri di cermin dengan jutaan perasaan yang bercampur aduk.“Kok aku jadi begini? Kenapa enggak bisa bersikap biasa aja?” gumamnya yang terus merasa ada sesuatu yang kurang dari wajahnya.Kembali teringat akan pembicaraan mereka di malam pertama. Saat itu Kana terlihat tak siap untuk tidur bersama Baswara. Sikapnya yang menjaga jarak dengan pria membuat ia bingung sendiri. Namun, ia sangat bersyukur karena Baswara sangat mengerti dirinya.“Kamu malu?” tanya Baswara sembari menatap genit Kana.“Ah, kamu udah makan?” tanya Kana mengalihkan pembicaraan.“Aku belum selera. Tapi aku mau makan yang ada di sini,” ledek Baswara. Ia semakin senang menggoda Kana

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status