Beranda / Romansa / Aduh, Bosku Bucin / 5. Kamu ... Bangs4t

Share

5. Kamu ... Bangs4t

Penulis: dtyas
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-29 07:38:34

Bab 5

“Dasar nggak peka. Hampir dua jam nggak ada inisiatif melipir. Hih.” Bintang bergumam mengeluarkan keluhannya terhadap Asoka saat mencuci tangan. Baru saja selesai dengan urusan di bilik toilet.

Mengecek di maps, ternyata perjalanan mereka masih dua jam lagi. Tidak ingin bergegas, Bintang mematut dulu wajahnya di cermin. Memastikan penampilannya masih layak.

“Oke, kita lanjut lagi. Satu mobil dengan kulkas dari kutub dan raja gombal. Biar kata jomblo, nggak ada tertarik sama kedua cowok itu. Hih, jauh-jauh deh.”

Bintang keluar dari toilet, hendak berbelok keluar menuju minimarket di mana Asoka menunggu.

“Sudah beres?”

“Astaga,” pekik Bintang sambil mengurut dada.

“Kamu lucu kalau kaget gitu, tambah imut,” seru Marzuki sambil terkekeh.

“Ish, jangan gitu lagi, mas. Saya kaget loh.”

“Oh iyakah, maaf ya. Padahal aku niat baik tungguin kamu.” Melihat gerakan Marzuki yang akan menyentuhnya, Bintang gegas melangkah pergi. “Hei, Bintang, kok pergi.”

Asoka berada di meja tidak jauh dari mini market, menyesap kopinya dengan pandangan tertuju ke arah Bintang dan Marzuki. Raut wajah gadis itu terlihat merengut dan menghindari Zuki. 

“Langsung jalan, mas?” tanya Bintang langsung duduk di kursi berseberangan dengan Asoka.

“Sepuluh menit lagi.” Asoka menjawab sambil fokus dengan ponsel lalu menyesap kopinya.

“Bintang mau minum apa?” tanya Marzuki.

Asoka mengangkat goody bag yang ada di bawahnya lalu meletakkan di atas meja, terlihat beberapa botol air mineral juga minuman kaleng dan beberapa bungkus snack.

“Kalau ingin yang lain, beli sendiri," ucap Asoka.

“Ini cukup kok,” sahut Bintang lalu mengambil botol air mineral, membuka seal dan meneguknya. Mengabaikan Marzuki yang menawarkan kopi dan coklat panas dengan gelengan pelan.

Asoka masih fokus dengan ponsel, begitu pun dengan Bintang. Marzuki sudah melipir memesan kopi.

“Sepertinya Marzuki suka sama kamu.”

“Wajarlah, saya ‘kan cantik,” sahut Bintang dengan bangga.

“Perjalanan kita ini penting, bersikap profesional dengan tidak melibatkan perasaan. Simpan momen romantis kalian untuk nanti dan jangan diumbar di depan saya.”

“Hah, saya nggak baperan Cuma karena rayuan gombal. Lagian siapa juga yang suka dengan playboy itu. Saya bilang wajar suka karena saya cantik, bukan berarti saya juga suka sama dia,” tutur Bintang dan Asoka hanya mengedikan bahu membuat Bintang kesal dengan respon pria itu. Andai saja bukan ketua tim, sudah dia siram dengan sisa air mineral miliknya.

“Ah, jangan bilang kamu cemburu ya,” tuduh Bintang pada Asoka. Ketika di luar kantor dan hanya ada mereka berdua, Bintang tidak bersikap formal. Apalagi usia mereka tidak jauh.  

“Cemburu?” Asoka memandang Bintang sambil mengernyitkan dahi dan Bintang mengangguk mantap lalu mencibir. “Astaga. Kamu pikir saya putus asa sampai cemburu dengan kamu. Sayangnya, kamu bukan tipe saya.”

“Yey, situ juga bukan tipe saya.”

“Bahas apa nih, serius amat.” Marzuki kembali bergabung membawa cup kopi. “Aku dengar masalah tipe, tipe apa?” tanyanya dengan pandangan tertuju pada Bintang.

“Tipe pasangan mas,” sahut Bintang tanpa minat.

“Wah, topik yang menarik. Tipe pria ideal kamu, kayak gimana?”

“Tipe saya yang agak tinggi, gagah, dewasa dan … ya pokoknya manly banget deh. Ganteng, udah pasti. Meski postur saya semungil botol yakult, tapi idaman saya kayak botol kecap.”

“Botol yakult, botol kecap, maksudnya gimana?” Marzuki menggaruk kepala tidak mengerti dengan penjelasan Bintang.

Asoka yang paham hendak tertawa, tapi ditahan dan mengulum senyum. Secara tidak langsung, Bintang mengatakan Marzuki bukan tipe idamannya karena tinggi badan yang standar.

Tunggu dulu, kenapa kriteria yang disampaikan Bintang agak mirip denganku, batin Asoka.

“Kita jalan sekarang.” Asoka berdiri saat Marzuki hendak bicara, Bintang ikut berdiri membawa goody bag berisi perbekalan selama di perjalanan.

“Botol yakult, maksudnya kamu suka minum yakult?” tanya Marzuki masih penasaran.

“Lupakan saja, mas.”

***

Bintang segera menyusul langkah Asoka, bukan karena tertarik pada pria itu. Malah sebenarnya masih sebal. Paling tidak ketika ada Asoka, Marzuki masih membatasi diri. Sudah tiba di lokasi tujuan, ternyata tempat yang mereka survey adalah Vila yang sudah terbengkalai. Berada di wilayah pegunungan dan area wisata. Melewati jalan menanjak dan ada tangga bebatuan menuju villa utama.

“Coba kalian perhatikan, luas area ini dan struktur tanah yang tidak sama,” seru Asoka. Bintang dan Marzuki ikut menatap sekeliling area dan setuju dengan pendapat pria itu.

“Bintang, kamu ambil foto tempat ini. Terstruktur dan berlanjut. Video juga dari gerbang sana, minta penjaga tempat ini menemani kamu. Marzuki ikut aku, kita ke atas lagi,” titah Asoka lalu memakai kaca mata hitamnya. Suasana sudah mulai terik meski hembusan angin terasa menyejukan.

“Oke,” sahut Bintang lalu menguncir rambutnya dengan gaya ekor kuda dan memakai topi untuk menghalau teriknya matahari.

Tanpa disadari, apa yang dilakukan oleh Bintang menjadi perhatian Asoka dan Marzuki. Bahkan saat gadis itu bersenandung dan menjauh mengerjakan perintah Asoka, masih dalam pandangan kedua pria itu.

“Manis, sangat manis,” ujar Marzuki.

Mendengar itu Asoka lalu mengalihkan pandangan dan refleks berdeham. “Kita ke atas,” ajaknya.

“Tapi Mas Asoka setuju dengan saya ‘kan?” tanya Marzuki sambil memperhatikan langkahnya.

Area tersebut sepertinya sudah lama tidak dihuni dan dirawat, bahkan hanya ada petugas yang menjaga agar tidak ada orang keluar masuk.

“Setuju apa?”

“Setuju kalau Bintang itu macan,” sahut Marzuki membuat Asoka menoleh ke arahnya. “Manis dan cantik.”

“Sebelumnya Bela kamu pepet terus, lalu Anis dari tim lain. Sekarang Bintang. Apa kamu mengoleksi para gadis?”

Marzuki terkekeh.

“Bela bukan gadis dan bukan saya yang merenggut kegadisannya. Anis, ya nggak jauh beda. Katanya udah diambil cowoknya. Kalau Bintang entahlah, belum berhasil. Mas Oka gimana, udah ada pacar?” tanya Marzuki tanpa beban apalagi rasa bersalah. Seolah yang dibicarakan bukan hal yang tabu. Secara tidak langsung dia sudah mengakui pernah melakukan sesuatu dengan dua wanita yang disebutkan tadi dan Bintang adalah target berikutnya.

Mendengar itu, Asoka jijik sendiri. Namun, tidak menunjukan ketidaksukaannya akan pengakuan Marzuki. Karena hal itu urusan pribadi masing-masing.

“Belum, saya belum ada pacar.”

“Masa sih. Harusnya manfaat kelebihan Mas Asoka. Saya yang tampang biasa aja mudah mendapatkan wanita. Kalau saya jadi Mas Asoka, mungkin udah kayak novel genre harem. Dikelilingi wanita cantik dan berganti pasangan udah kayak ganti baju.”

Asoka menarik nafas. “Ternyata kamu bangs4t juga ya.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Aduh, Bosku Bucin   5. Kamu ... Bangs4t

    Bab 5“Dasar nggak peka. Hampir dua jam nggak ada inisiatif melipir. Hih.” Bintang bergumam mengeluarkan keluhannya terhadap Asoka saat mencuci tangan. Baru saja selesai dengan urusan di bilik toilet.Mengecek di maps, ternyata perjalanan mereka masih dua jam lagi. Tidak ingin bergegas, Bintang mematut dulu wajahnya di cermin. Memastikan penampilannya masih layak.“Oke, kita lanjut lagi. Satu mobil dengan kulkas dari kutub dan raja gombal. Biar kata jomblo, nggak ada tertarik sama kedua cowok itu. Hih, jauh-jauh deh.”Bintang keluar dari toilet, hendak berbelok keluar menuju minimarket di mana Asoka menunggu.“Sudah beres?”“Astaga,” pekik Bintang sambil mengurut dada.“Kamu lucu kalau kaget gitu, tambah imut,” seru Marzuki sambil terkekeh.“Ish, jangan gitu lagi, mas. Saya kaget loh.”“Oh iyakah, maaf ya. Padahal aku niat baik tungguin kamu.” Melihat gerakan Marzuki yang akan menyentuhnya, Bintang gegas melangkah pergi. “Hei, Bintang, kok pergi.”Asoka berada di meja tidak jauh dari

  • Aduh, Bosku Bucin   4. Rencana Busuk Zuki

    Bab 4Asoka bersandar dan memijat dahinya pelan. Tidak menduga ia akan bertemu lagi dengan gadis itu. Bintang. Gadis yang kepergok satu kamar dengannya. Masih menjadi misteri kenapa dia bisa ada di kamar dengan Bintang dalam keadaan tidak sadar. Parahnya lagi, tidak berpakaian.Semenjak kejadian itu, rekan nya menduga Asoka dan Bintang memang ada hubungan. Padahal baru berinteraksi dan bicara di malam itu. Sepertinya mereka korban jebakan, tapi siapa yang melakukan itu dan apa maksudnya. Sama seperti dulu, ia tidak peduli. Meski penasaran, tapi dianggap angin lalu.Hendak menemui Medi, atasannya. Asoka meninggalkan ruangan, sempat melewati kubikel Bintang dan gadis itu fokus menatap layar komputer. Melewati pintu darurat yang tidak tertutup rapat, terdengar suara berbincang.“Kebiasaan, kalau merokok di tangga. Mana nggak ditutup. Gimana kalau asapnya masuk kemari.”Tangan Asoka sudah berada di gagang pintu dan akan mendorong untuk menutup, tapi tertahan saat mendengar percakapan itu

  • Aduh, Bosku Bucin   3. Ternyata Tetangga

    Bab 3“Hah.”Bintang menghela nafas saat tiba di depan lift apartemen. Hari pertama bekerja di Jakarta, sungguh melelahkan. Masih belum hafal rute menuju kantor dan mengandalkan angkutan umum. Belum lagi kepadatan di jalanan mengakibatkan macet. Dalam hati ia menyemangati diri sendiri agar tidak menyerah lalu resign dan pulang kampung.Parahnya lagi, di kantor ia harus bertemu dengan seseorang dari masa lalu. Bahkan harus rela setiap hari melihatnya, dia Asoka. Di ruangan yang sama sebagai ketua tim. Membayangkannya saja, Bintang kesal sendiri. Ternyata dunia memang sesempit daun kelor. Dari banyaknya tempat ia harus berada satu tempat dengan Asoka. Dari banyaknya manusia yang ada di dunia ini, dia harus bertemu lagi dengan Asoka.Mendadak ia teringat ucapan Medi kalau hubungan mereka bisa berubah menjadi cinta. Bintang langsung bergidik ngeri membayangkan hal itu. Mana mungkin ia bisa menyukai apalagi jatuh cinta pada Asoka, membayangkannya saja membuatnya berekspresi ingin muntah.J

  • Aduh, Bosku Bucin   2. Ketua Tim. Dia ... Asoka

    Bab 2“Aku ….” Asoka terdiam. Ia tidak kenapa bisa ada di kamar ini. Hanya ingat terakhir ia berada di belakang stage untuk rehat karena akan bergantian mengisi acara. Menerima nasi box konsumsi juga air mineral botol lalu entahlah. Yang mendominasi di kepalanya hanya rasa sakit. Jangankan untuk mengingat, bahkan ia bingung dan tidak mengerti dengan cecaran pertanyaan yang ditujukan padanya.“Jelaskan dong, jangan diam aja. Kita nggak ngapa-ngapain dan ini kamar aku.”Gadis ini ikut mengoceh memintanya menjelaskan. Sedangkan Asoka bingung harus menjelaskan apa.”“Asoka!” sentak gadis itu.“Aku belum tuli. Tidak usah berteriak.” Asoka menghela nafas sambil menyugar rambutnya menjauh dari Bintang.Saat ini mereka sudah berada di ruangan lain, bukan kamar yang tadi. Bintang sudah memakai pakaian lengkap. Ketiga senior termasuk Candra yang tadi menggerebek ada di ruangan itu, bersikap seperti hakim yang sedang melakukan sidang pada pasangan mesum yaitu dirinya dan Bintang.“Kalian ini, pa

  • Aduh, Bosku Bucin   1. Bertemu (Lagi)

    “Makasih ya pak,” seru Bintang sambil menyerahkan helm dan menaiki undakan tangga lobby.Hari pertama ia bekerja, sebenarnya bukan kali pertama juga. Bintang dimutasi ke kantor pusat. Tentu saja karena pencapain dan prestasi kerjanya. Memasuki area lobby, gedung Emerald Company, ia bertanya pada bagian informasi lantai tujuannya. Emerald Design, Firma arsitektur. Salah satu usaha dari Emerald Company.“Emerald Design, lantai delapan ya.”“Lantai delapan, oke, terima kasih mbak,” ujar Bintang lalu bergegas menuju lift.Tidak ingin memberikan kesan buruk di hari pertamanya bertugas. Ia tidak boleh terlambat. Melirik jam tangan, masih ada lima belas menit sebelum waktu kerja dimulai. Berdesakan saat memasuki lift, tidak mungkin menggunakan tangga darurat. Bisa-bisa ia kehabisan nafas saat tiba di lantai tujuan.Keluar dari lift, Bintang melihat penunjuk arah dan kembali bertanya pada meja informasi.“Saya Bintang Lita Anjani, dari cabang Jogja. Ini surat tugas mutasi saya,” ujar Bintang.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status