Share

Bab 7

last update Last Updated: 2024-12-27 05:24:54

"Cia, apa maksudnya?"

Irina bertanya. Irina dan kedua orang tuanya berdiri. Orang yang paling terkejut dengan kemunculan Ciara adalah Irina. Mereka memandangi penampilan Ciara seperti orang yang baru bangun tidur.

"Kak Irina, berapa lama lagi kamu mau pura-pura jadi figur seorang Kakak yang baik?"

Ciara bertanya sambil menuruni anak tangga. Dia berjalan menuju sofa single yang menghadap ke pintu utama. Dia duduk dengan tenang.

Irina tidak menjawab pertanyaan Ciara. Dia justru balik bertanya, "Kok kamu ada di rumah, Cia? Bukannya kamu belum pulang?"

Ciara memiringkan kepalanya, menatap Irina. Hidupnya bagai roller coaster, penuh naik turun.

Ciara mengangkat kedua kaki ke sofa. Dia merebahkan kepala di bantal kecil. "Kayaknya kamu stalker aku, ya?"

Irina berpikir, 'Seharusnya, Cia tersiksa sama zat afrodisiak yang aku campur ke minumannya. Kok bisa dia baik-baik aja?'

"Dasar anak nggak tau diuntung!" Helen berteriak memaki Ciara.

Pembawaan Ciara yang tenang membuat orang-orang sukar menebak jalan pikirannya.

"Cepet berdiri dan minta maaf sama Kakak kamu, Cia!" perintah Helen. Dia tidak terima Ciara mengatakan hal-hal buruk tentang anaknya.

Karena Ciara tidak bergerak, Helen berinisiatif menarik tangannya. Namun, Ciara menepisnya. Dia duduk tegap.

"Lihat, Ben!" Helen memelototi Ciara. "Dia udah berani kurang ajar sama Tantenya sendiri."

Irina meraih tangan ibunya. "Ma, udahlah! Aku nggak apa-apa, kok."

Helen berkata, "Irina udah berbaik hati ngajarin kamu cara-cara hidup di kota besar. Tapi kenapa kamu malah nuduh dia, hah?!"

Senyum Ciara langsung menghilang. Pikirannya penuh dengan kenangan yang samar-samar.

"Iya, Tante bener. Kak Irina-lah yang ngajarin aku beradaptasi," kata Ciara, santai. "Dia ajarin aku makeup, cara berpakaian dan ngerokok. Padahal, Kak Irina tau aku pernah operasi katup jantung."

Ben menatap anak satu-satunya, seolah meminta jawaban. Namun, Irina dengan cepat mengelak.

"Pa, iーitu ... nggak kayak gitu. Aku ...." Irina merasa tertekan saat pandangan semua orang mengarah padanya.

Mendapati sorot mata Ben penuh curiga, Helen langsung membela anaknya. "Pa, Irina anak kandung kamu, loh. Papa yang paling tau sikapnya, bukan Cia. Masa iya, kamu nggak percaya sama anak sendiri?"

Bagaimana pun juga, Irina Darwin adalah wanita berusia 25 tahun dengan kecantikan nomor satu di Kota Baubau. Di mata orang lain, dia memiliki temperamen lembut, baik hati dan terpelajar. Mana mungkin Irina mengajari Ciara hal-hal buruk?

Irina menatap Ciara. 'Ini pasti akal-akalan Cia aja supaya Papa dan Mama mencurigai aku!'

"Jadi maksud Tante, aku bohong?" Ciara menyipitkan mata. "Bukan cuma itu, Kak Irina juga bilang, aku boleh minum alkohol dan pergi ke klub malam untuk cari pacar."

Irina kebingungan. Selama ini, Irina hanya tahu bahwa Ciara polos, penurut dan bodoh. Sejak kapan Ciara memiliki keberanian dan sepintar ini?

Mendengar penuturan Ciara, wajah Ben memucat seolah kehabisan darah. Dia menatap anaknya.

"Irina, apa semua itu bener?!" Kedua mata Ben memerah karena amarah. "Kamu tau, nggak? Kamu bisa mencelakai Cia!"

"Pa!" Helen berteriak. "Mama yakin, Irina nggak kayak gitu."

Irina membela diri. "Pa, Cia ngomong gitu karena pernikahannya gagal. Dia melimpahkan semua kekesalan dan kesalahannya padaku."

Ben terdiam. Semua yang istri dan anaknya katakan masuk akal. Selama ini, Irina tidak pernah melakukan kesalahan apapun. Semua ini pasti hanya bualan Ciara!

Ciara menatap Irina. "Cukup!" Kemudian, dia bertanya, "Paman Ben, kamu nggak lupa sesuatu, kan?"

Ben yang kesal, bertanya, "Aku lupa apa?"

"Garis keturunan," jawab Ciara.

Ben tahu dengan jelas bahwa keluarganya memiliki garis keturunan yang jauh dan terpojokkan. Jadi, dia bukanlah keluarga terdekat.

"Taーtapi, Cia ... gimanapun juga, aku tetap Pamanmu. Akulah yang peduli hidup dan mati mu."

Ben mempertahankan sikap defensif. Bagiamana pun caranya, dia tidak ingin kalah dengan anak manja seperti Ciara!

Helen menambahkan. "Seharusnya kamu bersyukur dipungut Paman Ben-mu dan dibawa dari Desa Avalon ke Kota Baubau. Kalo nggak, mau jadi apa kamu?!"

Ciara tertawa seperti menemukan lelucon baru. Wajah cantiknya memerah.

"Pada kenyataannya, kalian memanggilku pulang cuma mau numpang hidup," ujar Ciara. "Kalian menyodorkan aku kepada keluarga Griffin dan menikahkan aku dengan Tuan Muda Liam, kan?"

Kepala Ben mendadak terasa mau pecah. "Daーdari mana kamu tau, Cia?" tanyanya dengan segala kekhawatiran.

"Nggak penting aku tau dari mana," jawab Ciara, ketus.

Ben emosi. "Karena udah ketahuan, Paman nggak akan menutupinya lagi dari kamu," katanya, datar.

"Paman, kamuー"

Ben memotong kalimat Ciara, "Kalo iya, memangnya kenapa? Paman lakukan itu demi masa depan kamu, Cia."

Helen berseru marah. "Kamu tuh cuma anak manja yatim piatu keluarga Darwin."

"Ha! Ha! Ha!"

Ciara tertawa. Dia merasa keluarga pamannya ini sangat lucu.

Ciara langsung berdiri. "Ternyata, kalian orang tua dan anak, sama aja. Sama-sama berhati Iblis!"

Helen ingin menampar Ciara. Namun dengan cepat, Ciara menepisnya.

Helen berteriak, "Jangan ngomong sembarangan, Cia! Kamu itu udah nggak perawan. Makanya, Tuan Muda Liam nggak mau sama kamu."

Ciara melihat Yuyun berdiri di ambang pintu utama. Pandangan mereka beradu. Detik berikutnya, Ciara terkejut dengan 2 sosok pria yang berdiri di belakang Yuyun.

Ciara tercengang. 'Bukannya, mereka ... Liam dan Aksa? Ngapain mereka malem-malem ke sini?'

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nathan Ryuu
arrghhh! more, pls! kasi tampolan yg bnyk utk Irina pls!
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Aduh! Nona Manja Mencampakkan Tuan Muda    Bab 77

    "Nyonya, Tuan panggil kamu ke bawah."Setelah menunggu Ciara selesai makan, Linda memberitahu bahwa Liam memanggilnya."Liam belum jalan kerja?"Tepat pada saat itu, terdengar suara klakson mobil di bawah jendela kamar.Ciara segera berjalan menuju jendela yang terbuka. Dia melihat Liam duduk di dalam mobil sedang menatapnya. "Aku ke bawah dulu. Bi Linda, beresin peralatan makan!""Baik."Begitu Ciara pergi, Linda buru-buru menggeledah kamar utama sesuai perintah Liam. Dia mengangkat bantal Ciara dan berharap bisa menemukan sesuatu. "Sebenernya, apa yang Tuan Muda cari dari Nyonya? Apa dia merasa, Nyonya menyembunyikan sesuatu darinya?""Tapi, aku nggak pernah meragukan insting seorang Suami ataupun insting seorang Istri. Karena mereka pasangan Suami Istri yang sah. Mereka pasti memiliki ikatan batin."Dengan gerakan cepat, Linda sudah berdiri di depan cermin besar. Tangannya meraba-raba meja di sampingnya dan tidak menemukan apa-apa. Linda menghela napas. "Hemm ...."Ketika menole

  • Aduh! Nona Manja Mencampakkan Tuan Muda    Bab 76

    "Kamu nggak usah takut, Cia! Aku nggak akan biarin kamu urus anak yang merepotkan. Aku akan minta Bi Linda siapin baby sitter untuk anak kita.""Tugas kamu cuma melayani Suami, selebihnya biar pelayan yang urus."Mendengar semua perkataan Liam, ada kegundahan yang Ciara rasakan. Dia menatap wajah Liam lekat-lekat dan menemukan keseriusan di dasar matanya. "Karena hanya dengan begitu, kamu bisa buktikan ketulusan hatimu padaku."Tubuh Ciara tiba-tiba gemetar hebat. Wajahnya berubah pucat. Ciara tidak ingin menangis. Tapi nyatanya, air mata Ciara telah menumpuk di kelopak mata. Hatinya tersayat setelah mendengar keinginan Liam. Liam menyadari perubahan sikap Ciara. Dia merasa, Ciara menolak keinginannya.Tapi, kenapa? Bukankah wajar jika seorang Suami mendambakan memiliki keturunan? Mengapa reaksi Ciara berlebihan seperti itu?Ciara berdiri, hendak pergi dari ruang ganti. "Hemm ...."Seolah bisa membaca pikiran istrinya, Liam langsung menahan tangan Ciara. "Kamu kenapa? Nggak mau p

  • Aduh! Nona Manja Mencampakkan Tuan Muda    Bab 75

    "Liam, aku bisa mandi sendiri ...."Suara Ciara yang merdu hilang karena gemericik air shower yang mengalir. Setelah dua jam berlalu, akhirnya Liam melepaskan Ciara. Bukan karena merasa puas, melainkan karena Griffin Group sudah menunggunya. Kalau saja Liam tidak ingat meeting penting hari ini, bisa saja dia memilih tidak pergi ke kantor dan terus menindih istrinya hingga kelelahan. "Berputar!"Meskipun sudah mendengar perintah Liam, Ciara enggan mengikutinya. Akibatnya, Liam justru membantu Ciara berputar. "Diem di sini! Aku mau ambil shampo dulu."Liam sudah memutuskan untuk memandikan Ciara. Ini adalah hal pertama yang dia lakukan setelah menikahinya. Ciara tidak kuasa menolak. Tapi jauh di dasar hatinya, dia takut Liam akan memintanya lebih!Hati dan pikiran manusia, siapa yang tahu?Liam kembali membawa botol shampo. Ciara terheran-heran melihat Liam mengisi botol shampo dengan air, lalu mengocoknya."Liam, kamu ngapain?""Harusnya aku yang tanya. Cia, kamu ngapain aja di ru

  • Aduh! Nona Manja Mencampakkan Tuan Muda    Bab 74

    "Cia, kamu mau coba main di atas? Hem, boleh aja kok."Main di atas?Apa Liam sudah gila?"Yaa, anggap aja ... posisi di atas untuk menambah pengalaman kamu memuaskan Suami. Gimana?"Liam melihat kedua telinga Ciara memerah. Dia tahu, Ciara mulai merasa malu. Meskipun tidak memalingkan wajah, Ciara tidak menanggapi pertanyaan Liam. Dia terus menatap wajah Liam dan baru menyadari bahwa suaminya memiliki ketampanan di atas rata-rata.Karena Ciara tidak meresponnya, Liam berkata lagi. Tapi kali ini, diiringi dengan tatapan mata menggoda. "Kok diem, sih? Nggak bisa, ya? Tenang aja, Cia! Suami kamu ini bakalan ajarin."Nada Liam yang provokatif membuat Ciara semakin malu. Saat tersadar, wajah Ciara sudah merona merah. "Liam ... jangan mesum!" Liam tertawa kecil. "Aku mesum? Sebelum ngomong, coba kamu lihat di mana tangan kamu sekarang, Cia?"Ciara menundukkan kepala dan langsung terkejut. Sebelum dia sempat menarik tangannya dari dalam pakaian tidur sang suami, Liam sudah lebih dulu m

  • Aduh! Nona Manja Mencampakkan Tuan Muda    Bab 73

    20 menit kemudian.Liam keluar dari ruang ganti. Dia sudah selesai mandi dan berganti pakaian tidur. Dia berjalan menuju ranjang. Saat sudah berada di atas ranjang dan hendak memeluk istrinya, Ciara membuka mata dan langsung terduduk. Akibatnya, Liam ikut terduduk di samping Ciara."Kevan udah mati. Dia udah kekal di alam baka. Sekarang dan masa depan kamu cuma aku seorangーLiam Griffin."Ciara tanpa sadar mengulangi kata-kata Liam tadi. Pandangan matanya kosong. Ekspresi wajahnya terlihat bingung. Di sampingnya, Liam tersenyum puas. Dia telah berhasil menanamkan kalimat mantra di alam bawah sadar Ciara.Liam menarik tubuh Ciara dan memeluknya. "Sayang, kamu pasti mengigau, ya?"Sayang?!Liam memanggilnya dengan sebutan Sayang?Apakah pendengaran Ciara tidak salah? Ciara diam saja. Dia hanya mengerutkan dahi."Itu bener, Ciul. Kevan udah mati. Dan kamu pun tau, orang mati nggak bakalan bisa hidup lagi. Jadi, ayo move on, Sayang!"Liam membelai lembut rambut Ciara. Lalu, melepaskann

  • Aduh! Nona Manja Mencampakkan Tuan Muda    Bab 72

    Liam telah kembali ke Majestic Manor. Aksa menghentikan mobil di depan pintu masuk utama. Sebelum turun, Liam mendongakkan kepala, menatap ke lantai dua. Di sanalah letak kamar tidur utama tempat dia dan Ciara memadu kasih. Liam melihat penerangan di kamarnya sudah padam. 'Ternyata udah gelap.'Liam mendesah. 'Aku terlambat pulang. Cia pasti tidur dengan perut kosong!'Liam mendesah lagi. Dia melonggarkan dasinya. Dia sedikit berpikir tentang istrinya yang sedang mogok makan. Ini bukan salahnya!Liam hanya pergi bekerja seperti hari-hari biasanya. Salah siapa Ciara tidak mau makan malam?Aksa memandangi wajah Tuannya dari balik kaca depan. Dia sangat paham dengan sikapnya. Liam sudah berbaik hati menuruti keinginan Ciara. Liam merendahkan martabat untuk pergi ke toko roti. Dia juga memohon kepada pemilik toko roti Heritage Hearth of Miranda. Tapi, mengapa Ciara tidak bisa menunggunya pulang?Ciara bahkan sudah mematikan pencahayaan kamar tidur utama!Tidak bisakah Ciara berterima

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status