Share

Bab 6

last update Last Updated: 2024-12-27 04:49:05

"Nasi udah berubah menjadi bubur. Kamu mau ngomong apa, Sayang?"

Suara lembut Helen terdengar. Ben dan Helen tahu, putri mereka ini sangat pintar.

Irina tidak hanya cantik, dia juga unggul di bidang akademik. Jadi, Helen berharap anaknya memiliki solusi yang tepat untuk permasalahan pernikahan Ciara dan Liam.

Irina bangun, lalu duduk di samping Ben. "Setahun yang lalu, Cia pernah gagal nikah satu kali sama tunangannyaーKevan Hanindra."

Helen penasaran. Dia segera mengambil tempat duduk di sofa yang duduki anaknya tadi.

"Terus, kenapa?" tanya Helen, tidak senang. "Apa hubungannya sama masalah ini, Irina?"

Irina tersenyum tipis. "Papa sama Mama inget nggak, sih? Saat Kevan tertembak, Cia langsung pergi dan tinggal di Desa Avalon sama pacarnyaーsi pria bertato api."

Wajah Ben menggelap. Benaknya mengulangi memori kelam satu tahun yang lalu. Tidak disangka-sangka, terjadi penembakan saat acara pernikahan Ciara dan Kevan sedang berlangsung di Pink Beach Island.

Selain tunangan Ciara, Tuan Besar keluarga Hanindra pun ikut tertembak. Akibatnya, semua orang mengutuk acara pernikahan Ciara dan Kevan yang membawa bencana.

"Papa inget, Irina," kata Ben, sedih. "Karena insiden penembakan itu, Felicia kena serangan jantung dan tewas di tempat."

"Cia bahkan nggak dateng ke pemakaman Ibu kandungnya sendiri." Helen menimpali. "Cia bener-bener anak durhaka!"

Saat mendengar celotehan keluarga Ben, emosi di mata Ciara terlihat rumit. Matanya tampak membara.

Irina berhasil menanam dendam di hati kedua orang tuanya. Diam-diam, dia tersenyum.

Irina bertanya, "Siapa yang percaya, kalo cewek dan cowok tinggal bareng satu atap nggak ngelakuin apa-apa?"

Mendengar kata-kata tuduhan Irina, Alis Ciara semakin menegang. Kedua tangan Ciara menggenggam erat railing tangga seperti cakar harimau sampai tangannya memerah dan nyaris terluka.

Padahal faktanya, sebelum Kevan menutup mata, dialah yang meminta Quden untuk menyelamatkan Ciara. Sedangkan pada hari pemakaman ibu kandungnya, Ciara hadir menyamar dan berdiri di tengah-tengah para pelayat.

Helen mengerutkan dahi. Dia menatap Irina dengan serius. "Jaーjadi, maksud kamu?!"

Irina mengangguk. "Cia kabur dari pesta pernikahan karena dia takut ketahuan sama Tuan Muda Griffin, kalo dia ... udah nggak perawan."

Fitnah! Ini fitnah! Ya, Irina telah memfitnah Ciara secara terang-terangan.

Waktu terasa berjalan lambat seperti seekor kungkang. Dada Ciara terasa sesak. Dia akan mencoba bersabar sebentar lagi. Karena dia ingin mendengar ocehan keluarga Ben selanjutnya.

Ben langsung memijit pelipisnya. Dia bersandar. Napasnya menjadi berat.

Darah Ben bergejolak. "Entah Rudi punya dosa apa di masa lalu sampai punya anak gadis malu-maluin begitu!"

"Karena Rudi nikah sama Felicia, Pa," ujar Helen, menggebu-gebu. "Feli berasal dari keluarga miskin di desa Rancakbengawan di Kota Perak. Rudi sukses menutupi rahasia Istrinya dari orang-orang."

Ben angguk-angguk. "Iya, kamu bener. Makanya, sikap Felicia yang kampungan menurun ke Cia."

Irina senyum-senyum. Dia akan melakukan segala cara agar Ben mengusir Ciara dari keluarga Darwin.

Ben menatap anaknya. "Jadi, kamu punya solusi apa? Besok pagi, Papa mau pergi ke rumah keluarga Griffin untuk bertanggung jawab."

Irina sudah menunggu momen tepat seperti ini sejak berbulan-bulan yang lalu. Tidak disangka, dia memiliki kesempatan untuk mengungkapkan niatnya.

"Aーaku punya ide. Tapi ...." Irina tampak malu-malu mengatakannya. Dia menyelipkan rambut ke belakang telinga.

Helen menatap lembut anaknya. "Ngomong aja, Sayang!" pintanya.

Irina berkata, "Ini cuma pemikiran aku aja. Kalo Papa sama Mama nggak setuju, anggap aja aku nggak pernah bilang apa-apa."

Ben menepuk punggung tangan Irina sambil tersenyum. "Bilang aja, Irina! Kamu anak Papa. Selama ini, kamu nggak pernah buat masalah kayak Cia."

Irina berkata dengan serius, "Tuan Besar Griffin pasti marah kalo pernikahan ini batal. Tapi dia pasti belum tau, Tuan Muda Liam nggak mau sama Cia karena dia udah nggak perawan."

Irina bermulut manis di depan kedua orang tuanya. Akibatnya, mereka terhasut dengan mudah.

Irina menundukkan kepala. Dia menggenggam ujung roknya. "Jadi, gimana kalo aku gantiin posisi Nyonya Muda Griffin?"

Wajah Irina merona merah. Dia berhasil mengatakan keinginannya yang sudah terpendam sejak lama.

"Aku lebih cantik dari Cia. Aku juga punya banyak prestasi dan bisa menghasilkan uang. Aku pikir, Tuan Muda Liam pasti akan menyukaiku."

Suasana di ruang tamu hening. Ben dan istrinya saling pandang. Mereka berdua mulai mengerti maksud Irina.

"Dengan aku mengorbankan diri, keluarga Darwin kita masih bisa terselamatkan." Irina berkata dengan yakin. "Lagipula, seharusnya Tuan Besar Griffin nggak akan masalah."

"Berhenti beromong kosong, Kak Irina!" teriak Ciara.

Ciara bersandar di railing tangga dengan santai sambil memandangi mereka. Wajah Ciara dipenuhi dengan senyuman saat Irina menatapnya.

"Kak Irina, kamu memang sangat pintar. Tapi ... nggak cukup bijak," kata Ciara, lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aduh! Nona Manja Mencampakkan Tuan Muda    Bab 77

    "Nyonya, Tuan panggil kamu ke bawah."Setelah menunggu Ciara selesai makan, Linda memberitahu bahwa Liam memanggilnya."Liam belum jalan kerja?"Tepat pada saat itu, terdengar suara klakson mobil di bawah jendela kamar.Ciara segera berjalan menuju jendela yang terbuka. Dia melihat Liam duduk di dalam mobil sedang menatapnya. "Aku ke bawah dulu. Bi Linda, beresin peralatan makan!""Baik."Begitu Ciara pergi, Linda buru-buru menggeledah kamar utama sesuai perintah Liam. Dia mengangkat bantal Ciara dan berharap bisa menemukan sesuatu. "Sebenernya, apa yang Tuan Muda cari dari Nyonya? Apa dia merasa, Nyonya menyembunyikan sesuatu darinya?""Tapi, aku nggak pernah meragukan insting seorang Suami ataupun insting seorang Istri. Karena mereka pasangan Suami Istri yang sah. Mereka pasti memiliki ikatan batin."Dengan gerakan cepat, Linda sudah berdiri di depan cermin besar. Tangannya meraba-raba meja di sampingnya dan tidak menemukan apa-apa. Linda menghela napas. "Hemm ...."Ketika menole

  • Aduh! Nona Manja Mencampakkan Tuan Muda    Bab 76

    "Kamu nggak usah takut, Cia! Aku nggak akan biarin kamu urus anak yang merepotkan. Aku akan minta Bi Linda siapin baby sitter untuk anak kita.""Tugas kamu cuma melayani Suami, selebihnya biar pelayan yang urus."Mendengar semua perkataan Liam, ada kegundahan yang Ciara rasakan. Dia menatap wajah Liam lekat-lekat dan menemukan keseriusan di dasar matanya. "Karena hanya dengan begitu, kamu bisa buktikan ketulusan hatimu padaku."Tubuh Ciara tiba-tiba gemetar hebat. Wajahnya berubah pucat. Ciara tidak ingin menangis. Tapi nyatanya, air mata Ciara telah menumpuk di kelopak mata. Hatinya tersayat setelah mendengar keinginan Liam. Liam menyadari perubahan sikap Ciara. Dia merasa, Ciara menolak keinginannya.Tapi, kenapa? Bukankah wajar jika seorang Suami mendambakan memiliki keturunan? Mengapa reaksi Ciara berlebihan seperti itu?Ciara berdiri, hendak pergi dari ruang ganti. "Hemm ...."Seolah bisa membaca pikiran istrinya, Liam langsung menahan tangan Ciara. "Kamu kenapa? Nggak mau p

  • Aduh! Nona Manja Mencampakkan Tuan Muda    Bab 75

    "Liam, aku bisa mandi sendiri ...."Suara Ciara yang merdu hilang karena gemericik air shower yang mengalir. Setelah dua jam berlalu, akhirnya Liam melepaskan Ciara. Bukan karena merasa puas, melainkan karena Griffin Group sudah menunggunya. Kalau saja Liam tidak ingat meeting penting hari ini, bisa saja dia memilih tidak pergi ke kantor dan terus menindih istrinya hingga kelelahan. "Berputar!"Meskipun sudah mendengar perintah Liam, Ciara enggan mengikutinya. Akibatnya, Liam justru membantu Ciara berputar. "Diem di sini! Aku mau ambil shampo dulu."Liam sudah memutuskan untuk memandikan Ciara. Ini adalah hal pertama yang dia lakukan setelah menikahinya. Ciara tidak kuasa menolak. Tapi jauh di dasar hatinya, dia takut Liam akan memintanya lebih!Hati dan pikiran manusia, siapa yang tahu?Liam kembali membawa botol shampo. Ciara terheran-heran melihat Liam mengisi botol shampo dengan air, lalu mengocoknya."Liam, kamu ngapain?""Harusnya aku yang tanya. Cia, kamu ngapain aja di ru

  • Aduh! Nona Manja Mencampakkan Tuan Muda    Bab 74

    "Cia, kamu mau coba main di atas? Hem, boleh aja kok."Main di atas?Apa Liam sudah gila?"Yaa, anggap aja ... posisi di atas untuk menambah pengalaman kamu memuaskan Suami. Gimana?"Liam melihat kedua telinga Ciara memerah. Dia tahu, Ciara mulai merasa malu. Meskipun tidak memalingkan wajah, Ciara tidak menanggapi pertanyaan Liam. Dia terus menatap wajah Liam dan baru menyadari bahwa suaminya memiliki ketampanan di atas rata-rata.Karena Ciara tidak meresponnya, Liam berkata lagi. Tapi kali ini, diiringi dengan tatapan mata menggoda. "Kok diem, sih? Nggak bisa, ya? Tenang aja, Cia! Suami kamu ini bakalan ajarin."Nada Liam yang provokatif membuat Ciara semakin malu. Saat tersadar, wajah Ciara sudah merona merah. "Liam ... jangan mesum!" Liam tertawa kecil. "Aku mesum? Sebelum ngomong, coba kamu lihat di mana tangan kamu sekarang, Cia?"Ciara menundukkan kepala dan langsung terkejut. Sebelum dia sempat menarik tangannya dari dalam pakaian tidur sang suami, Liam sudah lebih dulu m

  • Aduh! Nona Manja Mencampakkan Tuan Muda    Bab 73

    20 menit kemudian.Liam keluar dari ruang ganti. Dia sudah selesai mandi dan berganti pakaian tidur. Dia berjalan menuju ranjang. Saat sudah berada di atas ranjang dan hendak memeluk istrinya, Ciara membuka mata dan langsung terduduk. Akibatnya, Liam ikut terduduk di samping Ciara."Kevan udah mati. Dia udah kekal di alam baka. Sekarang dan masa depan kamu cuma aku seorangーLiam Griffin."Ciara tanpa sadar mengulangi kata-kata Liam tadi. Pandangan matanya kosong. Ekspresi wajahnya terlihat bingung. Di sampingnya, Liam tersenyum puas. Dia telah berhasil menanamkan kalimat mantra di alam bawah sadar Ciara.Liam menarik tubuh Ciara dan memeluknya. "Sayang, kamu pasti mengigau, ya?"Sayang?!Liam memanggilnya dengan sebutan Sayang?Apakah pendengaran Ciara tidak salah? Ciara diam saja. Dia hanya mengerutkan dahi."Itu bener, Ciul. Kevan udah mati. Dan kamu pun tau, orang mati nggak bakalan bisa hidup lagi. Jadi, ayo move on, Sayang!"Liam membelai lembut rambut Ciara. Lalu, melepaskann

  • Aduh! Nona Manja Mencampakkan Tuan Muda    Bab 72

    Liam telah kembali ke Majestic Manor. Aksa menghentikan mobil di depan pintu masuk utama. Sebelum turun, Liam mendongakkan kepala, menatap ke lantai dua. Di sanalah letak kamar tidur utama tempat dia dan Ciara memadu kasih. Liam melihat penerangan di kamarnya sudah padam. 'Ternyata udah gelap.'Liam mendesah. 'Aku terlambat pulang. Cia pasti tidur dengan perut kosong!'Liam mendesah lagi. Dia melonggarkan dasinya. Dia sedikit berpikir tentang istrinya yang sedang mogok makan. Ini bukan salahnya!Liam hanya pergi bekerja seperti hari-hari biasanya. Salah siapa Ciara tidak mau makan malam?Aksa memandangi wajah Tuannya dari balik kaca depan. Dia sangat paham dengan sikapnya. Liam sudah berbaik hati menuruti keinginan Ciara. Liam merendahkan martabat untuk pergi ke toko roti. Dia juga memohon kepada pemilik toko roti Heritage Hearth of Miranda. Tapi, mengapa Ciara tidak bisa menunggunya pulang?Ciara bahkan sudah mematikan pencahayaan kamar tidur utama!Tidak bisakah Ciara berterima

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status