Share

Bab 44: Selalu Menggoda

Author: NACL
last update Last Updated: 2025-12-14 10:39:28

​Mendengar itu, mata Rayan membulat nyaris melompat dari tempatnya. Tubuhnya yang sudah dingin terkena air hujan, makin membeku dengan keadaan yang harus ia hadapi di rumah.

​“Aduh, Bu. Bisa diusir nggak?” bisik pria itu, ekor matanya melirik tajam ke samping. Rayan berjaga, kalau-kalau Dhava mendengar ucapannya barusan.

​“Hih, Kamu ini gimana, sih? Bukannya cari muka, malah nyuruh mertua mau diusir sama Ibu. Udah cepat pulang! Ibu nggak enak sendirian dilihatin terus kayak gini! Bawa Diana!” bentak wanita paruh baya itu yang langsung memutus sepihak panggilan suara.

​Rayan menatap benda pipih di tangan, layarnya yang basah menampilkan tulisan 'panggilan berakhir'. Ia mendesis dengan ekspresi antara panik dan jijik.

​Tepat saat itu, Mercedes Benz hitam di sampingnya mendesing pelan, lalu melaju maju, meninggalkan area parkir. Rayan menatap kepergian mobil itu, memastikan sekali lagi Diana memang tidak ada di dalam butik ataupun bersama Dhava. Ia menarik napas panjang, bergegas kembali
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Aduh, Sayang Jangan Goda Aku Terus   Bab 67: Dominasi di Ruang Konsultasi

    Tiba-tiba suasana menjadi hening. Ruangan ini seakan tidak berpenghuni. Para pengasuh saling melirik, sedangkan Davka masih menanti jawaban dari sang ayah. Dipta yang masih terlalu kecil pun seperti mengerti ketegangan ini. Bocah itu melumat buburnya perlahan.“Gimana, Pa? Bisa? Janji nda nakal.” Davka mengangguk-angguk pelan.Dhava menarik napas sambil memijat pelipisnya. Bagaimana mungkin ia meminta pertolongan ‘outbound’ pada Diana?Pria itu berdeham dan mengusap kepala Davka lagi. “Sama Sus Riri, oke?! Davka sudah besar, harusnya mandiri,” ucap pria itu terasa getir di bibir.“Tapi … Pa … temen ….” Perhatian Davka teralih tatkala mendengar langkah sandal mendekat. Anak itu menoleh dan menatap sang ibu yang mendekat dengan pandangan datar. “Pagi, Ma,” sapanya.“Hm.” Renita menarik kursi paling ujung, terlalu jauh dari anak-anaknya. “Bi, sarapanku mana?!” teriaknya.Asisten rumah tangga tergopoh-gopoh membawa nampan. Lalu meletakkan piring-piring kecil ke meja. Ada salad, telur rebu

  • Aduh, Sayang Jangan Goda Aku Terus   Bab 66: Dhava vs Rayan

    “Kerja sama? Untuk apa? Apa yang dibagi dua?” tanya Renita sambil melipat tangan depan dada. Bahkan wanita itu duduk begitu santai. Kakinya yang jenjang itu diangkat ke atas meja, memanjang tepat di depan mata Rayan. Roknya yang pendek tersingkap mendekati paha.​Bukannya fokus pada pertanyaan Renita, pria justru menelan ludah seolah disuguhi hidangan istimewa. Rayan menghela napas.​“Jawab, Ray! Bukan liatin kaki gue!” sentak wanita itu.​Rayan berdeham, berusaha menepis pandangan dari paha mulus Renita.​“Istri gue lagi dekat sama Dhava. Lu nggak tahu?” Rayan memperhatikan raut wajah Renita yang tampak asyik menatap kuku-kukunya. “Re? Gue serius. Kita harus kerja sama kalau nggak mau kehilangan mereka.”​Tiba-tiba Renita melipat kakinya, dan menarik napas dalam-dalam. Menatap Rayan dari ujung rambut sampai ujung kaki.​“Sorry, deh. Kalau motif karena duit, gue nggak perlu. Lu tahu, duit gue udah banyak. Gue ini punya kerjaan bukan mokondo kayak lu!” Sudut bibir Renita tertarik sempu

  • Aduh, Sayang Jangan Goda Aku Terus   Bab 65: Suami Sok Suci

    “Apaan, sih, Dhav? Bisa lepas nggak? Aku ini istri kamu, bukan penjahat!” raung Renita. Matanya melotot penuh kilat, dan embusan napasnya kasar.Begitu pintu tertutup Dhava mengempaskan tangan istrinya. Ingin sekali ia mendorong wanita itu ke atas ranjang besar yang rapi dan dingin. Namun, naluri dan tanggung jawab mencegahnya bertindak gila.“Kenapa Dhav? Mau minta jatah?!” geram Renita, balik mendorong Dhava dengan kekuatan penuh. Namun pria itu bergeming, tetap kokoh di tempat.Dhava tersenyum pahit, dan ia menelan ludahnya yang kelat. Jakunnya bergerak cepat, dan tangannya mengepal kuat. Bukan karena panggilan primitf pria dalam diri, melainkan kobaran amarah pada wanita itu.“Aku nggak mau, ya, sampe hamil lagi! Pake kondom! Atau kamu vasektomi sekalian!” Renita mendecih sinis. Wanita itu bahkan membuang tatapan ke lain arah.Dhava maju selangkah demi selangkah. Tangannya yang terkepal barusan, menyentuh pipi sang istri, meskipun bergetar.“Tenang saja, Re. Kamu tidak perlu melay

  • Aduh, Sayang Jangan Goda Aku Terus   Bab 64 : Dibawa ke Kamar

    Wanita itu bahkan menoleh dan mengedip nakal. “Terima kasih, Pak Dhava. Terapinya asyik.”Diana menelan ludah, entah sudah berapa derajat suhu dalam tubuhnya ini. Darahnya benar-benar bergejolak melihat resleting wanita itu yang sempat turun.Diana buru-buru balik badan dan melangkah, sambil berdesakan air mata di balik kaca mata hitamnya.‘Udah, Di. Mas Dhava ‘kan memang konselor seks, lihat aja apa yang dia dan aku …,’ batinnya, Diana menelan ludahnya sendiri.Sebelum benar-benar meninggalkan klinik, Diana menoleh dan menganga melihat sesuatu tidak terduga.“Ayo, Pah. Kita pulang, praktik di rumah.” Wanita itu menggandeng tangan pria asing yang baru saja keluar dari ruang konsultasi.Mata Diana langsung mengerjap, air mata yang tadi mendesak kini terhenti konyol. Sungguh … wajahnya memerah karena malu tak tertahankan.'Pah?! Jadi … dia datang dengan suaminya?! Ya, ampun, Diana! Drama apa yang kamu buat?!' Cepat-cepat ia menarik topi menutupi wajahnya. Ia berbalik dan lari terbirit-b

  • Aduh, Sayang Jangan Goda Aku Terus   Bab 63: Pasien Klinik Cantik

    Tanpa buang waktu lagi, Dhava turun ke lantai satu. Ia keluar dari butik. Diana yang melayani pelanggan sempat memperhatikan tingkah pria itu yang tergesa. Tepat di depan bangunan, Dhava langsung memanggil petugas keamanan kawasan pertokoan. Ia memberikan instruksi rahasia dengan nada rendah. “Di lantai dua kerabat saya keracunan, dia minum terlalu banyak. Tolong Bapak antar di masuk taksi! Tenang Pak ada uang capek,” tawar Dhava, ekor matanya melirik ke kaca di lantai dua. Petugas itu mengangguk patuh. Tak lama, Dhava dan dua petugas itu sudah menghilang dengan cepat menaiki tangga menuju lantai dua butik. Diana sontak merasa ada sesuatu nakal sedang direncanakan terapisnya itu di atas sana. Ingin sekali ia meninggalkan pelanggan yang cerewet ini untuk menyusul. Namun, tanggung jawab menahan langkahnya. ‘Apa mereka berantem tadi? Jangan-jangan Mas Rayan …,’ batin Diana penasaran. Sialnya, ia hanya bisa menelan kegelisahan dan hasratnya untuk tahu apa yang sedang dilakukan sang

  • Aduh, Sayang Jangan Goda Aku Terus   Bab 62: Merebut Milikku!

    “Tolong lebih cepat, Mas. Ada Mas Rayan di butik,” teriak Diana dari balik helm.“Apa? Mau apa dia di sana?!” balas Dhava, suaranya tidak kalah tinggi.Diana menggeleng tegas, meskipun Dhava tidak bisa melihatnya. Namun, ia Kembali mengeratkan pelukannya di punggung pria itu. Meskipun jantungnya berdebar hebat, ia percaya bersama Dhava segalanya akan lebih mudah. Ya, setidaknya sang terrapis ini melindunginya.Motor sport merah itu melaju kencang, membelah jalanan utama. Hanya dalam belasan menit, mereka akhirnya tiba di depan butik yang kini penuh sesak oleh kerumunan beberapa pria asing.“Ada apa ini?” gumam wanita itu.Diana buru-buru turun tanpa melepas helm-nya. Dalam langkahnya menuju pintu butik, ia sempat menangkap bisikan memilukan dari sekelompok pria yang menatap butiknya dengan jijik.“Katanya pria mabuk tadi suaminya pemilik butik itu.”“Hu’um. Kasihan sekali istrinya.”Seketika seluruh tubuh Diana membeku di tempat. Suhu pagi ini lebih mirip freezer besar baginya. Wajahn

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status