Home / Romansa / Affair With Mantan / Perlakuan Ares pada Kaira

Share

Perlakuan Ares pada Kaira

Author: Dwie_ina
last update Last Updated: 2023-06-04 18:33:13

Ares yang tersadar terlebih dahulu, langsung mendudukkan tubuhnya. Dia membuang mukanya ke arah lain, untuk menghindari tatapan Kaira.

"Ngapain kamu di sini?" tanya Ares dengan suara dinginnya.

"Aku ... aku tadi lihat kamu tidur di sofa, mana udah malem. Jadi aku bawain selimut," Kaira berucap seraya membenarkan tubuhnya yang tadi masih condong ke arah sofa.

"Gak usah sok peduli deh," ucap Ares seraya berdiri dari duduknya dan berlalu pergi meninggalkan Kaira.

Sedangkan Kaira yang menatap kepergian Ares, hanya bisa mematung dengan mata yang nanar.

*

Keesokan paginya, Kaira memasak beberapa makanan di dapur. Terlihat Kaira yang melangkah sedikit kesusahan, karena memang semalam dia melewati malam panjang bersama Devin.

"Kaira. Kamu sedang memasak apa, Sayang?" tanya Devin yang entah sejak kapan berada di belakang Kaira. Tangan Devin pun memeluk Kaira dari belakang, membuat Kaira bisa merasakan hembusan nafas Devin.

"Um ... Mas, apa setidaknya kita harus jaga sikap, ketika ada Ares?"

Kaira berucap seraya mencoba untuk melepaskan diri dari pelukan Devin. Tentu ucapan Kaira membuat dahi Ares mengerut.

"Memang kenapa? Bukankah dia juga sudah bersikap baik pada kamu?" tanya Devin dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Aku masih belum terbi —"

"Bau gosong apa ini? Kenapa baunya sampai ke kamarku?" tanya Ares yang baru saja ke luar dari kamarnya.

Kaira langsung tersadar dengan ucapan Ares, dia membalikkan badannya dan langsung mematikan kompor.

"Tuh kan, Mas. Kamu sih ...."

Tanpa sadar Kaira mencubit pelan pinggang Devin. Tentu hal itu tidak luput dari tatapan Ares.

"Dasar pengantin baru," ucap Ares seraya melenggang pergi ke arah meja makan.

Devin pun hanya menggaruk tengkuknya ketika mendengar ucapan anaknya, sangat berbanding terbalik dengan ekspresi Kaira.

Kaira melihat jelas ketika Ares berucap, Ares tersenyum miring selayaknya orang yang menyimpan sebuah misteri.

"Kamu kenapa, Sayang?"

Kaira hanya menggelengkan kepalanya," Tidak apa-apa, Mas. Lebih baik Mas mandi terlebih dahulu. Aku akan membereskan makanan gosong ini."

Ting ... ting ....

"Sampai kapan kalian akan memadu kasih seperti itu? Aku udah lapar, tolong segera siapkan sarapan untukku."

"Ares!"

"Sudah, Mas. Tidak apa-apa. Mungkin Ares memang benar-benar lapar."

*

Kini Ares, Devin dan Kaira sedang berada di meja makan. Jarak Kaira dan Ares hanya terhalang meja tersebut.

Bayangan semalam saat Kaira ingin menyelimuti Ares pun, seolah berputar-putar selayaknya kaset rusak.

Tanpa sadar Kaira hanya mengaduk-aduk makanannya, tentu hal itu membuat Devin kembali mengerutkan dahinya lagi.

"Kaira. Kamu ada masalah apa? Coba cerita, aku udah jadi suami kamu sekarang. Apa biaya adik kamu belum cukup? Jika belum, aku bisa mengirimkan uang kembali."

Kaira menggelengkan kepalanya, "Tidak, Mas. Itu sudah cukup. Aku hanya sedang rindu dengan mama dan papa."

"Kamu sabar ya. Nanti kita ke makamnya." Devin berucap seraya mengelus lembut rambut panjang Kaira.

Ares yang berada di hadapan mereka pun, menatap nyalang ke arah keduanya. Kedua tangannya menggenggam sendok dan garpu dengan sangat erat.

Ting!

"Ini meja makan. Jangan berisik. Bukankah papa dan kamu sudah berisik semalam suntuk? Itu mengganggu aktivitas tidurku."

"Ares! Jaga ucapan kamu. Kamu seharusnya bersikap lebih sopan dengan mama tiri kamu. Jangan berbicara seperti itu, kamu sekarang harus memanggil Kaira dengan sebutan mama."

"Papa bercanda? Aku harus menyebut istri papa ini dengan sebutan mama?"

"I would never agree!"

Setelah berucap demikian, Ares langsung meninggalkan papanya dan Kaira.

Ares ke luar dari rumahnya dengan perasaan campur aduk. Dia benar-benar merasa frustasi sekarang, tapi tumpukan berkas di kantor sudah menantinya.

Ares berjalan ke arah garasi dengan langkah gusarnya. Dia membuka pintu mobil dan langsung menutupnya dengan kasar.

"Sialan!" umpatnya dengan memukul stir mobil.

Nafas Ares memburu, Ares menyalakan mesin mobilnya dan berlalu mengeluarkan mobilnya dari garasi.

Ares mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Kantor adalah hal yang selalu Ares benci, tapi dia ingin menjauhkan pikirannya dari Kaira.

Mengingat nama itu kembali, membuat Ares lagi-lagi memijit pelipisnya.

Sedangkan di rumah, Kaira sedang duduk termenung di atas sofa depan televisi. Kaira memeluk lututnya sendiri, dia menghembuskan nafasnya kasar.

"Sial banget, nikah bareng bapaknya mantan."

Kaira meluruskan kembali kakinya, dia menatap layar ponsel yang kini sedang berada di genggamannya.

Layar tersebut menampilkan sebuah foto dirinya dan Ares, "Aku merindukanmu."

Kaira menatap nanar ke arah foto tersebut, "Aku merindukanmu, Ares."

Lagi dan lagi, mata Kaira mengeluarkan cairan bening dari pelupuk matanya.

Jangan ditanya, di mana sekarang Devin berada. Karena Devin sudah berada di kantor bersama dengan Ares.

Devin gagal mengambil cuti, dikarenakan Ares berulah di perusahaan.

"Ares," ucap Kaira lagi. Kini layar ponselnya sedang menjejaki galeri yang berisi kenangannya bersama Ares.

Tring ... tring ....

Suara dering ponsel mengagetkan Kaira, Kaira pun langsung menggeser tombol hijau yang berada di layar tersebut.

"Iya, Buk?"

"Cepat ke rumah sakit sekarang, Kaira. Ayah kamu kritis sekarang, tadi dia jatuh di kamar mandi. Ibuk juga gak tahu, kayaknya kepleset karena licin."

Kaira menutup mulutnya dengan telapak tangan, "I ... iya, Buk. Aku akan pergi ke sana sekarang. Ibuk tunggu ya."

Dengan suara bergetar, Kaira membalas ucapan ibuknya. Orang tua Kaira memang mengetahui jika Kaira menikah, tapi kedua orang tuanya itu tidak mengetahui dengan siapa Kaira menikah.

Hal itu memang Kaira sembunyikan, karena dia tau jika kedua orang tuanya tidak akan setuju. Ditambah lagi, usia suaminya hampir setara dengan papanya.

"Kamu gak apa-apa kan, Nak? Ayah sedang ditangani oleh dokter, ibuk juga belum tahu kondisi lebih jelasnya." tanya ibuk Kaira, karena mendengar isak tangis anaknya.

"Iya, Buk. Kaira baik-baik aja. Kaira akan dateng ke sana. Ibuk tenang aja ya."

Kaira memutuskan panggilan sepihak, dia enggan jika ibuknya mendengar isakannya.

Kaira terdiam beberapa saat, dia mengusap wajahnya kasar untuk menghapus air mata. Hembusan nafas kasar pun, terdengar dari bibir Kaira.

Kaira berdiri dari duduknya, dia mengambil tas dan ingin melangkah pergi menuju rumah sakit tempat di mana ayahnya berada.

Brugh!

Baru saja dia sampai di depan pintu, tanpa sengaja, Kaira menubruk orang di depannya. Orang tersebut, sepertinya ingin masuk ke dalam rumah. Kaira yang memejamkan matanya pun, mengerutkan dahi mulusnya hingga bergaris.

'Seharusnya aku jatuh ke atas dinginnya lantai, tapi kok ....'

Ya, tubrukan di antara keduanya memang sangat kencang. Bahkan tubuh Kaira hampir terpental, itu sebabnya Kaira memejamkan matanya.

Kaira membuka matanya perlahan, samar-samar wajah orang di depannya langsung jelas, ketika Kaira membuka kedua matanya.

Orang tersebut tersenyum sangat manis, hingga membuat Kaira mematung untuk beberapa saat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Affair With Mantan   Jadi pacarku

    Tidak memedulikan keadaan Kaira, Ares memutuskan untuk pergi lagi dari rumahnya itu dan memilih untuk menenangkan dirinya di bar yang sudah menjadi tempat langganannya. “Ck, makin lama di rumah yang ada aku bakal semakin emosi sama wanita pembawa sial itu. Jadi lebih baik aku menghibur diri di tempat biasa,” gumam Ares, sambil terus melajukan mobilnya itu menuju ke salah satu bar yang dia maksud tersebut. Tidak berapa lama kemudian, Ares tiba di bar tersebut. Di sana dia langsung saja memarkirkan mobilnya itu di parkiran bar lalu barulah setelah itu dia turun dari mobilnya dan melangkah masuk ke dalam bar itu. Tujuan Ares di sana pun hanya ingin minum-minum sebentar saja karena memang hanya itu saja yang bisa membuat dia agak melupakan apa yang sudah terjadi pada dirinya. “Vodka,” ucap Ares pada bartender yang sudah cukup mengenalnya itu. “Oke,” sahut bartender tersebut. Alunan suara musik di dalam bar itu pun sama sekali tidak mengganggu Ares. Dia hanya ingin menikmati minumann

  • Affair With Mantan   Semakin berulah

    Setelah cukup lama Ares menghabiskan waktunya di makam ibu kandungnya itu, dia pun akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Jujur saja sampai sekarang Ares masih menahan rasa amarahnya terhadap Kaira. Bahkan di dalam pikirannya saat ini adalah untuk memukul dan menampar wanita yang menurutnya sudah menjadi penyebab ayahnya mengalami kecelakaan pesawat itu.“Harusnya wanita itu dari awal nggak hadir aja di kehidupan aku dan Papa. Dengan begitu hubungan aku sama Papa juga nggak bakal renggang kayak sebelumnya,” geram Ares, mengeratkan genggaman tangannya pada gagang motor yang dia pegangi itu. Ares pun hanya bisa menatap jalanan di depannya dengan tatapan penuh amarahnya. Hingga selang beberapa menit kemudian, akhirnya Ares tiba di rumahnya dan dia langsung memakirkan motornya ke dalam garasi yang berada di samping runahnya. Kemudian Ares melepaskan helmnya dan segera melangkah masuk ke dalam rumahnya itu. Tepat saat dia mendekat ke arah ruang tengah, di sana Ares bisa mendengar

  • Affair With Mantan   Salah kamu

    “I-Ini nggak mungkin ....”Dengan tangan yang bergetar memegang remote televisi, Kaira tidak mampu menahan air matanya yang sudah mengalir ke kedua pipinya. Sama sekali tidak pernah dibayangkannya bahwa suami yang dia cintai akan mengalami kecelakaan seperti itu. Apalagi baru beberapa jam berlalu semenjak Devin pergi ke luar kota dan meninggakan dirinya, namun kejadian seperti itu sudah terjadi. “M-Mas Devin ... nggak ... jangan tinggalin aku,” lirih Kaira, sambil menundukkan kepalanya dan membiarkan saja remote yang dipegangnya tadi terjatuh ke atas lantai.Rasa sakit yang dirasakan di dalam hatinya benar-benar tidak bisa dibendung oleh Kaira. Bahkan sedikti demi seidkit dia bisa merasakan rasa sesak yang begitu menyakitkan. “K ... Kenapa hal ini harus terjadi sama Mas Devin? Kenapa? Baru saja kami memulai kembali semuanya ... tapi kenapa hal ini harus terjadi?” Suara tangisan Kaira memenuhi ruang tengah tersebut. Dia tidak peduli dengan Ares yang mungkin saja akan mendengar tang

  • Affair With Mantan   Jatuhnya pesawat

    Beberapa hari telah berlalu semenjak keguguran yang dialami oleh Kaira.Kaira masih merasa sedih karena dia sudah kehilangan anak yang bahkan belum sempat melihat dunia karena salah dirinya. Namun berkat ada suaminya yang selalu menguatkannya, Kaira benar-benar merasa jauh lebih baik. “Kamu bakal pergi sampai berapa hari, Mas?” tanya Kaira, sambil merapikan pakaian suaminya yang dia masukkan ke dalam koper. “Mungkin 3 sampai 4 hari, Sayang. Tapi aku usahain pulang lebih cepat, ya,” jawab Devin, tersenyum lalu mengecup lembut kening istrinya. “Maaf ya, tiba-tiba aku harus pergi perjalanan bisnis kayak gini. Padahal aku masih mau ngejagain kamu di sini.”Kaira tersenyum lalu menggeleng pelan. “Nggak apa-apa, Mas. Lagian kamu nggak perlu jagain aku lagi, sekarang aku udah lebih baik kok,” balas Kaira, sambil menutup kopernya. “Berkat kamu, aku udah jauh lebih baik. Makasih banyak ya, Mas, makasih karena masih mau pertahanin aku jadi istri kamu.”Devin membalas senyuman istrinya itu lal

  • Affair With Mantan   Kembali Berulah

    “Ares, kamu bantu Papa bawa Mama ke mobil, kita harus ke rumah sakit sekarang,” ucap Devin kepada Ares. Ares hanya menuruti perkataan papanya itu lalu membantu menggendong tubuh Kaira dan membawanya masuk ke dalam mobilnya Devin. Di dalam sanna sudah ada Devin yang menyalakan mesin mobilnya. “Kami juga masuk, kita ke rumah sakit sekarang. teman kamu bisa pulang lebih dulu,” ucap Devin memandang ke arah Jeremy dengan tatapan yang cukup tegas. Dia masih ingat dengan apa saja yang dikatakan Jeremy kepada istrinya. “Kejadian hari ini, jangan dibahas lagi.”Ares pun mau tidak mau ikut bersama dengan Devin dan menuju ke rumah sakit. Sedangkan Jeremy dimintai pulang oleh Ares karena tugasnya Jeremy tadi juga sudah selesai dan berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang Ares inginkan. Selama perjalanan menuju ke rumah sakit, Devin tidak henti-hentinya melirik ke arah Kaira dengan perasaan cemasnya. “Aku harap dia baik-baik aja,” ucap Devin

  • Affair With Mantan   Teman masa lalu

    “Hey, Bro,” ucap Jeremy yang baru saja tiba di rumah Ares. “Jadi, ngapain kamu suruh aku datang ke sini?”Ares tersenyum. “Nanti kamu juga akan tahu. Masuk dulu,” ucap Ares berjalan masuk dan diikuti oleh Jeremy di belakangnya. Mereka pun memutuskan untuk duduk di ruang tamu. “Nggak ada niatan mau nawarin aku minum?” tanya Jeremy memukul lengan Ares pelan. “Aku tamu di sini.”“Ck, bentar lagi Mama aku juga bakal pulang. Nanti kamu minta aja sama dia,” ucap Ares. “Mama? Mama tiri kamu? oh iya, aku juga belum pernah lihat Mama tiri kamu, ya. Orangnya seperti apa? Papa kamu kan ganteng jadi harusnya Mama tiri kamu itu cantik dong, ya,”: ujar Jeremy yang mulai tertarik ingin mengetahui mengenai mama tiri Ares.Ares tersenyum miring mendengar perkataan Jeremy. “Mama tiri aku itu, kamu sangat mengenalnya, Jer. Nanti kamu setelah lihat pasti langsung ingat.”Jeremy mengernyitkan keningnya, bingung dengan perkataan temannya i

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status