Share

Suara Dari Kamar Sebelah

Ares mengacak-acak rambutnya sendiri. Dia kini sedang terduduk di atas ranjang dengan segelas wine yang berada di dalam genggamannya.

Senyum mengejek terpantri di bibir Ares, ini adalah sebuah kejutan untuknya. Bagaimana bisa, mantan yang menghilang selama tiga tahun tiba-tiba datang kembali.

Ares meneguk wine itu, hingga tandas tak tersisa. Dia langsung merebahkan dirinya di atas kasur.

Tiba-tiba saja, otaknya seperti berputar ke masa lampau. Masa di mana dia dan Kaira masih menjadi sepasang kekasih.

                # Flashback On #

Ares dan Kaira merupakan kedua murid unggulan di SMA nya. Mereka selalu berebut untuk mendapatkan sebuah gelar juara satu.

Ares yang saat itu merupakan kapten basket, diikut sertakan untuk mengikuti cerdas cermat bersama Kaira. Otak mereka berdua memang tidak jauh berbeda.

Di sanalah, Ares merasakan jatuh cinta pada pandangan pertamanya. Dia yang tadinya tidak percaya dengan first love, langsung terpatahkan seketika.

Memandang wajah Kaira yang ayu, membuat salah satu organ di dalam tubuh Ares berdetak dengan cepat.

Cerdas cermat itu tingkat provinsi, dan terjadi selama satu minggu lamanya. Hal itu membuat hubungan Ares dan Kaira semakin dekat, karena mereka harus menjadi juara dikesempatan kali ini.

"Kaira. Kamu pahamin yang ini aja, biar aku pahamin yang satunya."

Ares memang selalu terkesima dengan hal yang dilakukan Kaira. Senyum dan tawanya pun, membuat Ares candu dan ingin selalu melihatnya.

Pertemanan baik di antara keduanya terjalin cukup lama, hingga mereka lulus dan memutuskan untuk kuliah.

Saat kelulusan SMA, sebelum mereka berdua melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi Ares menyiapkan sebuah acara spesial untuk Kaira, di malam promnight.

                 # Flashback Off #

Ares memijit pelipisnya sendiri, bahkan untuk mengingat masa itu pun, Ares tidak mampu.

Bragh!

Ares memukul dinding kamarnya, dengan brutal.

"Bedebah sialan!"

Teriakan Ares itu tentu saja terdengar hingga kamar Kaira. Untungnya, papa Ares yang kini berstatus suami Kaira itu sedang berada di kamar mandi.

Kaira menggigit bibir bawahnya. Ada rasa bersalah ketika dia meninggalkan Ares.

Kaira pun tidak mengetahui, jika Devin adalah papa Ares. Kaira menatap ke arah kamar mandi, dia menajamkan indera pendengarannya.

Suara gemericik air dari dalam kamar mandi, membuat Kaira nekat untuk mendekati dinding yang terhubung langsung ke arah kamar Ares.

*

"Sialan kamu, Kaira! Aku benar-benar sangat membencimu sekarang!"

Ares menatap nyalang ke arah beberapa foto yang terpatri di atas dinding kamarnya.

Brugh!

Lagi dan lagi, Ares kini meninju tembok yang ternyata di seberangnya ada Kaira. Kaira yang berada di seberang sana pun berjingkat kaget.

"Ares ... andaikan kamu tahu, kalau tujuanku pergi bukan semata-mata karena keegoisanku."

Kaira menatap ke arah tembok itu dengan tatapan nanar, tanpa terasa air matanya jatuh membasahi pipinya.

"Kamu kenapa, Kaira?" tanya Devin yang baru saja kw luar dari dalam kamar mandi.

"Eh ... tidak, Mas."

Buru-buru Kaira menghapus air mata yang luruh jatuh di pipinya, dia membalikkan tubuhnya setelah berhasil menghapus air matanya.

"Udah selesai, Mas?" tanya Kaira dengan mengangkat kedua sudut bibirnya, dia tidak ingin Devin mengetahui atau menerka-nerka tentang apa yang dipikirkan olehnya.

"Kami sedang apa? Kenapa menghadap tembok seperti itu?"

Kaira menggelengkan kepalanya, lalu menggenggam lengan Devin untuk menuju ranjang.

"Aku hanya —" ucapan Kaira hanya menggantung di udara, karena Devin yang langsung membungkam bibir Kaira dengan bibirnya.

Sedangkan Ares yang sedari tadi disibukkan dengan pikirannya pun, semakin dibuat kalap ketika indera pendengarannya mendengar suara-suara laknat dari dalam kamar papanya.

"Apa-apaan Kaira ini, apa dia menikmati papaku? Aneh sekali!"

Ares yang tadinya sedang merebahkan diri di atas kasur pun, langsung mendekat ke arah pintu untuk ke luar.

Tujuan utamanya saat ini adalah mengintip kegiatan yang sedang dilakukan papanya dan Kaira.

Ares menunduk hingga posisi matanya tepat berada di lubang kunci, pintu kamar papanya.

Terlihat jelas di sana jika papanya sedang mencumbui tubuh Kaira. Dan hal yang tak diinginkan Ares benar-benar terjadi. Dia melihat sendiri, ketika ekspresi muka Kaira menunjukkan rasa nikmat.

Ares mengepalkan kedua tangannya, hatinya mencelos seketika.

"Kamu sangat hebat, Kaira. Kamu sudah bisa membuat hatiku terkunci, hingga saat ini. Tapi ... apa aku bisa bersikap baik denganmu?"

"Bahkan disaat kamu sudah pergi meninggalkan aku dan kamu kembali lagi, dengan status sebagai ibu tiriku," lanjut ucapan Ares.

Ares kembali melangkahkan kedua kakinya, sayangya dia kali ini tidak ingin kembali ke kamarnya.

Ares terduduk di sofa dengan menyalakan televisi yang entah menayangkan siaran apa. Ares pun terlihat tidak fokus, ketika duduk di sofa.

Televisi itu memang menyala. Dan kedua mata Ares pun terlihat melihat televisi tersebut. Tapi pikiran Ares sedang mengawang jauh.

Dia memikirkan muka Kaira yang terlihat sangat menikmati permainan papanya tersebut. Dan jangan lupakan, suara lenguhan yang menggema di seluruh kamar papanya.

Ares menghembuskan nafas kasar, dia menyenderkan punggungnya di sandaran kursi.

Ares memijit pangkal hidungnya, dia lagi-lagi menghembuskan nafas panjang. Pikirannya tidak bisa tenang saat ini.

Ada rasa yang tidak bisa dijelaskan, menjalar dengan hebat di hati Ares.

"Kaira ... Kaira. Andai dulu kamu gak pergi ninggalin aku, pasti aku yang akan melakukan malam panjang bareng kamu. Tapi sekarang, itu hanyalah sebuah bayang semu."

Ares memejamkan matanya, untuk membuang isi otaknya yang tidak jernih sama sekali. Dia pusing sendiri, ketika banyak sekali kejutan dalam hidupnya, setelah mamanya tiada.

"Ma, andai mama tahu, siapa yang sudah menikah dengan papa. Apa mama akan sakit hati? Mengingat mama sangat menyayangi Kaira. Bedanya, Kaira gak jadi istriku, Ma. Dia jadi istrinya papa."

Tiba-tiba saja, Ares merasakan sebuah helaian rambut panjang yang menerpa wajahnya.

Tapi Ares mengabaikan hal tersebut, dia menganggap jika itu hanyalah sebuah halusinasi dari otaknya sendiri.

Kaira, wanita itu kini sedang membawakan selimut untuk Ares.

Dia memakaikan selimut itu, karena melihat Ares yang sedang tertidur di atas sofa panjang.

Kedua mata Kaira menatap wajah Ares dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Kalau boleh jujur, mungkin Kaira akan berteriak saat ini.

Mengungkapkan rasa rindu yang sudah lama dia pendam sendiri. Tanpa sadar Kaira semakin mendekatkan wajahnya ke arah wajah Ares.

Tentu hal itu, membuat anak rambut Kaira semakin turun dan mengenai wajah Ares.

Ares yang tadinya menganggap semua itu hanya mimpi pun, langsung mengusap wajahnya kasar. Karena Ares merasakan gatal, ketika anak rambut itu seperti menggelitik kulit wajahnya.

Ares membuka matanya, dan hal pertama yang dilihatnya adalan sebuah wajah wanita yang sangat dia cintai sedari dulu.

Kedua mata mereka bersirombak, membuat keduanya mematung satu sama lain.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status