Beranda / Romansa / Affair With My Ex / 1. Pernikahanmu

Share

Affair With My Ex
Affair With My Ex
Penulis: Chocolatteice

1. Pernikahanmu

Penulis: Chocolatteice
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-07 22:37:46

Malam ini, sebuah pernikahan mewah digelar meriah. Mengusung tema pernikahan ala American clasic benar-benar menakjubkan. Ribuan kamera berancang-ancang diposisi masing-masing, tentu tidak ingin melewatkan momen berharga barang sedetikpun. Rekan-rekan aktor sampai para pelawak tanah air turut memeriahkan acara.

Ellard bahkan bermurah hati membiarkan para penggemar hadir, menjadi saksi hari bersejarah dirinya dengan kekasih.

Alhasil tamu yang datang meluap sampai halaman depan.

Alunan music romantic dimainkan menggetarkan hati. Kelopak bunga bertabur mengiringi langkah demi langkah menuju altar.

Ellard menggandeng calon isterinya dengan senyum mengembang dibibir, melambaikan tangan menyapa tamu dengan ramah. Semua orang ikut bahagia menyaksikan bagaimana pasangan serasi itu saling melempar senyum malu-malu, terlihat menggemaskan disetiap mata memandang. Ellard mengelus tangan Alura yang mengandeng lengannya, ketegangan jelas Ellard rasakan saat mata mereka bersitatap.

"Kau gugup?"

Perhatian kecil ia lemparkan pada Alura yang dibalas anggukan kecil ragu-ragu. Ellard pun tersenyum sibuk mengurusi detak jantungnya yang mulai ugal-ugalan.

Gugup yang Ellard rasakan tentu berbeda dengan Alura. Sesuatu yang orang tidak tahu sedang berkecamuk dalam dirinya. Dari awal Ellard memasuki ruangan ia sudah melihat wanita berambut pirang dengan kacamata hitam mengendap masuk diantara penggemarnya.

Takut bercampur senang mungkin itu yang ia rasakan. Ellard memang memaksa Bella untuk datang ke pernikahan nya hari ini, tapi demi Tuhan ia tidak pernah menyangka wanita itu benar-benar akan datang, setelah semua yang ia lakukan.

Ellard mengulum senyumnya tahu-tahu sudah tiba diatas altar. Menghadap semua tamu kemudian membungkuk 90 Drajat memberi penghormatan.

"Sebelum pernikahan ini dilanjutkan, saya terlebih dahulu ingin bertanya kepada para saksi yang terhormat, apakah ada diantara kalian yang kerberatan dengan pernikahan ini?"

Ellard muak dengan suasana ini, semua orang mulai berbisik, mengantisipasi karena sesuatu mungkin saja terjadi. Mengingat dirinya yang memang bukan orang biasa.

Bella tersenyum tipis, melihat dirinya yang begitu dibenci semua orang.

"Jalang sialan bernama Bella itu benar-benar tidak tahu diri kalau sampai berani mengacaukan acara ini." Tiba-tiba wanita didepan Bella berbisik dengan temannya, "dengan wajahnya yang huhhh jelek itu, aku yakin dia tidak cukup berani bersaing dengan Alura." Setelah itu mereka tertawa, mengejek orang yang jelas-jelas berdiri tepat dibelakang mereka sendiri.

Bella menjatuhkan padangan kelantai pun kepalanya tak mampu berdiri dengan tegak. Pembicaraan itu memaksa jatuh mental Bella yang mati-matian ia pertahanan. Kesalahan terbesar Bella laksanakan hari ini.

Demi Tuhan Bella tidak pernah berpikiran untuk membalaskan dendamnya dengan melakukan hal yang sama. Dituduh seperti itu membuat ia seketika memikirkan hal keji, bagaimana jika Bella benar-benar berdiri tegak diantara Ellard dan Alura. Berpura-pura gila pun bisa ia lakukan, mengancam semua orang dengan mengatakan dirinya membawa bom atom untuk kemudian ia ledakan diatas kepala Ellard. Dan lihat bagaimana ruang sesak ini akan menjadi kosong melompong.

Senyum jahat terbit dari bibirnya, namun Bella tentu tidak sebodoh itu. Setidaknya untuk sekarang, otaknya masih bisa bekerja dengan baik. Daripada melakukan hal yang membuat harga dirinya jatuh Bella lebih memilih untuk pergi.

"Dihadapan Tuhan-"

Yang mana Bella urungkan saat terdengar Ellard membacakan janji pernikahannya dengan lantang.

"Saya Ellard Wiliam dengan niat yang suci dan ikhlas hati memilihmu Alura Rinjani menjadi isteri saya. Saya berjanji untuk setia kepadamu dalam untung dan malang, dalam suka dan duka, diwaktu sehat dan sakit, dengan kekurangan dan kelebihanmu. Saya akan mencintai dan menghormatimu sepanjang hidupku."

Prosesi berjalan khidmat, Alura mengikrarkan janjinya tepat setelah Ellard, kemudian pendeta menyatakan pernikahan mereka sah dihadapan Tuhan. Lalu mempersilahkan pasangan suami-istri itu untuk berciuman.

Dari kejauhan Bella dapat melihat bagaimana manisnya senyum Ellard sebelum meraih tenguk Alura, mencium mesra bibirnya. Bersamaan dengan itu, air mata jatuh membasahi pipi Bella. Sorakan riang disertai tepukan tangan mencubit perasaan.

"Jangan menangis."

Seolah tersadar, Bella menghapus air mata yang mungkin jatuh ditanpa terasa. Dia membalik kan tubuh tanpa perhitungan sampai ketika mereka berhadapan, mata teduh milik Mark langsung ia dapatkan.

"Mark?"

"Kau benar-benar datang ternyata."

Bella tersenyum tipis hampir tak terlihat, "aku hanya penasaran dengan konsep acaranya."

Alih-alih mengiyakan mark malah tampak mencebikan bibirnya. Lelaki itu jelas sedang mengejek kebodohannya, tapi Bella abai.

"Harusnya kau datang bersama ku."

"Lalu mendapatkan kecemburuan dari kekasihmu?" Sindir Bella telak membuat Mark menjadi gagu seketika, lelaki itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "yahh setidaknya kalau kau memberitahuku, aku bisa mengusahakan agar tidak datang bersama Yeri dulu kali ini."

"Memang nya bisa?"

"Bisa lah. Apapun demi sahabat tercinta." Mark menyengir ceria

"Minggu lalu saja kau habis dimarahi ayahmu gara-gara tidak menjemput Yeri dari sekolah. Ish dia benar-benar berhasil menjadikanmu babu--"

"BELLA!!"

Mark kelepasan, Bella tersentak tapi tak mengurangi kesadarannya untuk menarik keluar Mark dari kerumunan. wanita pirang disebelah Bella sempat mengeryit, satu detik saja bisa-bisa Bella pulang dengan kaki tangan patah.

Darah terasa mengalir lebih cepat seiring dengan detak jantungnya asik berdisco ria. Bella ingin mengehabisi Mark saja rasanya.

Sementara Mark masih sempat terkekeh geli, seolah itu bukanlah masalah. Bella menggerutu, tidak tahu saja dia bagaimana kejamnya penggemar fanatik Ellard-alura. Bella bahkan sempat dikutuk habis-habisan karena dianggap menjadi penghalang hubungan Ellard dan Alura.

"Mark, kau hampir saja membunuhku dengan berteriak seperti itu tadi." Sunggutnya menghentikan langkah mereka tepat didepan toilet pria.

"Oke. Maaf, aku kelepasan." Mark menyengir menampilkan giginya yang rapi seolah tidak merasa bersalah. "Kalau sampai ada yang sadar aku disini. Bisa habis aku."

"Lagian kenapa pula kau datang ujuk-ujuk kesini? Mau mengantarkan nyawa?" Mark tertawa melihat keseluruhan penampilan Bella, "ini lagi nyamar ceritanya?"

"Terserah!"

Mark terkekeh, Bella menggunakan wig berwarna mencolok. Persis seperti badut Ancol dimata Mark, "Niatmu perlu diacungi jempol." katanya serentak dengan kedua ibu jarinya yang mengacung untuk Bella, "Kalau aku sedang tidak menggunakan sepatu sudah kuberikan juga dua jempol kaki ku untukmu."

Kelakar lawas, Bella sama sekali tidak menganggap itu lucu. Wanita itu lebih memilih menyandarkan punggungnya ke tembok. Menatap langit-langit, yang entah kenapa membuat hatinya kian sesak.

"Aku bodoh sekali ya, Mark?"

Matanya berlinang, tapi sebisa mungkin ia tahan agar tidak menangis.

"Dia yang menyuruh ku untuk datang kesini, kalau kau ingin tahu."

Mark tidak menjawab. Ikut bersandar bersama Bella. Kedua tangannya ia masukan kesaku celana, siap mendengarkan apa saja keluhan wanita itu.

"Bahkan aku juga bingung, setelah semua yang terjadi--aku tetap tidak bisa membencinya Mark-"

Tangis Bella pecah setelahnya, meluapkan semua yang ia tahan selama ini. Bella wanita yang kuat, tidak pernah sekalipun Mark melihat nya menangis sepilu ini. Namun sekarang ia paham jika wanita ini sedang mengalami kesakitan yang amat sangat. Mark menjadi tidak tahan untuk tidak merengkuh Bella kedalam pelukannya. Menepuk punggungnya lembut demi memberikan ketenangan.

"Lalu apa rencanamu selanjutnya? Kau ingin menemuinya setelah ini?"

Bella menggelengkan kepala lemah, masih terisak walau terbungkam dada Mark. "Aku tidak tahu."

"Jangan menangis."

Suara Mark ikut-ikutan serak, sehingga Bella menjadi Malu sendiri. Seperti tersadar tindakannya kali ini menjadi beban bagi orang lain.

"Bawa aku pulang, Mark."

***

Ellard tetap menggandeng mesra Alura, menyalami tamu-tamu yang terus berdatangan. Senyuman lebar ia tampilkan tidak pernah luntur yang mana diejek habis-habisan oleh dasi kupu-kupu yang masih bertengger rapi mengikat kerah kemeja. 

Seorang aktor memang harus pandai bersandiwara, bukan?

"Sayang?" 

Langkah mereka terhenti otomatis, Ellard menaikan alisnya, bertanya melalui itu. 

Pelukan erat Alura pada lengannya Ellard dapatkan sebagai jawaban, yang mana Ellard tatap mata istrinya yang terlihat sayu "Aku lelah, tidak bisakah acaranya diselesaikan dengan cepat?" 

"Tidak sayang. Akan sangat tidak sopan jika kita menghentikan acara-nya tiba-tiba." 

"Tapi aku mual. Kaki ku pegal. Kalau tidak mau, biarkan aku pergi duluan. Aku ingin istirahat." Alura mengeluh manja pada Ellard yang masih enggan meninggalkan acara. Wanita itu mendengus kesal, melepasakan Ellard lalu pergi begitu saja.

"Sayang?!"

"Alura."

Pangilannya diabaikan, tak membuat Ellard berniat mengejar Alura. lelaki itu hanya mengedikan bahu. Alura sedang hamil muda, jadi wajar jika moodnya sering dalam kondisi tidak baik.

Ellard memahami hal itu, berusaha melenturkan bibirnya kembali agar bisa tersenyum lebih natural. 

"Ellard William."

"Rangga Pratama."

Ellard terkekeh menyambut sang sahabat yang langsung menjabat tangannya. 

"Selamat atas pernikahanmu, Dude." Ucapnya bangga, "aku benar-benar tidak menyangka kau akan berjodoh dengan lawan mainmu sendiri."

Bukan hanya Rangga, Ellard pun tidak menyangka. 

"Ya begitulah." Balas Ellard tidak mengurangi intensitas senyumnya.

"Terimakasih ya sudah turut hadir di pernikahanku." 

"Eyss bicara apa kau ini? Aku sahabatmu sudah sewajarnya memberikan dukungan untukmu." Rangga menepuk pundak Ellard, "Tapi maaf, sebenarnya aku sangat menyayangkan hal ini, aku tidak bisa membersamaimu lebih lama, Ellard." Kelakar Rangga berpura-pura melihat jam tangannya "aku harus menemani istriku kerumah sakit." Lanjutnya setengah berbisik.

Ellard mengidikan bahu tanda tak punya hak menahan Rangga lebih lama, istri Rangga tengah hamil besar dan kalau tidak salah Rangga pernah mengatakan kalau Minggu-minggu ini istrinya akan segera melahirkan. 

"Kau memang pandai mencari alasan." Rangga tertawa mendengarnya,

"Sana! Pergilah! Sampaikan salamku dengan Elena." Usir Ellard sedikit mendorong bahu Rangga.

"Tentu. Ah padahal dia ingin sekali melihat mu menikah, tapi sudahlah--" setelahnya hanya punggung lebar Rangga yang bisa Ellard lihat. Lelaki itu tampak berlari kecil. Tanpa sadar hati Ellard menghangat, tarikan dibibirnya menjelaskan kalau Ellard iri melihat kebahagiaan sang kawan.

Yang ia tendang jauh-jauh perasaan itu demi kelangsungan hidupnya.

Lelaki itu kembali mengedarkan pandangan, lagi-lagi hatinya seperti dihujani beribu bunga. Para penggemar masih setia berdiri dihalaman depan. Menunjukan cinta mereka, dengan ucapan-ucapan selamat yang mereka buat sendiri melalui tulisan. 

"Ellard-Alura Forever!"

"Teruslah bahagia Ellard William! We love you!!"

Hampir saja Ellard menitikan air mata. Bagaimana bisa begitu banyak orang mencintai lelaki brengsek seperti dia. Ellard semakin melebarkan senyumnya melambaikan tangan, memberikan ucapan terimakasih melalui isyarat.

Tindakan itu tak ayal mendapat sautan luar biasa dari fans. Mereka meneriakkan nama Ellard berkali-kali.

Ellard membungkuk menghormati orang-orang yang tulus mendukungnya. Berpamitan untuk meninggalkan tempat itu, yang langsung diiyakan begitu saja oleh mereka.

Langkah Ellard lagi-lagi ia lanjutkan, menuju toilet untuk sekedar mencuci muka. Matanya sudah terasa berat karena lelah. 

Namun di detik selanjutnya mata Ellard seolah dibuat benar-benar terbuka saat melihat sesuatu yang tidak ia suka terjadi didepan matanya. Lelaki itu menggertakan giginya, ia marah tapi ia tahan. Ellard menyandarkan punggungnya ke tembok dengan arogan, lalu berdeham keras.

"Disini kau rupanya."

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Affair With My Ex   23. Pesta pertunangan Kairav

    Mark baru saja selesai olahraga pagi saat Murni-ibu Bella berdiri di depan pintu apartemennya. Murni menunggu Mark. Senyum ramah terbit dari bibir pucatnya saat menyentuh lengan Mark. Kegundahan jelas terlihat di mata wanita rentah itu."Ibu." Panggil Mark masih tidak percaya Murni menemuinya. Sorot sayu serta kerjapan lemah membuat Mark khawatir. "Bukankah ibu sedang sakit? Kenapa ke sini?"Kemudian memasukan beberapa angka keamanan dan membawa Murni ke dalamnya. Murni duduk di sofa sementara Mark mengambilkan air putih karena wanita itu tampak seperti kehausan."Tadi ibu nak ojek online." Kata Murni membuka percakapan, "jaman sudah sangat maju sehingga apa-apa harus melalui digital. Kami yang sudah tua ini cukup kesusahan." Lanjutnya terkekeh yang kini di ikuti Mark."Minum dulu."Segelas air putih Mark berikan. "Lift sedang rusak. Ibu pasti sangat kelelahan harus menaiki tangga darurat.""Tidak juga. Sekalian olahraga, kalau bukan karena

  • Affair With My Ex   22. Pertama kali

    Percintaan hebat yang Bella kira hanyalah mimpi ternyata sebuah kenyataan, menggiring Bella segera menenggelamkan diri saja ke Antartika. Tengah malam, keheningan begitu kental memeluk diri. Bella terbangun dengan sakit di sekujur tubuh. Wanita itu menggeleng tidak percaya sudah menyerahkan bagian paling berharga dari dirinya pada Ellard. Suami Alura. Oh Tuhan, ini benar-benar sebuah perselingkuhan yang kejam. Tak terasa setetes air mata jatuh, Bella tergugu antara menyesal dan... Tidak tahu. Bella kalut, kepalanya pusing bukan kepalang. Bukan ini yang Bella mau. Sex sebelum menikah tidak pernah ada dalam kamus Bella. "Sudah bangun?" Ellard keluar dari kamar mandi langsung merengkuh tengkuknya untuk ciuman selamat pagi. Rupanya sekarang sudah memasuki waktu pagi. Langit masih gelap memang. Namun matahari mulai memancarkan sinar dari ufuk timur. Yang artinya Bella sudah tertidur lebih dari 12 jam sejak sore. "Kita akan kembali ke hotel se

  • Affair With My Ex   21. Obat perangsang

    Perjalanan panjang membuat mereka kelaparan. Bella makan dengan lahap, menerima apapun yang Ellard sodorkan ke mulutnya. Saling menyuapi layaknya pasangan muda di mabuk asmara. Bella terkekeh saat Ellard berpura-pura menggigit jari Bella. New Zealand sangat indah. Ah bukan New Zealand yang indah tapi kebersamaan mereka luarbiasa indah. Bella senang sekali bisa pergi berdua dengan Ellard setelah sekian lama. Hatinya berbunga-bunga sejak Ellard menyetujui ajakan berlibur. Dia hanya tidak tahu cara mengatakan. "Mau anggur?" "Kau tahu aku tidak bisa minum." Tentu saja Ellard tahu. Ellard tahu Bella pasti akan kehilangan kesadaran layaknya orang mati jika sudah bersentuhan dengan alkohol. Tapi dia tetap menuang minuman itu ke gelas Bella. "Aku bilang aku tidak akan minum." "Aku hanya menuang. Minum atau tidak itu hak mu." Ellard mengedipkan mata saat mengangkat gelas mili

  • Affair With My Ex   20. Mimpi lagi

    Semilir angin menerbangkan rambut Bella ketika membuka jendela kamar. Di hadapkan ke lautan lepas, mata Bella tak pelak dibuat segar. Rasa penat berpendam di dasar kepala seolah melayang terbang bersama bui. Senyum terbirit terbit dari bibir Bella saat menghirup udara dan merasainya memenuhi paru. Kemarin, mereka tiba di jam 2 dini hari. Bella tidak begitu sadar lokasi villa ah... hotel dengan pemandangan sesempurna ini. Bukan Bali. Ellard memilih New Zealand untuk liburan mereka kali ini. Ellard ingin bebas dari tuduhan miring dan tempat paling aman adalah luar negeri. "Kenapa meninggalkan ku, hmm?" Kecupan lembut dan rengkuhan di pinggang memberitahu Bella sang kekasih telah terbangun. Kini memeluk mesra ikut menikmati udara di pagi hari. "Aku tidak kemana-mana." "Tetap saja kau meninggalkanku dengan berdiri di sini." Kecupan mesra terus Ellard bubuhkan di sisi leher Bella. "Kau suka?" Kepala Ellard

  • Affair With My Ex   19. Rencana liburan

    Bersama helaian daun jatuh menyentuh tanah, Bella tersenyum. Jenis senyum tipis miris yang jarang terlihat dari bibirnya.Tergugu mencengkram erat seikat bunga hingga dua sampai tiga kelopak indahnya jatuh terbang dibawa angin.Saat ini, di bawah pohon rindang tersebar dedaunan kering, Bella berdiri menatap gundukan tanah dengan nisan bertuliskan Mia Anastasya tertanam kokoh.Sang sahabat yang meninggal tragis satu tahun lalu. Bella begitu merindu namun tidak ada satu katapun bisa ia sampaikan. Mulut Bella terkunci rapat, bahkan untuk sekedar menekuk kakinya saja dia enggan. Lantas Bella jatuhkan begitu saja bunga yang ia bawa.Persetan bagaimana kucing kecil diseberang sana menilai dirinya. Bella putar tubuhnya meninggalkan lokasi pemakaman. Kaca mata hitam bertengger angkuh menyimpan semua kilat dalam matanya.***

  • Affair With My Ex   18. Bercinta dengan Alura

    Pada dasarnya, secinta apapun Ellard pada Bella, tetap tidak bisa membuatnya lepas tangan terhadap Alura yang notabene-nya istri sah. Ellard mengendap keluar setelah mengecup ringan pipi Bella yang masih terlelap. Begitu tiba di basement, Deril sudah terlihat menyebalkan dengan sebelah tangan handal memainkan kunci mobil. Lelaki itu memutar bola matanya malas, "masuk!" Deril bahkan tidak tertarik untuk mengomentari penampilan kacau Ellard yang baru bangun tidur. Rambut berantakan dan kancing kemeja yang tidak sepenuhnya terkait. Deril tebak, lelaki ini bahkan belum sempat mencuci muka. Dengan rasa kesal memuncak Deril lemparkan sisir pada Ellard, "setidaknya rapikan dulu rambut singamu!" "Aku yakin kau cukup pintar untuk melihat keadaanku saat ini." Ellard menimpali sarkas. Ellard masih kesal dibangunkan pagi-pagi, disaat dia masih memiliki banyak waktu untuk bersant

  • Affair With My Ex   17. Alura pulang.

    malam semakin larut, udara dingin menggigit kulit. Bella masih berdiam diri di halaman rumah orang tuanya setelah tiba sekitar 15 menit lalu. Memeluk tubuhnya yang mulai meremang. Kemeja tipis yang Bella kenakan tidak cukup untuk menghadang angin membelai kulit sampai ke dalam. Bella hembuskan napasnya yang langsung mengembun. Ia seperti orang gila akhir-akhir ini. Meninggalkan rumah tanpa pamit, sekarang kembali ditengah malam rasanya agak kurang etis. Lantas dengan sisa kewarasannya Bella kembali pada taksi yang membawanya tadi. "Putar balik." perintahnya datar datar pada sang supir. Isi kepala Bella sekacau itu sampai ia tekan pelipisnya berharap bisa merasa lebih baik. Cibir saja kebodohannya karena kembali pada tempat dimana ia meninggalkan Ellard. Memandangi mobil yang sama sekali belum berubah posisi. Tidak tahu apa yang terjadi dengan Ellard didalam sana sampai harus menggusak

  • Affair With My Ex   16. Perlu waktu

    "Sudah?" Ellard mengiyakan dengan anggukan mantap setelah menarik tuas pintu penumpang. Bella mengambil alih kemudi, karena keadaan Ellard sedang tidak memungkinkan untuk berkendara saat ini. Kondisi Ellard tidak terlalu mengkhawatirkan, hanya cidera di lengan rupanya tidak membuat Ellard harus dirawat berlama-lama. Lantas setelah Melina dan Irham pulang, Ellard juga memutuskan untuk segera pulang. Terlepas nanti Ellard harus tetap menjalani beberapa terapi untuk kesembuhan penuh. "Kau harus bekerja ekstra untuk merawatku nanti. Dokter bilang aku harus makan bubur setiap pagi, agar pencernaan ku baik. Makan buah setiap hari dan tidak boleh diabaikan." Ellard berbicara seolah kenyataan itu begitu menyenangkan baginya. Yang Ellard tidak tahu bahwa cidera pada lengan tidak ada hubungannya dengan urusan pencernaan apalagi soal abai-mengabaikan. Bella berdecak samar sama sekali tidak ingin membantah. "Biar aku-" Gips di le

  • Affair With My Ex   15. Bertemu mantan calon mertua

    Bella sedang tertawa mendengar cerita konyol Ellard perihal lawan mainnya yang mencret di lokasi syuting. Batal take karena tidak berhenti kentut dan bolak-balik ke toilet, saat Deril menyerobot masuk dengan napas terengah. "Cepat pergi dari sini!" Deril menarik tangan Bella ditahan oleh Ellard, "kenapa sih Der?" "Wartawan sedang menuju kesini, maka itu Bella harus pergi," katanya ketir. Deril terlihat frustasi-penyampaiannya pun kacau. "Dimana-mana wartawan tidak boleh masuk ruang inap pasien," cibir Ellard tenang, "Bella tidak akan kemana-mana." "Tapi mereka memaksa." "Panggil tim keamanan, begitu saja repot." Bella mengangkat alisnya menatap Ellard, lelaki itu mengedik acuh. Sampai kapanpun Deril tidak akan pernah bisa membuat Ellard takut. Maka tidak ada pilihan lain bagi Deril selain menyerah. Ia menghela lelah, "Orang tua-mu sedang dalam perjalanan menuju ke si

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status