Share

5. Kembalinya Daniel Lim

Tepat jam delapan malam, Samuel datang menjemput Liora dengan Buggati birunya. Liora segera turun begitu ia memberitahu kedatangannya. Lima menit kemudian suara sepatu yang beradu di lantai lobi membuatnya berbalik dengan seketika.

Kedua mata Samuel memandang penuh ketakjuban begitu Liora muncul dengan begitu sempurna. Rambut bergelombang wanita dibiarkan terurai ke samping, dengan gaun berwarna merah yang menampilkan lekukan tubuh seksi Liora, wanita itu sangat mampu memenuhi segala macam pikiran terliar pria manapun. Belahan samping yang menampilkan kaki jenjang Liora mengintip dengan malu-malu di setiap langkah wanita itu.

"Kau terlihat menawan, Liora." Samuel menghampiri wanita itu dengan salah satu tangan di belakang.

"Aku tahu dan aku memang selalu seperti ini. Kenapa kau masih saja terkejut, Samuel?" balas Liora dengan senyum yang semakin melengkapi kesempurnaan wanita itu dan kerlingan mata yang mampu melumpuhkan kedua kakinya. Wanita itu selalu dipenuhi kepercayaan diri yang begitu besar, hanya dengan kecantikan serta rayuan memabukkan wanita itu, Samuel yakin Liora mampu menaklukkan dunia jika wanita itu mau.

Liora  mengulurkan tangan dan membiarkan Samuel menuntunnya menuruni lima anak tangga. Membukakan pintu dan … “Untukmu.” Samuel mengulurkan setangkai mawar merah kepada Liora.

Liora mengernyit menatap bunga mawar dengan tali emas membentuk pinta di bawah kelopaknya. Kemudian memandang wajah Samuel dengan ragu.

“Aku hanya ingin memberimu hadiah.”

“Bunga?”

“Ya.”

“Aku tak suka bunga.”

Samuel mengerjap dua kali akan jawaban lugas Liora.

“Tapi aku akan menerimanya.” Liora mengambil bunga tersebut yang seketika menciptakan senyum di wajah Samuel. “Untuk pertemanan kita.”

Segurat kecewa sempat melintas, tapi Samuel mengangguk dan mengulang. “Untuk pertemanan kita.”

Liora naik ke mobil. Menghirupnya lalu mengangguk-angguk. Tak ada aroma yang special tapi ia cukup menyukainya. “Apa ini salah satu bunga dari buket bunga yang kau berikan pada Alicia?” tanyanya setengah bercanda ketika Samuel sudah duduk di balik kemudi.

“Karena kau mengingatkannya, dia akan sangat kesal jika kau mengatakan itu dariku.”

“Sepertinya itu bukan hal yang aneh, kan?”

Samuel terkekeh. Menginjak gas dan melajukan mobil bergabung dalam kepadatan lalu lintas.

“Dan aku tak perlu mengatakannya.”

***

Suara alunan melodi terdengar begitu merdu ketika keduanya keluar dari lift di lantai delapan hotel. Liora menyampirkan lengannya di lengan Samuel dan melangkah bersama menuju pintu ganda tinggi tempat pesta akan berlangsung.

Baru saja keduanya memasuki aula utama, Alicia dengan gaun biru satin yang memamerkan seluruh kulit punggung wanita itu menghampiri keduanya dengan segelas sampanye di tangan. Warna yang senada dengan dasi Samuel. Senyum membelah bibirnya melihat Samuel mengenakan jas pemberiannya. Ya, tentu saja pria itu tak akan menolaknya.

Kemudian beralih menatap penampilan Liora yang selalu membuatnya iri. Wanita ini masih saja selalu menjadi pusat perhatian di pesta mana pun.

“Betapa memalukannya kalian berdua datang dengan penuh kemesraan seperti ini,” cibir Alicia.

Liora mendengus tipis, menggoyang-goyangkan tangkai mawar yang ada di tangannya dengan senyum memesonanya.

Sejenak Alicia memucat dengan bunga mawar yang ia yakin adalah pemberian Samuel. Dengan cepat ia menguasai emosi di wajahnya.

“Kau terlihat sangat cantik, Alicia,” puji Liora. Tak perlu menyelipkan ketulusannya di sana. Toh Alicia tak pernah menerimanya.

“Apa kau tahu, kalau kami akan segera menikah.”

“Benarkah?” Liora membelalak tak percaya, kemudian menampilkan senyum yang dibuat semenjengkelkan mungkin. “Apa kau akan menerima ucapan selamatku?”

Alicia memutar kedua bola matanya. “Kenapa kau perlu bertanya?”

“Kau tak pernah menerima apa pun pemberianku, kan?” Liora berhenti sejenak, kemudian melirik ke samping tempat Samuel berdiri. “Kecuali Samuel.”

“Dia lebih dulu menjadi milikku.”

“Dan aku meminjamnya sebentar.”

Samuel berdehem. Menyela di antara perdebatan di antara Liora dan Alicia. “Bukankah acara sudah akan dimulai?”

Alicia menutup kembali bibirnya yang sudah terbuka hendak membalas Liora. “Ya. Karena kau sudah datang dan semua para tamu sudah menunggu, lebih baik kau langsung naik ke atas.” Alicia menatap ke arah Liora, dengan menatap wajah Liora ia melanjutkan kalimatnya. “Cucu tuan Saito juga sudah ada di ruang pribadi. Dia datang dengan tunangannya.”

Samuel mengangguk dan Liora menurunkan tangannya dari lengan Samuel. “Antar Liora ke kursinya, Alicia,” pintahnya sebelum meninggalkan keduanya menuju panggung di seberang aula.

Alicia dengan enggan menuntun langkah Liora ke meja paling depan. Samuel membuka pesta dengan sambutan yang begitu meriah dari para tamu undangan. Tepuk tangan yang riuh bergema memenuhi seluruh ruangan.

Sambutan dan kata-kata perpisahan, harapan terbaik untuk Saito Group dipanjatkan. Hingga kemudian semua itu diakhiri dengan jabat tangan Samuel dengan tuan Saito, lalu Samuel turun dan memberikan kewenangan sepenuhnya kepada tuan Saito.

Samuel langsung duduk di kursi kosong yang ada di antara Liora dan Alicia.

“Jaga pandanganmu, Liora. Dia sudah memiliki tunangan dan tak ada kesempatan untukmu.”

Liora tersenyum, salah satu alisnya terangkat ketika ia menoleh ke samping. “Begitu pun denganmu, kan?”

“Aku tak suka kau bersenang-senang dengan pria selainku.”

“Ke mana gerangan kepercayaan dirimu, Samuel? Sikap posesifmu hanya memperjelas kegugupanmu,” kikik Liora. “Kau sebentar lagi menikah.”

Samuel menghela napas pelan, menyandarkan punggungnya. “Aku tahu aku tak akan bisa menghindarinya. Apa kau masih belum berubah pikiran?”

“Aku tak akan ada di sini jika sudah berubah pikiran.”

Kemudian suara tepukan yang bergema memenuhi seluruh aula menghentikan pembicaraan keduanya. Samuel dan Liora menoleh ke arah panggung. Memandang tuan Saito yang berdiri menghadap ke arah samping panggung, seolah menunggu kemunculan seseorang di sana.

 Bisik-bisik penuh keingintahuan yang besar berdesas-desus di sekitar meja Liora. Liora mengikuti arah pandangan tuan Saito, melihat sesosok tinggi dan gagah yang menaiki panggung. Diikuti wanita cantik dengan gaun hitam mengkilat dan menyentuh lantai bergelayut di lengan sang pria. Dan …

Seluruh dunia Liora rasanya telah berhenti di sekitar wanita itu mengenali wajah kedua sosok itu adalah seseorang yang begitu familiar. Wajah itu, wajah yang tak akan pernah ia lupakan. Untuk segala deretan masa lalu yang seketika membentang begitu jelas sekaligus jauh di belakang mereka.

Daniel Lim dan Carissa Maria, keduanya melangkah menghampiri tuan Saito. Kenapa? Kenapa dunia begitu sempit hingga masih mempertemukan mereka? Bukankah semua sudah berakhir tiga tahun yang lalu?

Begitu pandangan Daniel mengarah ke para tamu undangan, kedua mata pria itu langsung bersirobok dengan Liora. Setelah lama kedua pandangan mereka saling mengunci, Liora yang lebih dulu berpaling. Kenapa? Kenapa dunia begitu sempit hingga masih mempertemukan mereka? Bukankah semua sudah berakhir tiga tahun yang lalu?

Liora menoleh ke arah Alicia, yang sungguh menikmati pertemuan mengejutkan ini dengan ujung bibir yang melengkung ke atas. Sejak awal Alicia tahu siapa cucu tuan Saito yang akan menggantikan Samuel. Juga Samuel … keterkejutan menyelimuti raut wajah pria itu ketika menoleh ke arahnya.

“Aku tak tahu semua ini,” ucap Samuel seketika menjelaskan.

"Aku pergi." Liora bangkit berdiri, memutar tubuhn dan menyelinap di antara para tamu yang bertepuk tangan dengan begitu riuh.

"Tunggu, Liora." Samuel ikut bangkit, tapi tangannya sempat ditahan oleh Alicia. "Apa kau tahu penggantiku adalah Daniel?" tanyanya penuh tuduhan yang telak.

"Bukankah semua sudah terjadi bertahun yang lalu?" senyum Alicia terlalu sulit untuk disembunyikan.

Samuel menyentakkan tangan Alicia dan berlari menyusul Liora.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rohani Shima Tupang
Tak sabar mnunggu.. Sehat trus thor biyar cepat update......
goodnovel comment avatar
Desi Riskiyana
menunggu kelanjutan liora dan daniel. asli bagus banget ceritanya.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status