Samuel menjemput Liora tepat jam dua belas siang. Pria itu bersikeras menemani Liora untuk mencarikan beberapa hadiah untuk ulang tahun keponakannya. “Kau tak bisa menolakku, Liora.” Tangan Samuel bersidekap keras kepala di dada. “Kau harus bergegas ke rumah Jenna, kan?” Mata Liora menyipit, menusuk penuh curiga tepat ke kedua mata Samuel. “Dari mana kau tahu tentang itu?” Samuel mengeluarkan sebuah kartu undangan dengan warna pelangi dan bertema kartun favorit Xiu dan Alexa, Snow White. Dilengkapi senyum kemenangan pria itu. “Kau tahu jam makan siang adalah saat jalanan paling merepotkan. Amat sangat merepotkan jika kau menggunakan taksi. Belum dengan pemilihan hadiah. Aku seorang pria, sudah pasti Axel tak suka hadiah boneka, kan?” Liora mendengus sinis akan pengetahuan Samuel tentang ketiga kembar. “Kau tahu Jenna akan menyemburmu begitu kau muncul di depan wajahnya, kan?” “Beruntung jika dia tidak menyiramkan seember air padaku lagi, kan,” canda Samuel. “Tapi … kali ini aku me
Jerome hanya menatap dingin ke arah Daniel, kemudian melirik ke arah Jenna yang tampak memucat. Wanita itu bergerak mendekat ke arahnya, melingkarkan lengan di lengannya. Ia bisa merasakan ketakutan yang menyeruak dari wanita itu. Begitu pun dengan Liora.Satu persatu Daniel menatap bergantian ketiga kembar dengan masing-masing kue ulang tahun dan nama yang tertulis di kue dengan bentuk yang berbeda. Axel, Alexa, dan Xiu. Daniel menatap lebih lama ke arah Xiu, dengan kernyitan yang tersamar. Mengamati wajah putri kecilnya tersebut dan Jerome bergegas menyela perhatian yang terlalu banyak tersebut.“Sekarang bukan saat yang tepat untuk membuat keributan di rumahku, Daniel.”Pertanyaan Jerome berhasil menarik perhatian Daniel, kembali menatap sang sepupu.“Jangan bersikap terlalu keras, sepupu. Kau sudah mendapatkan Jenna yang asli, untuk apa lagi kita perlu mengingat masa lalu yang sudah jauh tertinggal di belakang.” Kalimat Daniel lebih ditujukan pada Liora ketimbang pada Jerome dan J
“Capek?” tanya Samuel begitu Liora mendaratkan pantatnya di jok depan mobilnya.Liora menghela napas panjang sembari bersandar dan memasang sabuk pengamannya. “Ya, tapi setidaknya aku senang bisa bertemu mereka.”Samuel pun melajukan mobil keluar dari kediaman Jerome Lim dan Liora mencari posisi nyaman untuk memejamkan mata. Sepanjang perjalanan, Samuel tak berhenti menyempatkan menikmati pemandangan Liora yang terlelap dengan penuh ketenangan. Hingga ponsel dari dalam tas wanita itu berdering dan menampilkan nama Daniel saat Samuel mengeluarkan ponsel tersebut. Tanpa keraguan, pria itu mengangkatnya.“Ya?”Tak langsung ada jawaban dari seberang. “Di mana Liora?”Samuel melirik ke samping, Liora masih terlelap dan tampaknya wanita itu memang sangat kelelahan. “Masih tidur.”Tak ada reaksi dari seberang dan Samuel pun memilih membuka suaranya lagi. “Apa ada yang ingin kau katakan padanya? Aku akan mengatakannya saat dia bangun.”“Tidak perlu repot-repot. Urusan kami sama sekali bukan u
“Singgah atau tidak, sepertinya itu akan menjadi urusan pribadi saya, Tuan Daniel Lim Yang Terhormat.” Liora berhasil menjawab pertanyaan Daniel dengan tanpa getaran sedikit pun dalam suaranya. “Saya pun penasaran, alasan Anda begitu tertarik dengan urusan pribadi saya. Terutama urusan ranjang saya.”Wajah Daniel membeku dalam kepucatan. Ada emosi yang melintasi kedua matanya, tetapi segera lenyap hanya dalam hitungan detik. Ia menguasai emosinya dengan sangat baik. Sedikit saja emosinya tertangkap oleh Liora, wanita itu akan berpikir bahwa dirinya telah cemburu.Pun dengan gemuruh panas yang membakar dadanya setiap kali membayangkan kedekatan Liora dengan pria lain, terutama Samuel. Dan meski ia mengakui kecemburuan tersebut masih tersisa di dadanya untuk wanita yang pernah menjadi ibu dari anaknya tersebut, Daniel akan memastikan wanita itu tak pernah mengetahuinya.Daniel terkekeh kecil dan memberi satu gelengan kepala untuk Liora. “Tidak ada alasan khusus. Hanya saja … kau sama se
Cukup lama Daniel berdiri di ambang pintu yang setengah terbuka. Tampaknya Jenna lupa untuk menutupnya dengan rapat dan sibuk dengan Liora dan Xiu yang duduk bersandar di ranjang pasien yang berwarna merah muda. Kamar perawatan anak ini dipenuhi dengan gambar-gambar animasi yang cerah, layaknya kamar anak pada umumnya dengan desain yang tentu saja diusahakan membuat anak-anak betah. Lama Daniel hanya mengamati wajah Liora yang tertunduk, menatap dalam-dalam wajah Xiu yang berada dalam pangkuan wanita itu. Sementara Jenna menata makanan yang ada di kantong dipindahkan ke meja. Liora bukanlah seseorang yang sukaterlambat makan. Bahkan saat makan malam dengan klien tadi Liora tak sempat makan, dan karena Xiu sekarang wanita itu belum makan hingga hampir jam 12 malam. Daniel merasa ada yang aneh dengan tatapan wanita itu. Bagaimana cara wanita itu menatap Xiu, kelembutan dan perhatian yang ditunjukkan oleh Liora pada Xiu. Ada sesuatu yang mendadak membuat jantung Daniel tercekat. Apakah
“Aku akan pulang sendiri.” Liora memegang gagang pintu setelah berhasil melepaskan sabuk pengaman, tetapi Daniel menguncinya lebih dulu. “Apa yang kau lakukan, Daniel? Buka pintunya.” Daniel menangkap pergelangan tangan Liora, menyentakkan tubuh wanita itu ke arahnya. Lalu tangannya yang lain menangkap tengkuk Liora dan dalam satu gerakan yang tepat, bibir keduanya bertemu. Liora tersentak, kedua matanya melotot. Sedangkan Daniel memaksa lumatan yang dalam di bibir lembut wanita itu. Menyesap kelembutan dan rasa manis yang sama. Tak pernah berubah dan terasa begitu ia rindukan setelah bertahun-tahun keduanya berpisah. Setelah puas mengisap rasa manis tersebut, Daniel melonggarkan cengkeramannya dan Liora menarik tubuhnya dengan gerakan yang keras. Wanita itu terengah dan satu tangannya melayang. Mendaratkan tamparan yang keras di pipi Daniel. Daniel tetap bergeming, wajah pria itu tetap pada posisinya dengan tamparan yang diberikan oleh Liora. Tamparan wanita itu cukup kuat dan meni
“Apa kau sudah gila?” Nia dan Lili serentak mendesis dan melemparkan delikan tajamnya pada Liora yang kembali duduk dengan penuh ketenangan. Sama sekali tak ada sesal sedikit pun untuk kata-kata tidak sopan dan kasarnya pada Carissa Maria, yang adalah tunangan tuan mereka.Liora menghela napas panjang, kemudian memutar kepalanya ke arah dua temannya yang lain. “Dia yang gila jika berpikir bisa menginjak-injakku hanya karena aku bekerja sebagai asisten pribadinya Daniel …”“Daniel?” Pelototan Nia dan Lili semakin melebar akan panggilan“M-maksudku tuan Lim. Sekarang hubungan kami hanya sebatas pekerjaan.”Nia dan Lili semakin terbengong, keduanya saling pandang dengan penuh tanda tanya.“K-kau … Apa kau …”“Cerita yang panjang dan bukunya sudah terbakar. Tanpa ada pun sisa. Selesai. Jangan ingin tahu lebih banyak apalagi mempertanyakan.” Pandangan Liora berpindah pada Lili. “Dan siapkan pesanan calon nyonyamu sebelum dia menjadi sangat menjengkelkan.”Lili pun teringai pesanan Carissa
"Sebenarnya apa yang kau katakan, Daniel?" Liora sengaja membuat kata-katanya terdengar menjengkelkan. Menutup kepucatan yang mulai menyeruak di permukaan wajahnya.Daniel mengedipkan kedua matanya, seringainya turun dan menjawab, "Bukan apa-apa. Aku bahkan tak tahu apa yang kukatakan. Keluar begitu saja karena melihatmu yang begitu dekat dengan keponakanmu.""Apakah aku tidak boleh dekat dengan keponakanku sendiri?" Masih dengan senyumnya, Daniel memberi Liora satu anggukan kepala. "Ya, tentu saja boleh. Dia keponakanmu, bukan. Tak ada bedanya dengan anak sendiri. Aku hanya merasa penasaran."Liora menelan ludahnya. Mendalami emosi di wajah Daniel yang tersamar. Pria itu jelas menyembunyikan kelicikannya, tetapi sengaja membuatnya bertanya-tanya. Permainan apa yang sebenarnya pria satu ini mainkan? "Penasaran apa?"Daniel menatap lekat kedua kata Liora, yang masih diselimuti kegugupan. Kegugupan itu tentu memiliki alasan, kan? Well, ia akan membuatnya menjadi mudah. "Apakah kau akan