Share

HMT 2 - Beautiful Eyeball

Daren masih terdiam lesu. Dia ingin bertanya, namun entah kenapa tiba-tiba lidahnya terasa keluh. Dia memang tak berani membantah apa pun keinginan ibunya selama ini, kecuali meninggalkan Angela, dia masih membangkang untuk itu.

"Dengar, kau dan Xavia akan segera bertunangan minggu depan. Jeremy sudah mengatur pertemuan kalian sore ini. Temuilah dia, dan jangan pernah kecewakan Mama. Aku sangat senang saat Tuan Altano mau menerima lamaran ini. Bahkan dia menyempatkan untuk bertemu dengaku di sela waktunya yang padat." Nyonya Hawk berkata dengan nada dan sorot matanya yang menekan. Darren sampai menelan salivanya

"Xavia adalah gadis yang sangat pantas untukmu, Sayang. Kau adalah pria yang sangat beruntung karena puteri tunggal Tuan Altano itu mau menerima lamaran ini," lanjut Nyonya Hawk tanpa mengurangi nadanya.

Darren sudah tak tahan lagi. Dia harus bicara pada ibunya sekarang juga.

"Ma, kenapa mengambil keputusan sebesar ini tanpa bertanya padaku lebih dulu? Aku suka atau tidak pada gadis itu," protes Darren. Bagaimanapun dia berhak atas hidupnya. Namun Nyonya Hawk malah tertawa kecil mendengar ocehannya itu. Akibatnya Darren tampak heran dibuatnya.

"Darren, untuk apa aku harus bertanya padamu, Sayang? Bukankah kau adalah putera terbaikku? Kau selalu setuju pada semua pilihanku, bukan?" Nyonya Hawk mulai memutar tubuhnya untuk berjalan-jalan kecil di sekitar ruangan itu sambil menikmati batang rokoknya. Darren memejamkan matanya menahan emosi.

Benar, selama ini memang dia tak pernah membantah. Apa pun yang ibunya perintahkan, pasti dia ikuti dengan semestinya. Namun kali ini dia tak bisa menerima, ini menyangkut masa depannya.

"Sudahlah, Darren. Mama harus segera pergi. Aku pun sudah memesan stelan untukmu menemui Xavia sore ini. Ya, kau harus memberikan kesan yang baik untuknya. Kau mengerti?" sudah mau pergi pun Nyonya Hawk masih sempat menekan Darren. Namun Darren masih berdiri tanpa suara. Dunianya terasa luluh lantak kini. Dia sangat frustasi. Apa yang harus dia katakan pada Angela.

"Oh iya, Darren. Untuk menghindari masalah dalam hidupmu, sebaiknya kau tinggalkan Jalang itu segera," ucap Nyonya Hawk yang menoleh pada Darren sambil memegang knop pintu ruangan itu.

Darren menjatuhkan wajahnya. Hebat sekali, Nyonya Hawk seolah bisa membaca apa yang ada di pikirannya. Nyonya Hawk tersenyum miring dan segera meninggalkan ruangan Darren sambil menikmati batang rokoknya. Dia yakin, kali ini pasti Darren akan benar-benar meninggalkan Angela.

Fuuuhhh ...

Napas berat Darren terhembus berlahan. Dia segera berjalan dan duduk pada bangku kebesarannya. Kedua tangannya mengusap kasar wajahnya. Dia sangat pusing. Bagaimana mungkin dia harus bertunangan dengan gadis lain, sedangkan Angela sangat berharap padanya.

Akan tetapi dia tak bisa melawan Nyonya Hawk. Wanita berdarah Jerman itu memang sangat egois. Nyonya Hawk tak pernah meminta pendapat siapa pun untuk semua keputusannya. Baginya keputusannya itu adalah peraturan yang tak bisa dilanggar.

Tak ada seorang pun yang bisa menang jika berdebat dengannya. Bahkan Tuan Hawk sekali pun selalu mendukung keputusan istrinya itu, terlebih untuk menghindari sebuah perdebatan.

Darren sendiri hanya ingin menjadi anak yang berbakti pada orang tuanya. Karena hanya dirinya kini harapan satu-satunya keluarga Hawk. Meski dulu Darren memiliki seorang adik bernama Harry. Namun kini dia sendiri tak tahu dimana keberadaan adiknya itu. Apakah dia masih hidup, atau sudah tiada.

Nyonya Hawk telah mengusir Harry dari rumah, bahkan mencoret namanya dari daptar ahli waris keluarga Hawk. Kenapa demikian? Masalahnya sepele. Harry hanya menolak untuk kuliah bisnis, dan lebih memilih fotografi. Apa yang salah? Setiap orang pasti mempunyai cita-citanya sendiri, bukan?

Tentu saja salah!

Keluarga Hawk terkenal sebagai Pembisnis yang handal, itu yang tersiar di Amerika. Wajah wajah mereka pun sering muncul di surat kabar dan stasiun televisi. Namun Harry justru tak ingin menjadi pekerja kantoran, dia lebih menyukai seni. Akibatnya Nyonya Hawk sangatlah murka sampai-sampai mengusirnya.

Namun tak seperti Harry, Darren justru sangat menyukai bisnis. Kemampuannya di dunia bisnis sangatlah mumpuni. Banyak proyek besar yang dia menangkan sepanjang tahun. Sejak menyelesaikan kuliahnya di London dan memimpin Hawk Company Group, Darren sangatlah bersinar. Baru tiga tahun dia bergabung dengan perusahaan, namun prestasinya sangatlah bagus. Dia mampu membawa Hawk Company Grup menjadi perusahaan teknologi terkuat dan terbesar di Amerika.

Darren tak ingin mengecewakan orang tuanya. Bukan, bukan takut di usir seperti Harry. Namun komitmennya yang membuatnya bertahan selama ini.

"Sore, Bos. Aku membawakan stelan yang Nyonya Hawk pesan untukmu." suara Jeremy membuatnya sedikit kaget

"Oh iya, letakkan di sana." Darren menunjuk pada sofa yang ada di sudut ruangan itu.

Jeremy membungkuk hormat dan segera memutar tubuhnya menuju sofa dengan warna dark blue yang berseberangan dengan meja Darren.

"Bos, gantilah pakaianmu. Anda harus segera menemui Nona Price sekarang," ucap Jeremy usai menaruh stelan yang dibawanya di atas sofa.

Darren mengangguk lalu berkata, "Baiklah, tunggu aku di luar." Darren segera bangkit dari bangkunya.

Jeremy membungkuk dan segera meninggalkan ruangan itu. Darren mengayunkan langkahnya menuju sofa dimana Jeremy menaruh stelan yang akan dikenakannya sore ini. Sebuah jas warna hitam lengkap dengan dasinya. Darren tersenyum pahit sembari memandangi benda itu.

***

Mobil BMW keluaran terbaru pada musim panas tahun ini menepi di depan sebuah Resto mewah. Jeremy keluar dari mobil itu, dengan sigap penuh hormat dia membukakan pintu. Darren keluar dari sana sambil mengangguk pada Jeremy. Mereka mulai berjalan menuju pintu Resto. Ternyata Nyonya Hawk sudah memesan meja khusus untuknya. Jeremy segera mengantarkan bosnya itu pada meja pilihan Nyonya Hawk.

"Silahkan, Bos. Santai saja. Sepertinya Nona Price masih di jalan," ucap Jeremy sembari menarik bangku untuk Darren duduki.

"Baiklah, tinggalkan aku sendiri," pinta Darren datar setelah duduk pada bangkunya.

"Tentu, Bos." Jeremy membungkuk dan segera meninggalkan Darren yang tampak tak nyaman di sana.

Sepeninggal Jeremy, Darren tampak bosan. Sudah hampir lima menit dia duduk sendiri di sana. Namun gadis bernama Xavia Altano Price itu belum juga kelihatan batang hidungnya. Benar-benar tidak disiplin! Darren mulai kesal. Menunggu adalah hal yang sangat dibencinya.

"Hai, maaf membuatmu lama menunggu." terdengar suara lembut nan manja seorang gadis.

Darren segera memutar lehernya dan menanggah pada gadis yang sedang berdiri di samping kanannya itu. Dia melihat seorang gadis muda sekitar umur 23 tahunan. Tubuhnya cukup tinggi, dengan rambutnya yang tergerai rapi. Cara berpakaiannya pun terkesan modis, dan wajahnya terbilang cantik. Ya, dia adalah Xavia Price. Puteri tunggal Edward Altano Price, pemilik Altano Company, perusahaan teknologi yang tak kalah besarnya dengan perusahaan miliknya.

Darren mengangkat bokongnya perlahan dari bangku. Matanya menatap bola mata kebiruan gadis itu. Bola mata yang bersinar seperti butiran diamond. Dan enak di pandang. Darren tertegum dibuatnya.

Bersambung..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status