Share

Volume 0 , Chapter 3 : Jemaat Sekte Sesat Amerika Utara

-Bagian Pertama-

Matahari sudah mulai mengintip melalui sela-sela bumi, sinarnya menerobos masuk kedalam ruang klub melalui celah kecil pada gorden. Tak terelakkan suara ayam yang berkokok di pagi hari. Ya, di sekolah ini ada ayam, ayam yang merupakan salah satu hewan yang dipelihara di sekolah ini, Juki namanya.

Aku yang sedang tertidur pulas terbangun akibat mataku terkena sentilan sinar mata hari. Aku melihat sekelilingku, melihat ke arah samping kanan badanku. Terlihat ada Danira yang masih tertidur nyenyak kemungkinan dia masih berpetualang di dunia mimpinya.

“Silau sekali!” Ucapku sambil menguap sangat besar, aku mengintip sebentar keadaan luar dan langsung menutup rapat gordennya.

Aku memeriksa kakinya yang ternyata sudah sembuh karena kemarin malam aku sempat pijat agar bengkak di kakinya bisa sedikit mengempis. “Untung saja sudah mengempis.” Ucapku tersenyum sambil mengelus kakinya (Danira)

Teringat semalam Danira menceritakan mengenai sesosok hitam yang sama aku lihat memasukki ruangan lab komputer, sosok yang sama juga beberapa kali menampakkan diri di depan Danira. Setelah mendengarkan ceritanya (Danira), aku merasa sepemikiran dengan Danira. Apa mungkin sesosok mahluk hitam besar tersebut adalah Amon RA?

Aku mencoba untuk berkeliling sebentar, membuka kulkas dan menyiapkan beberapa sarapan. Sekali lagi aku bersyukur sekolah ini memiliki listrik yang mandiri. “Enaknya buat apa ya dengan bahan seperti ini? Apakah roti lapis saja?” Ucapku sambil memeriksa isi kulkas. Aku menyiapkan bahan dan membuat 2 roti lapis dengan isian sayur-sayuran untuk kami makan pagi nanti.

Aku berjalan perlahan ke depan ruang klub, berniat untuk menghirup udara pagi yang sangat segar. Melakukan pemanasan sebentar dan aku mulai untuk berjogging pagi berkeliling taman, sambil melihat situasi pagi hari di sekolahan yang kemarin sempat ricuh.

“Aku pergi sebentar ya.” Ucapku sambil mengelus kepala Danira yang tertidur, lalu segera melanjutkan niatku untuk pergi keluar.

Sampai di dekat jembatan yang berada di danau kecil di belakang ruang klub, aku melihat beberapa orang yang memakai pakaian yang seragam, mereka berjalan ke arah gedung utama di sekolah ini, sebuah gedung administrasi. Gedung itu berisi banyak kantor administrasi seperti kantor guru, koperasi, dan kantor kepala sekolah.

“Siapa mereka?” Ucapku pelan sambil memperhatikan gerak gerik mereka yang mencurigakan.

Aku sedikit lama memperhatikan mereka, namun beruntungnya aku mereka tidak menyadari keberadaanku disana. Kira-kira mereka ada 4 orang yang tiga perempuan dan satu laki-laki. Sepertinya aku tidak pernah melihat mereka, namun apa yang bisa aku pikirkan! Apakah aku bisa mengingat wajah ribuan siswa atau bahkan bisa sampai puluhan ribu siswa yang bersekolah disini sekaligus? Tentu saja tidak dong, oleh karenanya aku tidak menghiraukan mereka dan melanjutkan joggingku.

Melihat kearah jam taman yang cukup besar yang terletak di tengah taman, jam itu menunjukkan pukul 10 pagi.

Aku sudah tidak ingat lagi saat itu sudah berapa jam setelah kejadian Rapt.

“Sudah jam 10?! Aku harus bergegas Kembali sebelum Danira terbangun!” Ucapku mempercepat laju joggingku.

Saat ini sudah tepat satu hari setelah kejadian Rapt.

Aku bergegas untuk kembali ke ruang klub, berharap Danira masih bergelut dengan seseorang didalam mimpinya. “Aku Kembali.” Ucapku sambil membuka pelan-pelan pintu ruang klub.

Mengintip sebentar isi ruang klub, melihat kearah tempat Danira tidur tadi dan ternyata dia sudah tidak ada di tempatnya. Kaget dengan apa yang aku lihat, aku segera masuk, melihat sekeliling, mencari Danira dan memanggil namanya. “Danira!” Panggilku dengan volume suara yang cukup keras sampai membuat ruangan klub bergema.

Aku merasa sangat panik ketika dia (Danira) tidak ada ditempatnya tadi, mengingat ada beberapa orang misterius yang mencurigakan berjalan-jalan di area sekolahan kami. Aku takut dia diapa-apain oleh mereka.

Dari dalam kamar mandi terlihat Danira yang sedang keluar sambil menggosok-gosokkan perutnya melihat kearahku. “Kamu habis dari mana Cub?” Tanyanya, setelahnya dia membuka kulkas dan mengambil minuman dingin dan meminumnya.

Merasa sedikit lega aku mendekati Danira dan duduk di depan meja bar yang terletak di depan kulkas, tadi aku membuat dan menaruh roti lapis di atas meja itu. Melihat kearah roti lapis yang masih utuh aku menganggap Danira masih belum makan sama sekali dari bangun tadi, aku menatap Danira dan bertaka, “Ayo kita makan dulu.”

“Ayo, kita sebelum pergi kita mampir ke asrama dulu yuk, aku mau ambil pakaian dalamku dan beberapa peralatan dulu.” Ucapnya sambil makan roti lapis yang aku buatkan tadi.

Dia (Danira) benar, kami harus mengambil persiapan dulu agar kami tidak mati kutu kalau menghadapi permasalahan. “Baiklah, aku juga ingin membawa beberapa koleksi senjataku yang selama ini hanya jadi pajangan.” Ucapku. Ya, aku punya beberapa senjata yang aku koleksi, seperti beberapa pedang katana dari film anime yang aku suka.

Kami telah makan, dan saat ini kami mulai bersiap untuk mulai berangkat ke asrama, kami mengambil beberapa persediaan snack dan peralatan bertahan hidup sederhana seperti pisau kecil, dan kompor portable. Aku juga tidak tau mengapa ada barang unik seperti kompor portable di ruang klub permainan papan.

“Sudah siap Dan?” Ucapku sambil menenteng tas ransel yang tidak begitu berat.

Dia (Danira) tidak menjawab. Aku menoleh kebelakang, melihat kearah Danira yang terlihat kebingunan didepan kaca. “Kamu tidak apa Dan?” Tanyaku sambil memegang pundaknya.

“Aku malu kalau keluar hanya memakai celana dalam, namun rok ku kemarin aku taruh di tempat pakaian kotor, dan pasti itu sudah bau dan lengket.” Ucapnya gelisah.

Aku baru menyadari bahwa selama pagi ini Danira hanya memakai celana dalam. Aku juga tidak ingin tubuh Danira yang tidak memakai celana dilihat oleh orang! Namun tidak ada pilihan, tapi kalau dilihat-lihat tadi sewaktu aku jogging diluar tidak melihat orang selain kelompok orang aneh itu.

“Tenang saja Dan, tadi saat aku jogging di luar aku tidak melihat orang satu pun. Kalau kita bergegas kita bisa sampai ke asrama tanpa diketahui orang.” Ucapku.

Saat itu jam menunjukkan pukul 12 siang.

-Bagian Kedua-

Sementara di sisi Danira. Setelah selesai makan dan bersiap saat ini Danira dan Cuba sedang menuju ke asrama.

Kami segera bergegas untuk menuju asrama yang tidak jauh dari ruang klub, demi menghindari orang-orang yang mungkin masih ada di sekolahan. Asrama perempuan dan laki-laki terpisah atau berjarak cukup jauh satu sama lain, sekitar 20 meter dan dibatasi oleh pagar tanaman yang cukup tinggi.

“Dan, tadi aku jogging melihat ada beberapa orang aneh yang menuju ke Gedung administrasi. Aku memiliki firasat yang aneh mengenai orang-orang itu. Kuharap kita tidak bertemu dengan orang-orang itu.” Cerita Cuba sambil kami berjalan santai menuju asrama, kami sudah cukup dekat dengan asrama.

“Mereka berpakaian aneh?” Tanyaku kebingungan dengan cerita Cuba.

“Iya, mereka memakia baju yang seragam, mereka memakai baju putih panjang seperti terusan dan membawa topeng kerucut di tangan mereka. Mereka terlihat sangat menakutkan.” Jelasnya.

Tentu saja itu bukan hal yang wajar di kondisi dunia yang sedang tidak baik-baik saja seperti ini ada orang ber-cosplay baju sekte misterius di pedalaman Amerika Utara. “Aku mencurigai mereka merupakan orang disebutkan dalam email yang kemarin!” Ucapku.

“Benar, mereka sangat mencurigakan. Kita harus segera pergi dari tempat ini sebelum mereka menemukan kita!” Ucapnya sambil membukakan pintu asrama perempuan.

Asrama perempuan dibagi menjadi 4 gedung, dan gedungku merupakan gedung yang paling dekat dengan asrama laki-laki. Setiap gedung memiliki 4 tingkat dengan banyak kamar didalamnya.

“Kamu cepat ambil barang-barangmu biar aku coba mencari barang-barang yang mungkin akan berguna kedepannya.” Ucap Cuba, dan kami pun berpisah mengambil jalan masing-masing.

Aku segera berjalan dan menaiki tangga, kamarku di lantai 3 dan terletak di paling pojok. Aku berjalan sambil membuka-buka pintu berharap masih ada yang masih menetap di asrama. “Halo, ada orang disini?” Coba panggilku, aku terus memanggil berharap ada yang menjawabku, namun tidak ada jawaban.

Aku sampai di kamarku, dan aku segera berganti pakaian. Pakaian yang bisa membuatku bergerak dengan leluasa, dan beberapa alat yang sempat aku beli untuk pertahanan diri. Sebuah tongkat yang dapat diubah bentuknya menjadi kecil dan bisa memanjang menjadi tongkat.

Dan setelah beberapa lama aku berganti pakaian, Cuba memanggilku. “Dan, masih lama kah?” Tanyanya di depan pintu kamarku.

Aku keluar dari kamar, dengan memakai sport-bra sebagai dalamanku, baju kaus oversize sebagai formalitas, dan memakai celana hot-pant agar aku lebih leluasa dalam bergerak nantinya. Untuk berjaga-jaga aku membawa pedang kayu yang biasa aku gunakan untuk latihan kendo.

Cuba menatapku kagum melihat tampilanku yang sudah sangat siap untuk berpetualang. “Cantik.” Ucapnya pelan, sontak dia kaget dan langsung mengalihkan pembicaraan. “Sepertinya kamu sudah siap untuk bertarung haha …” Ucapnya malu sambil memalingkan wajahnya.

Aku senang karena dia menyukai tampilanku ini, meskipun ada beberapa barang yang aku ingin bawa, namun karena barangnya masih dalam perjalanan dan belum datang dan juga pastinya tidak akan datang juga, oleh karenanya aku mungkin akan mampir toko offlinenya dan akan meminjam satu.

“Ayo kita bergantian, sekarang kita akan pergi ke kamarku.” Ucapnya seraya berjalan duluan memimpin perjalanan kami. Sambil berjalan, dari dalam tasnya dia mengeluarkan satu botol parfum yang sepertinya itu mirip dengan milikku yang hilang beberapa waktu yang lalu.

“Aku menemukan ini di salah satu kamar, sepertinya ini milikkmu karena baunya seperti baumu.” Ucapnya sambil memberikan parfum itu, tak kusangka dia sampai menghafal bau parfum yang biasa aku gunakan.

“Terimakasih.” Balasku tersipu malu dan sedikit tersenyum.

Kami beralih dari asrama wanita sekarang beranjak ke asrama laki-laki. Dalam asrama laki-laki tentunya akan berbeda suasananya dibandingkan asrama wanita. Suasana di asrama lekaki terasa sangat suram, banyak barang yang berserakan, mungkin banyak orang yang berdesak-desakan ketika ingin pergi meninggalkan asrama dan akhirnya membuat asrama ini menjadi berantakan.

“Berantakan sekali ya.” Ucapku yang berjalan  perlahan di belakang Cuba. Kami melhat sekeliling, banyak barag berantakan seperti telah terjadi perampokan disini

“Aku duluan ya.” Ucap Cuba sambil berjalan mendahului aku, namun aku merasa sedikit takut kalau harus berada di sini sendirian. Kurasa lebih baik aku ikut saja ke kamarnya dibandingkan harus menunggu di tempat seperti ini sendirian. “Aku ikut aja Cub.” Ucapku

Kami berjalan melewati lorong, ternyata kamarnya (Cuba) berada di lantai dua dan posisi kamarnya tidak terlalu jauh dari tangga. Kami menapaki tangga satu persatu, tentu saja dikarenakan sekarang bangunan ini sangat kosong dan berantakan, suara sedikit akan menimbulkan gema.

“Ayo masuk, maaf kalau sedikit berantakan. Hehe.” Seru Cuba sambil membukakan pintu kamarnya, terlihat banyak koleksi senjata yang dia miliki. Pedang katana khas Jepang ada tiga, beberapa nunchaku, pistol air soft, dan masih ada beberapa senjata yang lain.

Aku duduk di kasurnya, melihat ke arah Cuba. Dia sedang membuka lemarinya melihat-lihat pakaian yang kiranya hendak dia pakai. Dia mengambil dua kain yang biasa dia buat untuk mengikat tangannya saat latihan atau biasa disebut dengan hand-bandage, dan celana latihannya.

“Kamu mau memakai ini Cub?” Tanyaku sambil mengambil kain itu, dan menunjukkan kea rah Cuba. Dia menoleh kearahku dan tersenyum. “Iya aku mau pakai ini biar enak nanti kalau terjadi apa-apa.” Jawabnya.

Cuba melepaskan baju dan celananya, berniat untuk berganti pakaian, tentu saja aku langsung reflek memalingkan wajahku ketika melihatnya buka baju. Setelah dia selesai, aku menoleh ke arahnya dan terlihat dengan jelas bentuk rupa dari Cuba. Dia terlihat dia sangat gagah dengan dada telanjang dan celana latihan bela dirinya, seperti pemain film laga pencak silat yang ada di Tiongkok.

Tak lama dari waktu itu terdengar suara ledakan diikuti dengan suara teriak dari arah luar gedung, langsung kami bergegas pergi ke depan jendela dan melihat ke arah sumber suara ledakan tersebut.

Saat itu waktu menunjukkan pukul 2 siang, hari pertama hari pertama setelah hari peristiwa itu.

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status