Share

Volume 0 , Chapter 1 : Email Dari Dewa

-Bagian Pertama-

Apa mereka menyembunyikan sesuatu?

Perkenalkan, namaku Cuba Toeli. Kira-kira saat itu sudah 2 jam lebih setelah kejadian Rapt, dan saat itu aku sedang berada di ruang klub permainan papan. Setelah mereka (Albert dan kawannya) menyapa kami (Danira, Cuba, Nite, Gree) tidak ada lagi pembicaraan yang muncul. Kami semua duduk termenung, dan sibuk dengan kegiatan kami masing-masing.

Terlihat Albert sedang berbincang dengan Hans, di sisi lain Gree duduk dipojokan sedang merenung, apakah dia masih memikirkan Tia? Sedang Nite terus bermain handphonenya, tidak tau apa yang sedang dia lakukan dengan handphonenya. Sementara aku disini sedang merawat luka Danira yang mulai membaik. “Kakimu sudah enakan?” Tanyaku sambil mengusap kakinya yang membengkak dengan minyak-minyakan.

“Sudah sedikit mendingan, terimakasih ya Cub.” Ucapnya sambil membaringkan tubuhnya di atas lantai sebelah sofa, dia (Danira) tidak ingin duduk di sofa meskipun disebelah kami ada sofa yang tidak diduduki oleh orang. Dia (Danira) menatap langit-langit ruangan dan perlahan memejamkan matanya, mengistirahatkan tubuhnya sekejap.

Di ruangan itu, aku tidak paham ingin melakukan apa. Aku mulai memperhatikan situasi sekitar terlihat suasana yang sedikit lebih baik dibandingkan dengan suasana kelas tadi yang sangat kelam dan suram. Aku juga melihat beberapa tempat yang berpasir debu mungkin tadi ada orang yang menghilang terkena insiden tersebut di ruangan ini.

Suara-suara teriakan masih saja terdengar dari luar ruangan, tentu saja suara-suara tersebut membuat kami yang berada di dalam ruangan ini menjadi was-was.

Danira melihat kearahku dan berbisik, “Cub, aku haus. Ayo kita cari minuman diluar.” Ajaknya sambil mendudukkan dirinya sendiri, menggeser pantatnya dan menarik lengan bajuku.

Aku melihat ke sekitar, melihat teman-temanku yang masih sibuk dengan urusannya masing-masing. Aku tidak ingin mengganggu mereka dengan pertanyaan “Ada yang ingin minuman?”. Aku memalingkan wajahku kearah Danira dan berkata dengan berbisik, “Ayo kita pergi, tapi … emang kamu sudah bisa berjalan Dan?”

“Bisa!” Jawabnya sambil mencoba untuk berdiri, meskipun dia masih dengan susah payah untuk berdiri. Dia (Danira) mememberikan kode berupa tepukan di pundakku dengan maksud untuk segera pergi keluar mencari minuman.

Kami pun berjalan perlahan keluar dari ruangan itu tanpa mendapatkan perhatian dari teman-teman yang lain. Kami melangkahkan kaki kami pelan-pelan menuju ke arah kanan setelah keluar dari ruangan klub, kami berjalan sebentar dan menemukan mesin minuman kaleng.

“Apakah di saat seperti ini uang masih berfungsi?” Tanya Danira sambil memegang, mengusap-usap mesin minuman yang kaca-kacanya terasa dingin dengan maksud mendinginkan tangannya dengan embun yang ada di lapisan luar kaca.

Dia (Danira) menoleh kearahku, melanjutkan dan ucapannya dengan memegang tanganku. “Ayo kita pukul mesin minuman ini, atau kita buka paksa pintu mesin minuman ini yok!” Ajaknya dengan menunjukkan ekspresi yang bersemangat kepadaku.

Aku berpikir dua kali untuk membobol mesin minuman ini, karena bukankah tindakan ini merupakan tindak kriminal? Setelah melihat wajahnya (Danira) yang sangat kehausan dan sangat mengunginkan minuman itu, akhirnya tanpa pikir panjang aku ambil paksa minuman itu. Menoleh kekiri dan kekanan, berharap tidak ada yang melihatku menghajar mesin minuman.

“Semoga tidak ada yang melihat kita melakukan ini!” Ucapku pada Danira sebelum aku menghajar mesin minuman itu.

Setelah mendapatkan minuman yang diinginkan, kami bergegas pergi meninggalkan tempat minuman itu, dan buru-buru masuk kedalam ruangan klub, dengan tujuan membuat tidak satupun orang yang akan mencurigai kami yang telah menghajar mesin minuman tadi.

Sesampainya kami didepan pintu ruangan klub, aku melihat sekelebat bayangan besar berwarna hitam yang lewat di arah kanan mataku. Bayangan itu bergerak sangat cepat, aku mencoba untuk melihatnya, berlari kearahnya, dan tanpa sadar aku meninggalkan Danira di depan pintu ruangan klub, dan aku sekarang berada di depan pintu lab komputer.

Kutengok kearah kanan dan kiri tidak melihat siapapun, aku mencoba untuk mengintip kedalam jendela dan tidak mendapatkan satupun petunjuk. Aku perlahan mencoba untuk memasuki ruangan itu.

-Bagian Kedua-

“Permisi.” Ucap salamku. Menurutku memberikan salam pada ruangan kosong merupakan salah satu penghormatan terhadap penunggu atau hantu di sana.

Di dalam ruangan tersebut memiliki hawa negative yang membuatku tidak nyaman, dan suasana disana membuat bulu kudukku merinding. Langkah demi langkah ku jalani, berkeliling berharap mendapatkan sesuatu yang menarik atau berguna. Telingaku tiba-tiba saja berdengung seperti bunyi garukan di kaca, sangat ngilu rasanya.

“Aku mulai merasa takut disini!” Ucapku pelan.

Di kesunyian tempat itu, terdengar satu suara kecil yang seperti suara booting komputer. Aku bergegas mencari tahu asal dari suara tersebut, melihat satu persatu komputer sambil menekan tombol spasi di masing masing komputer, berharap salah satu komputer tersebut menyala.

“Kenapa tidak ada yang menyala? Apa aku salah dengar?” Gumamku.

Hingga aku tiba di salah satu komputer, komputer yang terletak paling pojok ruangan. Seingatku selama aku belajar di lab ini, tidak pernah melihat satupun anak yang menggunakan komuter ini kecuali kepepet.

Mencium hal yang mencurigakan, aku bergegas mendatangi komputer tersebut dan menekan tombol spasi. Komputer itu menyala, dan langsung terbuka browser dan terbuka tab email. “Kenapa komputer ini langsung membuka email?” Gumamku.

Aku mencoba untuk cek disekitar meja komputer itu dan menemukan hal yang mengejutkan. “Apa ini? Kenapa bisa ada rambut disini?” Tanyaku dengan menunjukkan ekspresi yang kaget plus kebingungan. Ya, aku menemukan beberapa helai rambut panjang berwarna hitam di bawah meja komputer itu.

Melihat-lihat sekitar, berusaha mencari petunjuk lain namun hanya satu petunjuk, dan itu merupakan hal yang mungkin bisa dibilang wajar. Menemukan beberapa helai rambut yang tidak jelas kepemilikannya, namun mungkin saja itu milik bibi yang biasa membersihkan ruangan. Tak lama, terdengar dari arah pintu, suara langkah kaki sayup-sayup pelan melangkah masuk kedalam ruangan lab.

“Halo? Cub? Kamu disana?” Seru wanita itu yang ternyata adalah Danira, dia (Danira) berjalan dengan kaki yang terpincang-pincang. Sontak aku berdiri dan menyapanya. “Eh kamu disini Dan?” Tanyaku.

“Gundulmu kamu disini Dan, aku tadi kamu tinggal dan kamu lari begitu saja tanpa mengatakan satu patah kata pun!” Ucap Danira dengan memasang ekspresi wajah yang marah, wajahnya memerah.

“Aku bisa jelaskan Dan.” Aku bergegas berjalan menuju kearah Danira dan segera menawarkan diri untuk menggendongnya. “Ayo aku gendong, aku menemukan sesuatu yang aneh.” Ucapku.

Amarahnya teralihkan dan mulai terheran-heran dengan ucapanku dan karena rasa penasaran, dia hanya menurut ketika aku gendong. “Iya.” Ucapnya setuju aku gendong.

Aku membawa Danira menuju ke komputer yang menyala itu, lalu aku mendudukanya (Danira) di kursi dan mulai menjelaskan apa yang terjadi mulai dari kami berpisah hingga saat ini.

“Saat kita sampai didepan pintu ruangan klub, aku melihat sesosok bayangan hitam yang melaju sangat cepat masuk keruangan ini.-“ Ceritaku terpotong, tiba-tiba terdengar suara notifikasi yang berasal dari komputer itu.

Penasaran, kami langsung menyalakan kembali komputer tersebut dan memeriksa apa yang masuk tadi. Setelah memeriksa, ternyata komputer ini mendapatkan email masuk. Dan email tersebut tidak memiliki pengirim dan di kotak pengirimannya itu kosong tidak tertulis alamat email pengirim yang mengirimkan email ini.

“Coba kamu baca Cub!” Desak Danira, dia sangat penasaran dengan email apa yang dikirimkan ke komputer yang jarang dipakai ini.

Meskipun ini akan melanggar privasi seseorang, namun ini harus dilakukan, karena inilah satu-satunya petunjuk yang kita dapatkan sejauh ini. “Oke, kita buka bersama emailnya!”

Setelah aku klik emailnya, terlihat memang benar tidak memiliki pengirim dan di bagian penerimanya adalah, “Toeli?” Seru kami terkaget-kaget karena disana tertulis namaku, atau lebih tepatnya nama keluargaku. Di dalam email tersebut tertulis hanya beberapa baris kata, dan isi email tersebut adalah.

“Perkenalkan, nama saya Amon RA. Jangan khawatir, kamu akan baik-baik saja. Berhati-hatilah dengan orang aneh yang menyebarkan ajaran agama baru! kami akan terus menghubungimu”

Kami saat itu merasa terguncang, pesan singkat apa ini? Aku menengok kearah Danira, dan dia (Danira) masih menatap layar komputer tersebut, dan dari sakunya dia mengeluarkan handphonenya menatap handphonenya sebentar dan memotret email tersebut. Dia menatapku dan bertanya, “Siapa Amon RA?” Tanyanya kebingungan, begitu juga denganku yang sangat kebingungan.

Banyak pertanyaan yang timbul dari satu pesan singkat ini. Aku harus bergegas memberikan informasi ini kepada yang lain untuk kita diskusikan tentang langkah apa yang harus kita lakukan, mungkin mereka mengetahui maksud dari email ini.

Setelah mendapatkan potret email tersebut, aku bergegas untuk menghapus email tersebut guna tidak dipersalah gunakan oleh pihak yang salah, dan setelahnya aku mematikan komputer tersebut.

Kami berniat untuk keluar dari ruangan ini dan segera kembali ke ruangan klub. Sesampainya didepan pintu lab komputer, kami melihat situasi langit yang sangat mendung dan mulai menggelap namun tidak ada tanda-tanda akan turun hujan.

Saat itu kira-kira sudah 4 jam setelah terjadinya peristiwa Rapt.

-Bagian Ketiga-

Sementara itu di posisi Danira, saat Cuba berlari meniggalkan Danira didepan pintu ruangan klub.

Saat itu suasana berubah drastis, dimana sebelumnya langit yang mulai cerah berubah mendung kembali, namun tidak menunjukkan tanda-tanda akan turun hujan. Cuba berlari meninggalkanku, dia menuju kearah ruangan lab komputer.

Dari kejauhan dia terlihat sedang mengintip-intip dalam ruangan lab itu. Karena penasaran aku mengikutinya, meskipun untuk berdiri tegak saja aku sudah kesusahan, dan sekarang aku ingin berjalan yang tentu saja akan menyakitkan kakiku yang sedang bengkak.

Perlahan tapi pasti, aku melangkahkan kakiku satu langkah demi langkah yang lain, sambil menahan rasa sakit yang berasal dari kakiku ini.

Dari arah kiri mataku, arah taman pembatas antara komplek klub ekstra kuliluler dengan komplek kulikuler. Dari arah sana terlihat sesosok hitam besar yang bergerak dengan sangat cepat bergerak. “Apa itu?” Tanyaku dalam keraguan, aku tidak tau itu berasal dari mana tapi yang aku yakin itu bergerak dari komplek kulikuler yang dimana lab komputer berada.

Aku mulai menghawatirkan Cuba, karena bayangan besar itu sepertinya keluar dari lab komputer atau tempat Cuba!. Bergegas aku mempercepat langkahku, meskipun tindakan tersebut pastinya akan membuatku kesakitan. “Kuharap Cuba tidak apa-apa!” Gumamku berharap keselamatan Cuba.

Setelah sampai di depan pintu lab, aku melihat Cuba sedang mengotak-atik komputer di pojokan ruangan. Terlihat dari depan pintu, Cuba menunduk dan mencoba meraih sesuatu di bawah meja. Hal tersebut tentunya membuatku saat itu sangat penasaran, aku mencoba untuk masuk kedalam lab dan memanggil namanya.

“Cuba? Kamu disana?” Tanyaku dengan nada yang tidak terlalu tinggi, tentunya apabila aku mengencangkan suaraku, aku bakal menarik perhatian orang-orang disekitar, dan aku tidak mau itu.

Aku mendekati Cuba dengan berjalan sedikit terpincang-pincang. Sontak dia (Cuba) melihat kearahku dan berdiri. “Kamu disini Dan?” Tanyanya dengan polosnya. Tentu saja aku merasa kesal dengan pertanyaan itu, mengapa dia bertanya pertenyaan itu dengan polos ketika tadi saja dia pergi meninggalkanku begitu saja di luar tanpa mengatakan apapun.

“Gundulmu disini Dan, aku tadi kamu tinggal dan kamu lari begitu saja tanpa mengatakan satu patah kata pun!” Ucapku dengan nada yang mengece sambil memasang ekspresi marah. Apakah wajahku memerah?

Terlihat dari pintu komputer yang dari menyala, sekarang sudah mati. Mungkin akibat dari tidak dipakainya komputer tersebut dalam beberapa waktu yang akhirnya membuatnya otomatis masuk ke dalam mode sleep ya.

Dia mengelak, lalu menawarkan untuk melihat apa yang dia temukan. “Ayo aku gendong, aku menemukan sesuatu yang aneh.” Ucapnya (Cuba).

Kami mendekati komputer tersebut, dan kami mendengar suara notifikasi yang berasal dari komputer tersebut. Sontak kami kebingungan dengan apa yang terjadi. Melihat ke sekeliling, dan melirik sedikit kearah jendela.

Terlihat dari kejauhan, tidak tepat didepan ruang lab, tapi sedikit jauh terlihat sesosok bayangan besar, bayangan itu menatap kearah kami. Aku kebingungan dan mengucek mataku dan ketika aku melihat kearah itu lagi, bayangan itu sudah lenyap.

Aku bertanya-tanya apakah email yang masuk ini ada hubungannya dengan bayangan hitam tersebut atau tidak. Kami memeriksa komputer itu, yang anehnya dalam email tersebut tidak tertera siapa pengirimnya. Terfikir tentang bayangan hitam tersebut, jangan jangan email ini dari bayangan hitam tersebut?

“Coba kamu baca Cub!” Desakku. Dengan perasaan yang sangat menggebu-gebu mendapatkan informasi yang selama ini kami nantikan. “Oke, kita buka bersama emailnya!” Jawabnya sambil menekan (klik) email tersebut.

Muncul hal mengejutkan dari email tersebut, yang ternyata ditujukan kepada Cuba, atau lebih tepatnya keluarganya yakni nama keluarga Toeli. Sampai disini aku merasa kebingungan dengan isi email ini. Apakah email ini hanya prank?

Cuba membacakan email tersebut dan isinya membuat kami menjadi lebih bingung lagi dan menimbulkan lebih banyak pertanyaan. Yang pertama Amon RA, apakah bayangan hitam tersebut adalah Amon RA? Bukankah Amon RA merupakan salah satu dewa dalam mitologi mesir? Dan yang kedua, apa maksudnya dengan berhati-hati dengan orang yang mengajarkan agama baru?

Aku harus mengabadikan email ini dan seharusnya email ini dimusnahkan secepatnya! Aku merasakan firasat ada sesuatu hal yang buruk terjadi apabila email ini tidak dimusnahkan. Aku mengeluarkan handphoneku, dan mengecek apakah aku mendapatkan email yang sama atau tidak, namun sayangnya aku tidak mendapatkan email tersebut.

Kalau aku tidak mendapatkan email tersebut, lantas kenapa hanya Cuba yang mendapatkannya? Aku segera memotret email tersebut dan Cuba pun menghapus email tersebut.

Aku harus memberitahu berita penting namun aneh ini kepada yang lain. Mungkin mereka mengerti dan bisa memecahkan misteri teka-teki di email ini!

Saat itu kira-kira sudah 4 jam setelah terjadinya peristiwa Rapt.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status