"Udah, Ibu sama Bapak baru sampai ke rumah sakit," jawab Inneke.
"Oh, gimana Febby, Bu? Dia ada di sana 'kan?" tanya Andi. Hatinya gelisah karena ucapan Anggun tadi. Kalau memang benar Febby tidak ada di rumah sakit, artinya yang dikatakan Anggun benar."Febby ada di rumah sakit, kenapa Nak Andi?"Mendengar jawaban mertuanya, Andi menghela napas lega, mengusap dadanya pelan lalu mengatakan, "Oh, ngga apa-apa Bu. Aku cuma nanya aja. Takutnya dia malah pulang, bisa gagal semua yang udah diupayakan untuk secepatnya punya anak.""Ya ngga mungkin Nak, mana mungkin Febby pulang sebelum program selesai. Jangan mikir macam-macam. Febby lagi berjuang di sini. Kamu fokus aja sama kesehatan kamu, ya.""Iya Bu, maaf aku sempat mikir yang ngga-ngga. Maaf ya Bu.""Iya ngga apa-apa," sahut Inneke. "Udah dulu ya, Nak. Ini Febby baru aja mau dipindah ke rumah sakit lain. Sepertinya sih tempat praktek Dokter Bella, soalnya rumah sakit ini udah pen"A-anda yakin? Bel? Maksudnya, apa sudah benar pemeriksaan itu? Hah!" Dirga masih tak percaya dengan ucapan Bella."Daripada kamu bertanya ini dan itu padaku, yang memang mantan Dokter Kandungan. Lebih baik kamu fokus pada perceraian. Cepat ceraikan Anggun sebelum dia semakin nekat! Soal kehamilan Febby, aku yakin kamu pasti sudah tahu kalau Febby itu subur dan kalian melakukannya di saat yang tepat. Sudah ya, semoga kamu paham. Aku ingin memindahkan Febby dulu sebelum semuanya kacau."Dirga menghela napas panjang, tersenyum bahagia. "Terima kasih, tolong lindungi Febbyku. Jangan lupa urus semua surat dan pernyataan kalau memang benar Febby menjalani program di rumah sakit itu. Agar Anggun tidak curiga.""Soal itu serahkan padaku. Semua sudah selesai. Dan program dihentikan setelah aku memberikan informasi resmi kehamilan Febby. Kamu tenang saja. Kamu mempercayai orang yang tepat.""Terima kasih, Bella. Aku berhutang padamu.""Jangan meng
"Udah, Ibu sama Bapak baru sampai ke rumah sakit," jawab Inneke."Oh, gimana Febby, Bu? Dia ada di sana 'kan?" tanya Andi. Hatinya gelisah karena ucapan Anggun tadi. Kalau memang benar Febby tidak ada di rumah sakit, artinya yang dikatakan Anggun benar."Febby ada di rumah sakit, kenapa Nak Andi?"Mendengar jawaban mertuanya, Andi menghela napas lega, mengusap dadanya pelan lalu mengatakan, "Oh, ngga apa-apa Bu. Aku cuma nanya aja. Takutnya dia malah pulang, bisa gagal semua yang udah diupayakan untuk secepatnya punya anak.""Ya ngga mungkin Nak, mana mungkin Febby pulang sebelum program selesai. Jangan mikir macam-macam. Febby lagi berjuang di sini. Kamu fokus aja sama kesehatan kamu, ya.""Iya Bu, maaf aku sempat mikir yang ngga-ngga. Maaf ya Bu.""Iya ngga apa-apa," sahut Inneke. "Udah dulu ya, Nak. Ini Febby baru aja mau dipindah ke rumah sakit lain. Sepertinya sih tempat praktek Dokter Bella, soalnya rumah sakit ini udah pen
Pagi harinya~~~Setelah semalaman asik mengobrol dengan mertua dan orang tuanya, pagi ini Andi kembali sendirian.Kedua orang tua dan mertuanya pulang ke rumah untuk membersihkan tubuh. Sebelum pulang, kedua mertuanya mengatakan ingin ke rumah sakit Ibu dan Anak, melihat keadaan Febby di sana.Andi, di depan mertua pasti bersikap manis. Namun setelah semuanya pergi, sifatnya kembali ke stelan pabrik."Ah! Sendiri lagi! Sial!" gumam Andi, meratapi nasib yang tak berpihak padanya.Sejak kecelakaan itu, hari-harinya terasa membosankan. Meskipun akhirnya dia bisa libur panjang, tidak bertemu dengan bosnya yang menyebalkan.Bosan!Andi mulai berkelana di akun sosial media miliknya. Akun yang memiliki cukup banyak pengikut.Seluruh followers itu dengan suka rela mengikuti Andi karena postingan tentang istri cantiknya.Secara tidak langsung dia terus mempromosikan istrinya agar bisa mendapatkan lebih banyak pe
Tidak memiliki pilihan lain, daripada usahanya datang jauh-jauh ke Jogja tidak membuahkan hasil apapun, Anggun berusaha merayu dua satpam agar mengijinkan dia kembali ke kamar."Tolong bantu saya bertemu dengan selingkuhan suami saya, Pak. Saya janji saya ngga akan melakukan apapun. Saya hanya ingin bicara baik-baik sama dia." Dengan wajah memelas, Anggun meminta dua satpam membebaskannya.Saat ini dia berada di dalam lift bersama dua satpam laki-laki, menuju lantai paling bawah."Saya ngga akan melakukan apapun Pak. Saya janji," ulang Anggun, meyakinkan.Dua orang satpam masih diam dan saling tatap. Salah satunya melirik ke tangan Anggun yang memegang sejumlah uang merah.Dari senyuman Dokter Kecantikan itu, terlihat jelas kalau dia sudah tidak emosi seperti tadi."Gimana?" bisik salah satu satpam menyenggol lengan temannya. "Lumayan buat istri di rumah. Istriku sebentar lagi mau lahiran."Satpam bertubuh tinggi tegap d
"Kamu mesan makanan lagi, Mas? Kan kita udah makan." Febby baru saja mengambil makanan yang diantar petugas hotel.Dua bungkus makanan pesanan Dirga, ia letakan di atas meja samping ranjang."Kamu harus banyak makan, biar cepet mengandung anakku," senyum Dirga sambil menatap wanita yang hanya mengenakan piyama tidur tanpa dalaman.Sementara tubuh Dokter Tampan itu, hanya terbungkus selimut tipis berbaring di atas ranjang berukuran king size."Sini." Dirga mengayunkan satu tangan, meminta Febby mendekat."Aku mau makan dulu. Kamu makan juga, percuma dipesan kalau ngga dimakan.""Oke." Dirga beranjak turun dari ranjang, lalu duduk di kursi. "Kita makan berdua, ya.""Pakai baju dulu Mas, masa telanjang gitu. Kayak bayi aja. Kalau bayi lucu, kalau kamu ... ngga ada lucu-lucunya. Malu sama Belalai kamu," lirik Febby ke arah Sosis Jumbo Dirga yang masih berdiri tegak.Dirga terkekeh, "Abis makan kita star lagi, Baby.
Inneke bersiap-siap ingin ke Rumah Sakit Ibu dan Anak, tempat Febby menjalani program kehamilan.Sedangkan Fandi_suaminya terlihat kurang setuju dengan keinginan Inneke, karena hari sudah malam."Lebih baik besok aja, Bu. Udah malam begini," ucap Fandi pada istrinya yang sudah menenteng tas. "Kalau besok kemungkinan kita bisa bicara sama Dokter yang menangani Febby, tapi kalau sekarang, kayaknya Dokter ngga ada.""Sekarang aja, Yah. Kasihan kan Febby di sana sendirian. Kalau ngga ada Dokter, kan bisa ngomong sama perawat. Yang penting Ibu bisa nemenin anak Ibu di sana. Kasihan kan dia sendirian."Fandi mengangguk pelan, mau tak mau menuruti keinginan istrinya."Menurut saya, lebih baik besok saja, Bu Inneke. Hari sudah malam, takut ada apa-apa. Kita jadikan kecelakaan yang menimpa Andi ini pembelajaran untuk kita semua. Agar bisa lebih berhati-hati lagi di jalan. Apalagi sudah malam seperti ini," ujar Rahmat_ayah Andi."Bener apa