Share

Obat Tidur

Author: Dita SY
last update Last Updated: 2025-06-13 11:59:16

"Mas, kamu pulang lebih cepat ya hari ini?" tanya Anggun, menoleh ke arah suaminya sesaat sebelum mengambil handuk.

"Hmm," sahut Dirga, datar. Entah sejak kapan dia merasa rumah tangganya dengan Anggun terasa hambar.

Pernikahan hasil perjodohan yang dia pikir akan menjadi awal bahagia. Ternyata hanya membuat luka di hatinya karena sang istri tidak bisa melakukan tugasnya sebagai mana keinginan Dirga.

Sudah ikhlas sepenuh hati menerima Anggun dan Lilian, Dirga justru dikecewakan.

"Maaf ya, tadi aku sibuk banget. Aku aja baru pulang. Aku mandi dulu, nanti kita makan malam bareng." Anggun masuk ke kamar mandi dengan tergesa-gesa.

Tak ada kata apapun, Dirga hanya diam lalu turun dari ranjang. Keduanya tinggal di rumah yang sama, tetapi sibuk dengan urusan masing-masing.

"Mas, kamu lihat obat aku ngga? Obat tidur?" tanya Anggun, tapi tak ada sahutan karena Dirga sudah tak berada di kamar.

Dirga duduk di depan meja makan, melihat beberapa jenis masakan ada di atas meja, tapi tak ada satupun
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Icha Asyraf
ceritanya makin seru
goodnovel comment avatar
Ria Puspita
makin seru ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ah! Enak Mas Dokter   Tawaran dari Anggun

    Perjalanan berakhir. Setelah mobil mereka masuk ke dalam komplek perumahan Pesona Indah. Dirga menghentikan laju kendaraan di depan rumah bergaya mini-malis dengan cat yang sama seperti rumah Fandi di Bandung. Kedua suami-istri itu turun dari mobil, melangkah memasuki rumah. Di dalam, Fandi, Inneke dan kedua besannya sudah menunggu di ruang tamu, pun dengan kedua orang tua Sisca dan anak mereka. Saat tiba di ruang tamu, pandang mata Sisca langsung tertuju pada Dirga dan Febby yang melangkah masuk sambil bergandengan tangan. 'Ish! Gandengan tangan terus kayak orang mau nyebrang,' gumam Sisca dalam hati. "Pindah ke sini, Neng," kata Innaya pada anaknya, meminta wanita muda itu berpindah ke sofa di pojok. Sementara sejak tadi Sisca justru duduk di tengah-tengah Fandi dan Inneke. Sisca menggeleng, menolak permintaan ibunya. Namun saat melihat mata Agung melotot, ia tak bisa melakukan apapun.

  • Ah! Enak Mas Dokter   Sah

    "Abah, sini hape aku!" Wajah Sisca panik saat sang ayah merampas kasar ponsel dari tangannya. Ia berusaha merebut kembali benda pipih hitam itu, namun ayahnya menyembunyikan di dalam saku celana. Mendengus kesal, Agung berbisik kasar pada anaknya, "Jangan main hape. Kamu tahu 'kan pernikahan ini privat! Kalau sampai Uwak kamu dan Emak kamu tahu kamu ngambil foto Febby dan suaminya. Mereka bisa marah. Abah malu karena ngga bisa jagain kamu. Udah gede tapi kelakuan kayak bocah!" "Aku ngga ngambil foto kok, Bah. Aku cuma ngecek ada chat masuk atau ngga. Aku aja ngga kepikiran mau ngambil foto Teh Febby sama Akang Dirga." Agung melirik sinis, "Kamu pikir Abah bodoh? Abah lihat dengan mata kepala sendiri kalau kamu ngambil gambar Teteh kamu sama suaminya. Emang Abah buta!" Sisca terdiam, sadar ia tidak akan bisa melawan ayahnya yang galak. Jalan satu-satunya hanya mengalah dan menunggu acara selesai agar dia bisa mengambil ponse

  • Ah! Enak Mas Dokter   Menuju Halal

    Sejak kepulangan dari Bogor, kondisi kesehatan mental Lilian semakin memburuk. Ia terus menangis dan menolak berkomunikasi dengan siapapun.Anggun tengah berjuang keras untuk bisa mengembalikan Lilian seperti dulu. Meski harus mengorbankan waktu dan tenaga ekstra.Kesabarannya benar-benar diuji. Ia harus berjuang seorang diri untuk menyembuhkan anak semata wayang.Saat ini di ruang psikiater, Anggun tengah mendampingi anaknya menjalani pengobatan dengan Dokter Profesional.Tak lagi sempat mengurus Klinik, bahkan memegang ponsel pun ia tak memiliki waktu."Jadi gimana keadaan anak saya, Dok?" tanya Anggun menatap Lilian lirih.Gadis kecil itu hanya diam seperti patung. Jangankan berbicara, menatap ke arahnya saja enggan."Saya resepkan obat. Tolong diberikan tepat waktu. Jangan sampai kondisinya memburuk. Lilian sangat butuh pengobatan khusus dan dampingan orang tua agar kondisinya bisa membaik.""Baik, Dok," sah

  • Ah! Enak Mas Dokter   Lirikan Sisca

    Melihat kedatangan calon suami Febby, dengan cepat Sisca melangkah menuju ruang tamu sambil membawa nampan di kedua tangan. Menyunggingkan senyuman manis, Sisca mendekati Tamu dan Tuan Rumah itu lalu berjongkok di dekat meja panjang. Ia meletakkan satu per satu gelas berisi minuman di atas meja kaca. "Silakan diminum," ucap Sisca dengan senyuman manis sambil melirik ke arah Dirga yang terus memandangi kamar Febby. 'Ganteng juga. Beruntung banget Teh Febby bisa dilamar sama cowok ganteng. Mantan suaminya ganteng, calonnya lebih ganteng lagi. Jangan-jangan Teh Febby pakai pelet?' gumamnya dalam hati. Dewanto dan Ratna menatap ke arah Sisca dan Bu Ida. Mereka sudah sering melihat Bu Ida, namun baru pertama kalinya melihat wanita muda itu. "Neng Geulis ini namanya Sisca, Bu Ratna. Pak Dewanto. Dia keponakan istri saya," ucap Fandi memperkenalkan. Dewanto dan Ratna manggut-manggut. Akhirnya terjawab sudah rasa pen

  • Ah! Enak Mas Dokter   Kejahatan Sisca

    ~Paginya~ Hatchi! Hatchi! Febby terbangun dari tidur dengan keadaan kurang enak badan. Ia membuka mata, melihat Sisca ada di samping. Tubuh sepupunya itu terbungkus selimut tebal. "Sis, kamu yang naikin suhu AC ya?" tanya Febby pada sepupunya itu. "Kamu kenapa tidur di sini? Ngga pulang ke rumah?" "Hmm, berisik Teh. Aku kurang tidur semalam," sahut Sisca jengkel. Bukannya bangun, wanita muda itu merapatkan selimutnya. "Aku kedinginan Sis. Kamu naikin suhu AC 'kan?" "Apaan sih Teh, berisik banget. Udah tidur lagi. Masih pagi buta juga." Febby mendengus kesal, "Kamu ngapain atuh tidur di sini, bukannya pulang ke rumah. Kamu 'kan dicariin sama Abah Agung." Sisca berdecak, "Teteh ngusir aku? Iya?" Menghela napas panjang, Febby hanya diam. Sisca memutar tubuhnya, menatap Febby dan membuka selimut. "Ngga boleh aku tidur di sini?"

  • Ah! Enak Mas Dokter   Susu Ibu Hamil

    Kabar tentang lamaran Dirga membuat Febby menangis haru. Akhirnya semua kerumitan kisah cinta mereka berakhir. Sebentar lagi dia akan menyandang status sebagai seorang istri untuk kedua kalinya. Istri dari cinta pertama yang akhirnya dipertemukan kembali. "Aku bahagia mendengar kamu akan melamarku, Mas," ucap Febby di dalam telepon. Setelah berbicara panjang lebar tentang lamaran. Malam harinya Febby dan Dirga kembali melanjutkan pembicaraan tentang pernikahan mereka. "Aku juga bahagia, karena semuanya sudah berakhir. Kamu dan aku akan secepatnya bersatu." Febby tersenyum simpul. Rona merah terlihat jelas di kedua pipi. Tak sabar ingin secepatnya menjadi istri Dirga Dewanto_pria pujaan hati. "Bagaimana keadaan kandunganmu, hem?" tanya Dirga disela lamunan Febby yang membayangkan akan segera menjadi istri Dokter Kandungan itu. "Baik. Anak kita sehat." Lamunannya buyar, ia kembali fokus pada pemb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status