LOGINNote Penulis: Bab Sebelumnya Aku Ubah. Silakan baca ulang biar nyambung ke cerita ini.Setelah resmi menjadi suami-istri, Juan tinggal di rumah peninggalan kedua orang tua Sasa.Kehidupan rumah tangga baru mereka jalani beberapa minggu. Namun, Juan sudah menunjukkan kasih sayang tulus pada anak bawaan Sasa yang bernama Aurora.Sejak pertama bertemu dengan Juan, Aurora langsung menyukai pria itu. Apalagi pembawaan Juan yang hangat, dan penyayang, membuat gadis kecil itu merasa nyaman. "Papi .... " Aurora berlari kecil menghampiri Juan yang baru pulang dari kebun.Pada pukul lima sore, Juan mengakhiri aktivitas di kebun milik mendiang kedua orang tua Sasa. Sejak menikah, ia yang belum mendapatkan pekerjaan, berusaha mencari cara untuk menghidupi kedua orang Tersayang.Langkah kaki Juan terhenti di ambang pintu rumah. Wajahnya berseri saat melihat putri sambungnya menghampiri."Aurora." Juan menyambut pelukan gadis berusia empat tahun itu. "Kamu nunggu Papi?"Aurora menganggukkan kepal
Hampir tiga jam Andi berada di dalam rumah reyot Kakek Subur. Selama tiga jam ... Andi terus berteriak kesakitan, bahkan menangis. Nila sudah tidak menunggu di dalam rumah itu lagi. Setelah tadi kakeknya meminta dia untuk menunggu di luar. Ia duduk di kursi panjang yang terbuat dari bambu. Matanya tak lepas memandang pintu rumah Kakek Subur, menunggu proses pengobatan sang kekasih selesai. Sesekali ia menggigit bibir bawah, menahan getaran dari kecemasan hatinya. "Aargggghhh!" "Sakit Kek!" "Abis punya saya!" "Kek, udah! Sakit!" "Masa depan saya Kek. Saya mau nikah sama Cucu Kakek! Jangan dipotong!" Nila menyempitkan mata sambil merapatkan gigi setiap kali mendengar suara teriakan Andi dari dalam rumah reyot itu. Kedua tangan saling menggenggam di atas pangkuan. Meremas kuat-kuat untuk meredakan kecemasan. "Kok lama .... " Nila menatap jam di ponselnya. Sudah lewat dari tiga jam pengobatan itu belum juga selesai. Hingga akhirnya penantian itu berakhir Andi keluar dari ruma
Seperti yang dikatakan Nila tadi, sang Kakek sudah tahu kedatangan mereka ke rumah reyot itu. Belum sempat mengucap salam, Andi dan Nila sudah disambut oleh laki-laki tua berjenggot putih dengan senyuman ramah. "Silakan masuk." Sang Kakek mengajak Nila dan Andi masuk ke dalam rumah yang minim penerangan. Sambil berjalan perlahan menggunakan tongkat kepala Banteng, laki-laki tua itu mengarahkan Andi dan Nila ke tempat duduk di tengah ruangan. Satu meja panjang yang tidak terlalu tinggi, menjadi tempat sang Kakek meletakkan beberapa ramuan dan juga peralatan pengobatan. "Silakan duduk." Kakek itu menunjuk tikar di depan meja. "Kalian berdua sudah lama Kakek tunggu-tunggu." Nila tersenyum. Sementara di sampingnya, Andi terlihat kebingungan. Sejak tadi ia hanya diam sambil celingak-celinguk mengamati sekitar rumah itu. Bangunan dari anyaman bambu yang terlihat reyot dari depan, ternyata bagian dalamnya tampak sangat kokoh. Kayu-kayu jati menjadi penyangga rumah itu, dan
Pernikahan sakral yang diimpikan oleh Sasa akhirnya terwujud. Sejak seminggu yang lalu ia resmi dipersunting oleh Juan_mantan anak buah Marco.Setelah menikah keduanya memilih pindah ke kampung halaman Sasa di Sukabumi.Sementara kisah cinta Andi baru saja dimulai, ia dibawa oleh Nila ke kampung halamannya. Mereka akan meresmikan pernikahan di sana.Namun, sebelum pernikahan itu dilangsungkan, Andi dan Nila memutuskan untuk menjalani pengobatan alternatif untuk membuat Andi menjadi Perkasa.Kik Subur, yang tak lain kakek Nila adalah Dukun paling terkenal di Desa Ciperas.Saat ini Andi dan Nila tengah mengunjungi sang Kakek yang tinggal di bukit terpencil yang jauh dari pemukiman warga."Kamu yakin Kakek kamu sakti, Yang?" Andi menoleh ke samping, menatap calon istrinya sesaat lalu kembali menatap jalanan di depan.Yang ditanya hanya diam, malah sibuk berbicara dengan para followersnya. Nila tengah melakukan siaran langsung di akun sosial media Sejuta Umat.Sejak menjalin asmara dengan
Mendengar laporan terbaru dari anggota Polisi di Bandara. Bramanto menugaskan bawahannya untuk memeriksa semua orang yang terlibat. Selain dua orang petugas Bandara yang dibayar oleh Marco, Polisi juga menginterogasi petugas imigrasi yang meloloskan semua dokumen terduga Dylan. Saat ini petugas imigrasi itu duduk tegak di kursi kayu ruang interogasi yang dingin, wajahnya tampak tegang, tetapi tetap berusaha tenang. Di depannya, dua polisi menatap serius, berusaha menggali informasi lebih dalam. "Anak kecil yang kalian tanyakan, memang benar dia baru saja melewati pemeriksaan imigrasi," kata petugas itu pelan tetapi cukup jelas. "Tapi identitasnya berbeda. Namanya Regan, bukan Dylan seperti yang dilaporkan." Salah satu polisi mengernyit, memutar-mutar pena di tangannya. "Bagaimana bisa berbeda? Apakah ada dokumen resmi yang dia tunjukkan?" tanya polisi dengan nada curiga. Petugas imigrasi menghela napas, matanya menatap ke arah meja, lalu mengangguk. "Paspor dan visa yang dia pa
"Mas! Mas Dirga!" Febby berlari menyusuri koridor rumah sakit sambil menangis dan memanggil nama suaminya.Matanya sembab, bulir bening terus menetes membasahi wajah yang pucat.Semua orang di rumah sakit menatap ke arah wanita cantik itu dengan perasaan iba. Mereka hanya diam, dan memperhatikan sambil berbisik pada orang di samping.Sementara di belakang Febby, dua pasangan paruh baya sedang mengejar.Wajah mereka sama-sama mendung, seperti menahan kesedihan mendalam."Kemungkinan laki-laki yang berdarah-darah tadi adalah suami wanita itu." Salah satu ibu-ibu berbisik pada suaminya yang duduk di samping. "Iya, kasihan dia. Apa mungkin laki-laki itu selamat dengan luka separah itu?""Entahlah, mungkin hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan nyawanya."Mereka kembali melihat banyak anggota Polisi yang mengamankan Rumah Sakit. Sementara wanita yang menangis tadi sudah berada di depan pintu ruang operasi."Dok, bagaimana keadaan Suami saya Dok?" Suara Febby terdengar parau, hampir habis






