Share

Cinta Demam

Semua orang yang menikmati api unggun itu berlari menuju kemahku. Dengan jelas aku bisa melihatnya di celah kain kemah yang agak sedikit robek. Namun, aku mengkawatirkan sesuatu. “Cinta, celanaku semakin melorot. Kamu singkirkan kakimu itu,” ucapku pelan.

“Bagaimana caranya? Kita terjebak seperti ini,” balas Cinta.

“Iya juga ya.”

Aku masih berpikir dan semua orang menatap kami di luar sambil menunduk. “Cinta, kita sebaiknya diam saja. Mereka ada di depan kemah ini sambil mengernyit.”

“Kalian kenapa?” tanya salah satu warga kepada anak kecil yang masih menangis mengira kita hantu.

“Itu kemahnya bergerak sendiri,” katanya sambil menunjukkan jarinya kearah kemah kami.

“Bukankah itu kemah pasangan pemuda tadi?” tanya salah satunya dan berjalan kearah kami.

“Gawat,” batinku masih diam memeluk Cinta. Aku bersamanya sudah sangat pasrah dengan ini

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status