Cinta terus menarikk, namun aku menahan langkahku. Aku benar-benar tidak mau masuk ke dalam mobil lelaki itu. Dasar bule tidak tahu diri. Bisanya nyulik istri orang!
“Cinta aku tidak mau. Kamu harus naik mobil lain.”
“Agus! Kamu tidak tahu apa yang terjadi di dalam tadi. Dia benar-benar mau menyuntik ku sama 10 suntikan. Coba bayangkan, aku bisa bisa terkena virus. Sudah, jangan berdebat! Yang penting kita kabur dulu,” kata Rahman membuatku berfikir.
“Suamiku! Apa yang dikatakan Rahman benar. Kamu menyuruh aku mempercayaimu. Tapi kenapa kamu tidak percaya sama aku? Leo Itu sudah lunak. Emangnya aku tidak tahu apa yang kalian bisikan di dalam taksi? Ya jelas lah, aku tahu apa kelemahan Leo,” kata cinta semakin membuatku kesal. Untuk apa dia mengetahui semua kelemahan Leo. Jangan-jangan, memang dia pernah dekat dengan Leo. Ini tidak bisa aku biarkan.
“Cinta kamu tahu dari mana Leo itu memiliki kelemahan? Apakah kamu
Perasaanku semakin tidak enak. Cinta ... kenapa kita ini, ya? Masalah terus bertubi-tubi datang di saat waktu yang bersamaan. Belum lagi Sesepuh dan Bapak yang terus memperdebatkan masalah siapa yang lebih tepat menjadi ahli waris. Sebenarnya aku menginginkan kedua anak itu yang menjadi ahli waris, sehingga tidak ada perbedaan. Bagaimana kalau nanti mereka besar, lalu bertanya tentang haknya masing-masing? Aku takut jika salah satu dari mereka mengatakan kalau aku ini pilih kasih. Padahal mereka keluarnya sama-sama dari perut Cinta. Jantungku terus berdetak kencang, jika memikirkannya. Lebih baik sekarang aku mengambil air itu di dalam botol, lalu dengan cepat membawanya pulang dan menyerahkan kepada Ibu untuk siramannya Cinta.“Agus, kamu jangan berpikir yang tidak-tidak. Kalaupun kamu harus puasa, ya wes kamu harus menerima itu. Lebih enak kamu puasa, bisa mendapatkan pahala.”“Man, puasanya ini beda. Kalau puasa yang kamu maksud, itu benar-benar ke
Cerai?Aku menghempaskan punggungku ke sandaran kursi yang semula tegak. Tubuhku sangat lemah mendengar perkataan Cinta. Padahal itu hanya satu kalimat. Tapi rasanya hatiku tersayat. Baru aku sadari jika wanita itu tidak bisa diperlakukan seperti ini. Jika memang aku mengejarnya untuk mengajak dia berdamai, lalu kenapa aku marah seperti itu? Apalagi tidak mempercayainya. Aku benar-benar akan puasa sebulan.Sudah sangat jelas jika Cinta berusaha membuat ingatanku kembali, dan mencegah aku untuk menikahi Minah. Kenapa aku tidak mengingat hal itu? Malah semakin emosi saat dia didekati laki-laki lain, yang sangat jelas tidak pernah nempel ke hatinya selain aku.“Agus. Kamu sebaiknya menenangkan diri. Kalian tidak perlu ketemu. Jadi, jangan temui Cinta. Biarkan dia merenung dengan semua masalah yang sudah dihadapinya. Begitu juga dengan kamu. Perkataan bijak yang Bapak katakan, membuatku mengerti. Baiklah, aku akan mencoba memahami semua permasalahan ku ini, da
Aku bersama Rahman menyiapkan semuanya untuk Cinta. Malam nanti aku akan memberikan kejutan kepadanya, tepatnya tengah malam. Semoga saja rencana yang Rahman sarankan ini bisa berjalan dengan baik.Sebenarnya aku tidak perlu melakukan ini semua. Aku hanya bisa mendatangi Cinta lalu mengatakan semua isi hatiku dan itu aku pikir sudah cukup. Tapi aku juga memikirkan bahwa wanita itu kadang memerlukan sesuatu yang agak lebay sedikit. Mungkin selama ini aku tidak pernah tegas dan selalu mengalah dalam segala hal. Semua itu aku lakukan bukan karena aku ini tidak cerdas, tapi aku tidak mau membuat masalah menjadi semakin rumit. Apalagi wanita itu perasaannya halus, dan aku memang yang sangat menyebalkan. Jika ada yang mengatakan aku ini kurang pintar, tegas, atau oon, lah, biarkan saja. Aku sebagai laki-laki kadang harus mengalah pada wanita.Sekarang aku sudah berada di depan pagar rumah Mira. Semua yang Rahman sarankan aku lakukan dari siang dengan bantuan para anak yatim
Aku tidak percaya melihat Minah berjalan mendekatiku. Rahman melotot tajam menatapnya. Namun dia malah bersembunyi di belakang tubuhku. Memang dia ini tidak gentlemen.“Minah?” kata Rahman karena dia sangat terkejut melihat wanita yang sangat diidamkan ada di hadapannya.”Oh jadi juga merayu wanita lain?Ternyata Cinta tiba-tiba berada di belakangku. Aku sampai mau melompat karena kaget. Cinta ini seperti hantu saja.“Cinta, ini tidak seperti apa yang kamu pikirkan. Aku tidak tahu kenapa Minah ke sini. Sebaiknya kamu tanya saja sama dia,” kataku meninggalkan mereka. Aku tidak mau ikut campur dengan masalah ini.“Agus! Kamu jangan pergi! Aku ini kesini karena kamu!”Perkataan Minah yang semakin akan membuat masalah ini meletus kayak gunung berapi dengan laharnya yang meluap-luap, lalu membanjiri desa yang berada di sekitarnya. Aku benar-benar akan lenyap! Habis dan ludes!“Minah, kamu kal
Dalam rumah Mira, Cinta duduk di kursi pojok kamar Mira tepatnya disebelah jendela, menundukkan kepala sambil menangis. Mira di depannya hanya bisa memandang karena kebingungan untuk memberikan solusi. Tangan kanannya mengelus-elus punggung Cinta dengan perlahan.“Kenapa dia selalu datang? Wanita yang dulunya pernah dihati Agus. Aku sama sekali tidak suka dengan dia. Minah itu berubah pikiran, dan dia plin-plan. Padahal dia sudah jelas aku bantu untuk bersama Rahman. Laki-laki yang dengan tulus mencintainya. Tapi kenapa sekarang dia masih saja mengejar-ngejar Agus?” Cinta menutup wajah dengan kedua tangannya terus menangis. Mira di sebelah Cinta menarik napas panjang lalu menghembuskan perlahan. Dia kini memutuskan untuk memberikan solusi.“Cinta, sebaiknya kamu membicarakan masalah ini dengan Agus berdua saja. Jangan mempertahankan sikapmu yang sangat keras kepala itu. Kayak batu saja kamu. Batu itu kalau dikasih Palu sudah pecah. Sedangkan kam
Aku mengamati semua ruangan. Jantungku berdetak kencang ingin sekali menemui pujaan hatiku. “Cinta … aku sangat mencintaimu. Jangan pernah kau pergi meninggalkan aku. Aku memang laki-laki tidak tahu diri. Berengsek! Aku akan mengejarmu walaupun kamu tidak mau. Tapi, jangan jauh-jauh ya!” teriakku kencang dan masih tidak menemukan dirinya. Dia tidak juga muncul. Aku menarik napas, mengaturnya agar tidak sesak.“Cinta … I LOPE KAMU!”Seseorang menepuk pundakku dari belakang. Cinta melompat dan memelukku. Kini dia menatapku dengan berlinang air mata.Ini adalah sesuatu yang sangat membahagiakan hatiku. Cintaku telah kembali dalam waktu singkat dan tidak aku duga sama sekali.“Cinta, kau benar-benar dirimu? Aku bukan mimpi, kan? Atau kamu …” Cinta mengernyit menatapku. Dia berkata, “Dedemit, maksud kamu?” Dia mencubit perut rataku kayak roti sobek. “Aww!” ucapku spontan terkekeh.
Tidak aku percaya masa dia meneleponku bagaimana cara mengganti popok?”Heh dasar penculik kamu! Awas ya sampai anakku sedikit saja pokoknya tidak kamu ganti, tak kruwes kruwes kamu!”Cinta segera menolehkan pandangannya ke arahku. Dia melotot sembari menggeleng. Lalu dia merebut ponsel yang sudah aku genggam.“Cepat gantikan pokoknya dengan yang bersih. Pakai merek yang paling mahal. Karena aku menggunakan itu. Beli di supermarket dan belilah yang banyak. 1 anak bisa menghasilkan 10 box berarti kamu harus membelinya 20 box. Ngerti kamu!”Cinta membentak penelepon itu. Dia mengurut keningnya yang sangat pusing. Aku sangat paham dengan perasaannya. Lebih baik aku yang memegang ponsel itu kembali.“Cinta. Aku tahu kamu ingin menolong anakmu. Tapi ini juga anakku. Sebaiknya kamu menenangkan hati mu di rumah dan menunggu kabar dariku. Itu adalah keputusan yang sangat baik.”“Kamu pikir aku bisa tenang ka
Kami bertiga melotot tajam ke arah Leo yang menggunakan ... Dia memegang sesuatu dan memilih semua ...“Agus! Kamu sudah salah menuduh orang. Gimana ini Gus?” kata Rahman sambil menunjukkan jari tepat ke arah Leo yang membawa banyak sekali celana dalam wanita dalam berbagai warna.“Mana aku tahu. Suaranya itu persis sama dengan Leo. Becek seperti itu! Kalau ndak dia, lalu siapa lagi, Rahman?”“Oh my God! Ternyata kita salah masuk, guys. Biarkan aku berbicara dengannya. Kalian diam di sini.”Kali ini kami menuruti Ben. Semoga saja dia memiliki rencana yang cemerlang.“Man! Kenapa memeluk lenganku seperti itu? Kamu itu laki-laki.”“Bukan begitunya, Gus. Aku itu takut karena kita sudah salah menuduh orang. Nanti kita ini bisa dimasukkan ke dalam kantor polisi karena sudah mengganggu ketentraman orang lain. Lihat para pengawalnya itu, sudah mulai mau menyerang kita. Lalu kita ini harus bagaim