"Entah bagaimana takdir bisa mempertemukan kita. Dan sepertinya kita dipersatukan oleh dua huruf sederhana yaitu Ai. Kata itu juga yang mewakili perasaanku saat ini."
~Leonar Halim Al-Ghifari (Leo)~"Aku tak tau apa arti kata Ai, tapi aku suka dengan kata itu karena kaulah yang memberikan kata itu padaku."
~Khansa Arima Iriana (Key)~______________________
Seorang laki-laki dengan wajah yang mulus beraura dingin itu berdiri ditepi danau yang airnya jernih. Dengan tasnya yang digendong hanya sebelah dan kedua tangannya dilipat didepan dadanya membuat ia berdiri sebagai sosok laki-laki tampan yang tengah menanti seseorang.
Bukan menanti seseorang, melainkan tengah termenung sendiri di sisi danau yang sudah menjadi kebiasaannya itu.
Namun ada sosok yang membuat ia tersadar dalam lamunannya itu, seorang anak perempuan datang menghampiri laki-laki itu.
"Kakak sendirian aja?"
tanya anak kecil pada laki-laki itu.Laki-laki itu diam saja tidak menjawab pertanyaan anak kecil itu.
"Kakak dengar tidak?" tanya ulang anak itu.
"Pulanglah Dik, aku lebih suka sendiri."
"Aku akan pulang jika Kakak jawab pertanyaanku."
Laki-laki itu menghela nafas panjang dan berkata, "Apa yang ingin kau tanyakan?"
"Kakak tahu tidak bagaimana caranya menyembunyikan rasa sakit yang kita alami?"
Laki-laki itu tersenyum miring dan berkata, "Pertanyaanmu tidak sesuai dengan usiamu Dik."
"Kakak tahu jawabannya tidak?" Anak kecil itu menekankan pertanyaannya.
Laki-laki itu membungkukan badan kemudian bicara didepan anak kecil itu. "Cara orang menyembunyikan rasa sakit itu berbeda, tetapi kebanyakan mereka menyembunyikan sifat aslinya dengan menunjukan sisi lain mereka didepan orang lain."
"Kakak bisa tulis jawabannya ditanganku?" ujar anak kecil itu sambil menyodorkan pulpen kepada laki-laki itu.
Laki-laki itu tersenyum lalu menulis perkataannya tadi diatas tangan anak kecil itu.
"Terimakasih Kak, oh jadi ini jawabannya."
"Kenapa kau bertanya seperti itu?"
"Aku kasihan kepada orang yang sudah kuanggap Kakakku sendiri."
"Kenapa Kakakmu?"
"Ia ditimpa musibah berkali-kali, sehingga ia selalu bertanya bagaimana cara untuk menyembunyikan rasa sakitnya itu. Tapi aku tidak tahu apa jawabannya, jadi aku tanya sama orang lain."
Laki-laki itu mendengarkan cerita anak kecil itu dengan seksama. Kemudian anak kecil itu menyambung perkataannya.
"Kakakku selalu menyendiri seperti halnya yang dilakukan Kakak sekarang ini, jadi aku tanya Kakak dengan pertanyaan itu."
Laki-laki itu terdiam karena iba mendengar cerita anak kecil itu.
"Pulanglah dan hiburlah Kakakmu itu," titah laki-laki itu.
"Baik Kak. O ya Kak, nama Kakak siapa?"
"Leo."
"Baiklah aku akan mengingatnya dan memberitahu Kakakku jawabannya, terimakasih Kak," ucap anak kecil itu sambil lari menjauh dari Leo.
Orang ini mirip Kakak, siapa tau mereka cocok, pikir anak kecil itu sambil berlari kecil.
Leo hanya memperhatikan anak kecil itu yang berlari menjauh darinya hingga hilang jejaknya. Namun sempat terlintas di benaknya itu keinginan untuk membantu anak kecil dan Kakaknya itu. Lalu siapa Kakak dari anak kecil itu?
Tiba-tiba suara ponsel yang berdering membuyarkan lamunannya, membuat remaja dengan usia beranjak 17 tahun itu mengangkat panggilan yang masuk ke ponselnya itu.
Saat Leo mulai mengangkat teleponnya, terlihat dia menyunggingkan bibirnya. Seketika itu auranya menjadi menakutkan.
"Kuharap mulai saat ini kau jangan pernah menghubungiku lagi. Dan satu hal yang harus kau ingat, aku bukan lagi putramu!" desis Leo, kemudian memutus panggilan teleponnya itu.
~{Ai (untuk Leo)}~
Kegaduhan terjadi di dalam rumah besar yang terletak di sudut kompleks itu, bahkan terdengar benda-benda pecah juga menambah kesan ngeri keributan di dalamnya. "Dasar melawan! Kemari kau biar aku hukum!" murka pria paruh baya yang sepertinya penghuni rumah itu. Seorang pemuda di depannya mengukir senyum liciknya. "Jangan coba-coba menghalangiku, kau tidak sadar aku seperti ini itu karena ulahmu sendiri?!" Dua orang perempuan yang ada disana terdiam membisu, mereka hanya meringis ketakutan karena tidak ada keberanian untuk melerai keduanya. "Kalian hentikan!" "Sudah cukup, kumohon berhenti..." Kedua perempuan itu kembali terdiam saat pertengkaran dan perdebatan itu kian memanas. "Kupikir aku tak tau kelakuan bejatmu?!" Bugh! Pria paruh baya itu memukul wajah pemuda yang dari tadi berd
Di kelas sebelas MIA satu, siswa siswinya sedang belajar Matematika. Tiba-tiba pintu kelas terbuka, maka suasana berubah saat itu. Ditengah-tengah suasana yang hening itu, Leo masuk dengan kata pembuka yang hanya ucapan salam kemudian lewat kedepan kelas dan duduk langsung di bangkunya.Semua orang heran melihatnya, bagaimana ia masuk? Padahal gerbang sudah dikunci karena jam pelajaran sudah dimulai. Mungkin itulah anugrah untuk seorang yang jenius, Leo juga bisa lepas dari hukuman para satpam penjaga gerbang.Bapak Ade pun otomatis menghentikan pengajarannya, Ia menghampiri Leo yang sudah duduk dibangkunya dan mengajukan beberapa pertanyaan. "Leonar! Kamu kenapa baru datang?!" Pak Ade menyambut Leo dengan tatapan introgasi.Leo cuma menjabat tangan Pak Ade dan menciumnya sebagai salam darinya serta melepaskannya lagi.Pak Ade y
29 juliKenangan kelam tiga tahun silam ...Tiga tahun yang lalu dimana masa itu Leo sedang menginjak kelas 2 SMP, Leo sering pulang terlambat karena ia mengikuti Pelatihan Beladiri Karate. setiap kali pulang, ia sering disambut oleh keluarga kecilnya tiada lain Ibu dan Kakak perempuannya. Meski tanpa sosok Ayah, keluarganya sangat harmonis. Leo sangat mencintai Ibu dan Kakaknya seperti cinta keduanya pada Leo.Saat itu Leo pulang dari pelatihan Beladiri dengan luka lebam di pipinya. Melihat putranya pulang dengan pipi kirinya terluka, Ibu Leo segera mengobati Lukanya dengan mengoleskan semacam salep pada pipi Leo. "Sebaiknya kamu jangan terlalu berlebihan dalam berlatih, ibu khawatir," ucap Ibunya. "Kalau aku tidak sungguh-sungguh dalam berlatih, bagaimana aku bisa melindungi Ibu dan Kakak?" sahut LeoSang Ibu h
Di pagi hari yang masih hangat dengan sinar mentari, Leo datang ke sekolah lebih awal dari sebelumnya. Terlihat buku kecil yang ia sebut sebagai jurnalis pribadi itu dibawa untuk menjadi pegangan kesehariannya. Laki-laki yang satu ini memiliki hobby membaca buku, ditangannya selalu terlihat bermacam-macam buku saku setiap harinya. Kehabisan bahan bacaan, karena itulah pagi ini dirinya menyempatkan pergi ke perpustakaan yang berada di lantai tiga salah satu bangunan sekolahnya itu.Leo mengabaikan banyak sorotan mata yang tertuju padanya ketika ia mulai memasuki perpustakaan. Tidak ada yang berani bertanya padanya, yang ada laki-laki ini justru selalu mengabaikan berbagai sapaan orang lain.Alasannya sederhana, Leo hanya sebatas terkenal dengan sifatnya yang dingin gemar mengabaikan orang lain dan wajahnya yang kelewatan tampan --bukan karena otaknya yang jenius dan memiliki kemampuan menganalisa. Dirinya yang ti
Fira membuka pintu ruang utamanya, dilihatnya keponakan tercintanya pulang saat hari mulai menjelang malam. Leo masuk ke rumah dengan tas yang hanya digendong disebelah kanannya. "Tumben kamu pulangnya agak sore banget?" tanya Fira. "Tadi main basket Bi" jawab Leo. "Oh, ya?"Bibi fira tersenyum kala mendengar jawaban Keponakannya itu.Melihat mata bibinya berbinar, Leo keheranan dan bertanya, "Bibi kenapa?" "Nggak."Bibinya duduk disofa kemudian menyambungkan perkataannya. "Bibi gak keberatan jika kamu pulang terlambat karena aktif dalam kegiatan sekolah."Leo hanya diam menanggapi perkataan Bibinya. Kemudian seperti biasanya naik tangga menuju kamarnya. Saat ia sudah melangkahi beberapa anak tangga bibinya berkata lagi, "Lupakan saja tragedi itu, jangan terus mengurung diri. Sesekali kamu harus bergaul diluar sana d
Jam menunjukan waktu pulang sekolah. Leo mulai memarkirkan motor ninja putihnya itu dan langsung melaju keluar gerbang sekolah untuk pulang.Setelah Leo pulang ke rumah, seperti biasanya Leo pasti duduk di kursi kamarnya dan menghadap komputer. Ia mulai mengetik di keybord mengikuti dengan tulisan yang ada dalam jurnalisnya.Drrrttt...Ponsel Leo berbunyi, segera ia meraihnya dan terlihat ada sebuah pesan yang masuk.SMS?Leo agak heran melihat ada pesan SMS yang masuk kedalam ponselnya. Tanpa pikir panjang lagi, dibuka lah pesannya itu.1 Pesan MasukDari : Nomor yang tidak dikenalAssalamualaikumMaaf, pulpen milikmu tertinggal dan sekarang ada padaku.Terimakasih banyak ya :)
Seperti biasa Leo bersekolah keesokan harinya. Melupakan masalah yang kemarin Seolah-olah kejadian di cafe itu tidak terjadi. Hal yang hanya membuat pikirannya melayang-layang jika mengingatnya.Hari itu cuaca sedang bersahabat. Matahari mengeluarkan sinar benderangnya yang mengiringi para siswa siswi SMA Aryabina melakukan aktifitasnya. Termasuk laki-laki yang berjulukan The Cool Prince itu berjalan keluar dari perpustakaan. Ya, sosok Leo tidak bisa terlepas dari sebuah buku ditangannya. Itulah mengapa ia memiliki IQ yang tergolong otak jenius.Leo berjalan turun dari Lapangan basket menuju lapangan bawah yang kala itu terlihat club voli yang tengah mengadakan pelatihan tournament. Leo terlalu fokus pada bacaan yang ada pada bukunya tanpa melihat keadaan di sekelilingnya."Awaaas!"Terdengar seruan seseorang dari arah lapangan, akhirnya Leo menyadari sebuah bola voli me
Hari yang berawan itu mengiringi siswa siswi SMA Aryabina ,Leo dan dua sahabatnya itu terlihat sedang nongkrong di kantin. Perlahan, Leo mulai sering ikut kumpul bersama dua sejoli Reynal dan Aditia. "Rey, hari ini anter gue ke cod yuk!" "Hari ini Dit? Emang lo mau cod apaan?" "Privasi Rey, gue malu nyebutnya juga." "Kayaknya Hari ini gak bisa deh dit, Sepupu gue mau datang hari ini, Jadi gue mau nganter ibu ke stasiun." "Oh, gapapa lah kalo gitu." "Suruh anter sama si Leo aja tuh." "Gak ah, dia mah terlalu sibuk. Liat aja sekarang, sibuk sendiri noh."Sambil melirik ke arah Leo yang sedang asyik mengoperasikan ponselnya sambil mengunakan earphone. "Yaudah, berarti lo sendiri aja ya. Bukannya gue gak mau nihh." "Udah keseringan sendiri gue mah, Alone make me Stronger." "Yelah darah blastera