Share

Bab 101: Boleh?

Penulis: Duvessa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-27 01:12:34

“… Kamu,” suara Isvara pelan, nyaris tertelan udara. “Kamu kenapa kayak gini?”

Alvano menunduk. Bahunya jatuh perlahan, seperti menanggung beban yang terlalu berat di punggungnya.

“Ra, aku nggak bermaksud kayak gitu,” gumam Alvano, suara itu dalam dan parau. “Aku cuma ...”

Isvara menggeleng. Pelan, tapi mantap.

Air mata sang wanita jatuh. Bukan setetes, tapi deras, mengalir begitu saja tanpa bisa dihentikan. Seolah semua yang dia tahan selama ini akhirnya menemukan celah untuk tumpah tanpa malu.

“Kamu boleh marah ... terserah. Aku memang salah. Aku nggak peka,” ucap Isvara, suaranya pecah di antara isaknya. “Tapi jangan sampai kamu berubah jadi orang lain. Jangan sampai aku ... nggak kenal kamu lagi.”

Tangis Isvara pecah. Dia menutupi wajahnya dengan kedua tangan, tapi isak lirihnya masih terdengar jelas.

Alvano berdiri membatu. Matanya berkaca, mulutnya terbuka, tapi tak satu pun kata bisa keluar.

“Ra ...” akhirnya pria itu bersuara. Serak, seperti suara dari seseorang yang tersesat.
Duvessa

Ini kan yang kalian tunggu-tunggu :)

| 8
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
MKA GAMING
ish.. malu ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 101: Boleh?

    “… Kamu,” suara Isvara pelan, nyaris tertelan udara. “Kamu kenapa kayak gini?”Alvano menunduk. Bahunya jatuh perlahan, seperti menanggung beban yang terlalu berat di punggungnya.“Ra, aku nggak bermaksud kayak gitu,” gumam Alvano, suara itu dalam dan parau. “Aku cuma ...”Isvara menggeleng. Pelan, tapi mantap.Air mata sang wanita jatuh. Bukan setetes, tapi deras, mengalir begitu saja tanpa bisa dihentikan. Seolah semua yang dia tahan selama ini akhirnya menemukan celah untuk tumpah tanpa malu.“Kamu boleh marah ... terserah. Aku memang salah. Aku nggak peka,” ucap Isvara, suaranya pecah di antara isaknya. “Tapi jangan sampai kamu berubah jadi orang lain. Jangan sampai aku ... nggak kenal kamu lagi.”Tangis Isvara pecah. Dia menutupi wajahnya dengan kedua tangan, tapi isak lirihnya masih terdengar jelas.Alvano berdiri membatu. Matanya berkaca, mulutnya terbuka, tapi tak satu pun kata bisa keluar.“Ra ...” akhirnya pria itu bersuara. Serak, seperti suara dari seseorang yang tersesat.

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 100: Sisi Lain

    Sekitar tiga puluh menit kemudian, mobil mereka akhirnya berhenti di depan gedung apartemen Renjiro. “Thanks ya, udah repot-repot anterin aku sampai sini,” ucap Renjiro sambil membuka pintu mobil. Suaranya tetap hangat dan ramah, seolah tidak sadar betapa tegangnya suasana di kursi depan.Tanpa menunggu, Isvara ikut turun. Langkahnya ringan, ekspresinya tetap ramah. Alvano tidak menahan, tidak menyuruh kembali. Dia hanya duduk di balik kemudi, menatap ke depan tanpa berkedip.Dari kejauhan, Alvano bisa melihat bagaimana Isvara tertawa kecil mendengar sesuatu yang dikatakan Renjiro. Bukan tawa besar. Namun, cukup untuk membuat dada Alvano mengencang.Dan saat pamit, Renjiro membungkuk dan mengecup sisi pipi kiri dan kanan Isvara. Cipika-cipiki cepat, khas budaya pergaulan modern. Namun, di mata seorang pria yang diam-diam menggenggam status sebagai suami, gestur itu membakar habis sisa sabarnya.Beberapa detik kemudian, Isvara kembali masuk ke mobil. Masih dengan sisa senyum yang nyar

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 99: Batas

    Alvano menarik Isvara hingga mereka menjauh dari Renjiro, berhenti di sisi mobil lain yang terparkir. Cukup jauh agar suara mereka tidak terdengar.Alvano bersandar singkat ke bodi mobil, seolah sedang menimbang kata-kata. Matanya menatap lurus ke depan sebelum akhirnya beralih ke wajah Isvara.“Kamu yakin?” tanya Alvano akhirnya. “Malam udah larut, Ra. Kita capek. Aku juga pengen pulang, istirahat. Dan sekarang kamu mau ngajak dia ikut bareng kita?”Pria itu berbicara tidak dengan nada suara yang tinggi. Namun, ada kejengkelan halus yang mengendap di antara tiap jeda.Isvara menghela napas, mencoba tetap tenang. “Dia cuma numpang sampai apartemennya, Van. Lagian mobilnya mogok.”Alvano mengangkat alis. Matanya masih menatap Isvara, tapi kali ini tidak sehangat tadi saat mereka berjalan keluar konser. “Dia cowok, Ra. Cowok dewasa. Bisa urus dirinya sendiri.”Isvara mengangkat bahu pelan. “Tapi dia temanku. Lagian, dia baru ke Indonesia lagi. Dan kita satu arah. Kasihan aja kalau harus

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 98: Nafkah

    “Gimana? Kamu seneng?” tanya Alvano saat mereka berjalan meninggalkan venue konser. Suaranya cukup jelas untuk mengalahkan riuh sorak-sorai fans di kejauhan.Renjiro sudah pamit beberapa menit lalu. Kalau pria itu bertahan lebih lama, sepertinya Alvano akan kehilangan kendali saat ini.Isvara mengangguk cepat. Matanya masih berbinar, wajahnya belum sepenuhnya lepas dari efek euforia. “Seneng banget! Makasih ya udah nemenin aku, Van.”Langkah Isvara sempat terhenti. Matanya menangkap booth kecil yang masih buka di sudut luar stadion.“Eh—itu masih buka! Beli merchandise dulu yuk!” seru Isvara sambil menunjuk.Alvano mengangkat alis. “Masih semangat, hm?”“Harus!” jawab Isvara penuh semangat. “Aku belum punya gantungan lightstick yang versi hologram itu!”Alvano tersenyum kecil, lalu melangkah ke arah booth bersamanya. “Beli aja. Mau semua juga boleh. Aku bayarin.”Isvara langsung bersorak kecil, hampir melompat kegirangan. “Serius? Ya ampun, makasih banget, Van!”Beberapa menit kemudian

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 97: Zona Bahaya

    Venue konser sudah ramai ketika mereka tiba. Lantai luar stadion dipenuhi ribuan fans dengan dress code tidak tertulis: jaket oversized, sepatu nyaman, dan lightstick menyala yang warnanya berganti-ganti seperti pelangi yang bergerak.Isvara menunduk sedikit, menggandeng tangan Alvano secara natural. Bukan karena romantis, tapi karena kalau tidak, pria itu bisa saja menghilang tertelan lautan fans.Langkah Isvara cepat, penuh antusiasme. “Itu booth merch! Tapi nanti aja deh, ya. Kita langsung masuk dulu.”Alvano mengangguk, membiarkan dirinya diseret masuk ke dunia yang sama sekali baru baginya. Matanya menelusuri ekspresi para fans: semangat, haru, euforia. Juga banner raksasa di sisi gedung dengan wajah grup idol yang bahkan namanya saja belum dia hafal betul.“Jadi segitunya, ya?” gumam Alvano pelan.Isvara melirik cepat. “Apa?”“Dunia kamu,” sahut Alvano tanpa berpaling. “Kayaknya selama ini aku cuma lihat bagian permukaannya aja.”Isvara diam sesaat. Kalimat itu sederhana, tapi ad

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 96: Gugup

    Dengan iseng, Alvano mengambil paksa ponsel dari tangan Isvara.“Van! Itu—eh, itu ponsel aku!” seru Isvara spontan, refleks menoleh dan berusaha merebutnya kembali. Namun, Alvano malah memutar ponsel itu, menatap sekilas ke arah layar.“Ngapain sih kamu nonton beginian terus?” tanya Alvano santai. “Nggak bosen?”“Nggak lah,” sahut Isvara cepat. “Mana mungkin aku bosen lihat cowok ganteng?”Alvano mengangkat alis, pura-pura kecewa. “Oh gitu? Jadi ... aku kalah ya sekarang?”Isvara menyeringai, lalu berhasil merebut kembali ponselnya. “Tenang, kamu masih juara satu di dunia nyata.”Alvano mendengus pelan. “Terserah. Tapi kalau kamu sampai nyium layar, aku anggap itu selingkuh.”Isvara tertawa kecil. Namun, tawanya perlahan mereda. Dia duduk lebih tegak, lalu menatap layar yang mulai meredup. Ekspresinya berubah, tidak lagi bercanda.“Oh iya,” kata Isvara pelan. “Kamu jangan bercanda soal ... itu, ya.”Alvano memiringkan kepala. “Soal apa?”Isvara menahan napas. “Yang kamu bilang tadi ...

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status