Share

Bab 89: Menangis

Author: Duvessa
last update Last Updated: 2025-06-21 13:59:40
Kali ini, tangis itu benar-benar pecah.

Bukan tangis histeris. Tidak ada isak keras atau suara pecah yang menggema. Namun, Alvano tahu. Dari suara Isvara yang tiba-tiba bergetar, dari punggung Isvara yang berguncang pelan di bangku belakang.

Isvara sedang menangis. Dan itu bukan sekadar efek alkohol. Itu luka.

Alvano tidak menoleh. Namun, genggaman di setirnya semakin erat.

Isvara mungkin sedang meracau. Namun bagi Alvano, setiap kata yang keluar dari bibir wanita itu barusan seperti belati. Dia tahu, semua itu bukan sesuatu yang diucapkan begitu saja karena pengaruh minuman. Semua itu sudah ada sejak lama. Dipendam. Ditekan. Disenyapkan dalam ruang kecil bernama ‘mengalah’.

Dan malam ini, ruang itu jebol.

Alvano memejamkan mata sejenak saat lampu merah. Rahangnya mengeras. Dia ingin menjawab. Dia ingin bilang maaf. Namun, tidak ada kata yang cukup.

Karena malam ini, pria itu benar-benar merasa kalah. Kalah oleh wanita yang seharusnya dia lindungi, tapi justru dia biarkan berdiri sen
Duvessa

Nah loh Isvara mau ngapain itu??

| 7
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 97: Zona Bahaya

    Venue konser sudah ramai ketika mereka tiba. Lantai luar stadion dipenuhi ribuan fans dengan dress code tidak tertulis: jaket oversized, sepatu nyaman, dan lightstick menyala yang warnanya berganti-ganti seperti pelangi yang bergerak.Isvara menunduk sedikit, menggandeng tangan Alvano secara natural. Bukan karena romantis, tapi karena kalau tidak, pria itu bisa saja menghilang tertelan lautan fans.Langkah Isvara cepat, penuh antusiasme. “Itu booth merch! Tapi nanti aja deh, ya. Kita langsung masuk dulu.”Alvano mengangguk, membiarkan dirinya diseret masuk ke dunia yang sama sekali baru baginya. Matanya menelusuri ekspresi para fans: semangat, haru, euforia. Juga banner raksasa di sisi gedung dengan wajah grup idol yang bahkan namanya saja belum dia hafal betul.“Jadi segitunya, ya?” gumam Alvano pelan.Isvara melirik cepat. “Apa?”“Dunia kamu,” sahut Alvano tanpa berpaling. “Kayaknya selama ini aku cuma lihat bagian permukaannya aja.”Isvara diam sesaat. Kalimat itu sederhana, tapi ad

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 96: Gugup

    Dengan iseng, Alvano mengambil paksa ponsel dari tangan Isvara.“Van! Itu—eh, itu ponsel aku!” seru Isvara spontan, refleks menoleh dan berusaha merebutnya kembali. Namun, Alvano malah memutar ponsel itu, menatap sekilas ke arah layar.“Ngapain sih kamu nonton beginian terus?” tanya Alvano santai. “Nggak bosen?”“Nggak lah,” sahut Isvara cepat. “Mana mungkin aku bosen lihat cowok ganteng?”Alvano mengangkat alis, pura-pura kecewa. “Oh gitu? Jadi ... aku kalah ya sekarang?”Isvara menyeringai, lalu berhasil merebut kembali ponselnya. “Tenang, kamu masih juara satu di dunia nyata.”Alvano mendengus pelan. “Terserah. Tapi kalau kamu sampai nyium layar, aku anggap itu selingkuh.”Isvara tertawa kecil. Namun, tawanya perlahan mereda. Dia duduk lebih tegak, lalu menatap layar yang mulai meredup. Ekspresinya berubah, tidak lagi bercanda.“Oh iya,” kata Isvara pelan. “Kamu jangan bercanda soal ... itu, ya.”Alvano memiringkan kepala. “Soal apa?”Isvara menahan napas. “Yang kamu bilang tadi ...

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 95: Kebiasaan

    Ini bukan mimpi, ‘kan?Tatapan Isvara beralih ke Alvano. Dan seperti cermin, pria itu pun menatapnya balik, sama terkejutnya.Mereka saling pandang.Sekilas. Sunyi.“Siapa yang hamil sih, Kak?” Kini Alvano yang angkat suara, terdengar bingung.“Loh, tadi Mbak Wati telepon Mama. Katanya pagi-pagi Isvara mual, muntah, terus tiba-tiba baking segala macam. Kayak lagi ngidam, gitu. Makanya aku langsung ke sini,” jawab Adisti sambil menyeruput teh dari gelasnya. Ekspresinya terlalu polos untuk tuduhan segila itu.Oke. Jadi pelakunya Wati.‘Astaga, Mbak Wati!’ jerit Isvara dalam hati.“Nggak kok, Kak,” kata Isvara cepat, gelagapan. “Aku nggak hamil. Tadi pagi cuma ... masuk angin aja.” Jelas Isvara tidak mungkin bilang muntah karena habis mabuk semalam.“Ohhh ...” Adisti mengangguk, lalu menatap cheesecake-nya lagi. “Kirain beneran kamu hamil. Padahal aku udah senang banget.”Alvano menyandarkan punggungnya, lalu menatap kakaknya. “Kenapa sih kayaknya pengen banget aku punya anak?”“Ya jelas,

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 94: Jawab Apa?

    Deg.Isvara mencelos. Sial. Wanita baru sadar, dia tidak keluar dari kamar Alvano.Sebentar. Isvara harus jawab apa? Mau beralasan apa?“Kak, bentar ya. Kueku gosong!” seru Isvara cepat, mencoba menyelamatkan diri sambil berlari kecil ke dapur.Namun, Adisti terlalu cepat.“Udah, nggak usah mikirin kue,” ucap Adisti sambil melirik ke arah dapur. “Biar Mbak Wati yang beresin. Nggak apa-apa ‘kan, Mbak?”“Iya, Non,” sahut Wati sambil mengibaskan kain lap ke arah oven terbuka. Bau gosong sudah menyebar ke seluruh ruangan.Isvara menunduk malu, aroma cheesecake gosong menyeruak seolah ikut mempermalukannya.Adisti berdiri dari sofa, mengambil kunci mobil dan tasnya, lalu menatap Isvara dengan tatapan penuh makna. Oke, tatapan itu terlalu sulit untuk Isvara baca.“Udah, kamu ganti baju dulu sana. Aku tunggu di mobil.”“Loh, mau ke mana, Kak?” tanya Isvara, masih bingung. Kuenya baru gosong, sekarang sudah diajak keluar rumah?“Kita beli aja cheesecake-nya. Nggak usah repot-repot bikin. Aku t

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 93: Kue

    “Gila!”Isvara rasanya ingin menampar pipinya sendiri saat melihat layar monitor CCTV di ruangan kontrol kecil di belakang dapur.Dia menatap layar, terpaku. Ini bukan adegan sinetron. Bukan juga potongan drama Korea yang biasa dia tonton sambil makan mie instan di kamar.Ini ... dirinya sendiri.Yang merengek di pintu, minta dibukakan sepatu.Yang menunjuk ke sofa, lalu jatuh, dan menindih suaminya.Yang mencium pipi Alvano, lalu …Ya Tuhan. Lalu bibir pria itu. Dan bukan sekadar ciuman.Ciuman panas. Penuh hasrat.Yang bahkan saat menontonnya sekarang, membuat wajah Isvara memanas, jari-jarinya mencengkeram ujung kaos rumah yang dia kenakan.Isvara buru-buru menunduk, wajahnya nyaris meleleh karena malu. Kedua telinganya panas. Ujung hidungnya merah.Untung saja Isvara menonton ini sendirian. Kalau Wati atau siapa pun sempat ikut menonton ... dia tidak tahu harus taruh muka di mana.Oke. Oke. Isvara memang istri sah dari pria itu. Namun, melihat video tadi rasanya … seperti nonton vi

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 92: Posesif

    “Alvano!”Pukulan pelan mendarat di lengan pria itu. Tidak menyakitkan. Namun, cukup untuk menunjukkan rasa malu dan protes dari Isvara yang pipinya sekarang sudah semerah saus sambal.“Santai. Bercanda.” Alvano lalu mendekat sedikit, tangannya terulur, membetulkan helaian rambut yang jatuh di wajah Isvara. “Tapi serius, semalam kamu ... bikin aku setengah gila.”Dan Isvara hanya bisa diam, otaknya masih menyusun potongan-potongan yang hilang dari malam sebelumnya. Yang dia ingat hanya satu gelas ... lalu gelap. Samar-samar ada bayangan dia dipapah keluar, tapi sisanya? Kosong.Apa iya Isvara selemah itu?“Oh iya, satu lagi.” Alvano memutar tubuhnya, menatap Isvara dari samping.“Aku nggak akan pernah ngizinin kamu buat minum alkohol lagi.” Kalimat itu terdengar seperti peringatan. Tegas. Penuh penekanan.“Please, Ra. Itu bukan cuma bikin kamu nggak sadar ... tapi juga bikin aku hampir kehilangan kendali.” Nada suara pria itu menurun di akhir kalimat, seolah dia sedang berbicara dengan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status