Share

Chapter 7

Author: Hana Makaira
last update Last Updated: 2023-01-17 22:27:11

PART : 7

Kukenakan kimono dengan tergesa, kemudian melangkah ke luar kamar. "Maaf, Mas, aku nggak bisa!"

"Tapi, kenapa!"

Aku ke luar dan menutup pintu, tanpa mempedulikan kebingungannya.

Zahwa yang tengah membaca buku sambil mendengarkan musik, tersentak karena kehadiranku.

"Mama," Gadis yang mulai beranjak remaja itu membuka earphone di telingannya.

"Maaf, Sayang, mama ganggu ya?"

Ia tertawa. Terlihat barisan gigi-giginya berderet rapi. "Apaan sih, Ma. Mana mungkin aku merasa terganggu."

Perlahan aku naik ke atas ranjang. Zahwa mirip sekali denganku dulu. Lebih suka berdiam di kamar, membaca buku sambil mendengarkan musik. Penampilan tomboynya juga sepertinya menurun dariku. 

Zahwa juga tidak seperti gadis remaja kebanyakan. Yang menghabiskan waktu dengan nongkrong di mall atau kafe. Menghabiskan uang untuk shopping. Padahal kalau dia mau, bisa saja. Toh, secara finansial, Zahwa terlahir dari keluarga mampu.

"Mama …."

Lamunanku buyar. "Ya, Sayang."

"Mama beda banget sekarang. Jauh lebih cantik dan langsing. Mama fitness di tempat Bude Rossa ya?"

"Hu'um."

"Pantesan. Bude Rossa bisa langsing dengan cepat fitness di sana. Mama juga. Aku seneng lihat Mama seperti ini," Gadis berambut sebahu itu memelukku erat.

"Emang biasanya kamu nggak seneng liat mama? Malu ya punya mama gendut."

"Ya, seneng sih. Namanya juga mamanya aku. Tapi, kalau lihat mama yang sekarang, aku makin seneng. Beneran, Mama itu cantik banget."

Aku tergelak mendengar ucapan putri semata sayangku itu. "Ah, kamu bisa aja."

Tiba-tiba, aku baru menyadari tidak membawa ponsel ke kamar Zahwa. Ada beberapa hal penting yang harus kuurus.

"Mama ambil hp sebentar ya. Entar kita ngobrol lagi, oke?"

"Oke, Ma."

Jarak antara kamarku dan Zahwa tidak begitu jauh. Sama-sama di lantai dua. Hanya saja Zahwa memilih kamar di sudut, yang menghadap ke arah kolam renang.

Kupelankan langkahku ketika mendengar Mas Firman seperti sedang berbicara dengan seseorang.

"Aku lelah, Lina. Lagipula ini sudah malam. Nanti Jane bisa curiga."

Perlahan aku melangkah kemudian menempelkan telinga di permukaan daun pintu.

"Astaga, harus bagaimana aku mengatakan pada istriku? Dia ada rumah dan belum tidur. Kalau dia curiga bagaimana?"

Yang benar saja, malam-malam begini, perempuan itu memaksa untuk bertemu? 

"Kamu selalu mengancam kalau keinginanmu tidak terpenuhi. Ya udah, tunggu, aku ke sana sekarang."

Aku harus membuntuti Mas Firman. Kesempatan baik untuk memergoki mereka. Cukup sudah kesabaran untuk menghadapi kebohongan Mas Firman. 

Krieeet. Suara pintu terdengar membuka. Cepat aku bersembunyi di balik meja buffet yang terletak di depan kamar.

Begitu terburu-burunya dia, sampai tak melihat aku berjongkok di sisi meja buffet itu.

Mas Firman tergesa menuruni tangga. Aku pun tak mau kalah. Setengah berlari, aku mengambil ponsel dan dompetku di kamar. Lalu menyambar kunci mobil di nakas.

Sudah tidak sempat untuk berganti pakaian. Akhirnya aku memutuskan tetap mengenakan lingerie tadi. Beruntung, kimononya cukup tebal dan panjang hingga di atas mata kaki.

Mas Firman mengemudikan mobil dengan kecepatan cukup tinggi. Wanita itu terlihat sangat berharga sekali di mata Mas Firman. Sampai ia rela meninggalkan istrinya malam-malam begini, demi selingkuhannya.

Aku berusaha mengimbangi laju kecepatan mobil Mas Firman. Sedikit menjaga jarak, agar baji*gan itu tidak curiga ada seseorang yang tengah menguntit dirinya.

Kucoba menghubungi ponsel Bang Yudha. Hingga nada sambung terakhir, tak juga diangkat. Pukul 00.35 dini hari. Jangan-jangan Bang Yudha sudah tidur. 

Tak menyerah, kucoba menelpon sekali lagi. Diangkat!

"Halo, Jane, ada apa sih, kamu menelepon malam-malam begini?" Suara serak Bang Yudha terdengar. 

"Bang, tolong aku!"

"Kamu kenapa, Jane?" Tersirat nada terkejut dan khawatir di suaranya.

"Aku sedang membuntuti Mas Firman. Tadi aku dengar, dia menelepon gundiknya. Kayaknya perempuan itu memaksa untuk bertemu. Pasti dia akan menemui perempuan itu, Bang."

"Kamu ini nekat banget sih, Dik. Ya udah, kamu di mana sekarang. Abang segera ke sana."

"Ya, nanti aku share loc kalau udah sampai."

Telepon berakhir. Kucampakkan ponsel ke jok samping. Mobil Mas Firman tampak belok ke arah sebuah perumahan. 

"Selamat malam, Bu. Mau ke mana?" Langkahku dicegat petugas keamanan di pos jaga pintu masuk.

"Eng, saya temannya Pak Firman yang naik pajero hitam tadi, Pak. Kami mau ke rumah Ibu Lina," jawabku asal. Semoga saja tidak salah. 

Mataku terus mengawasi arah mobil Mas Firman.

"Oh, Ibu Lina istrinya Pak Firman tadi ya."

Istri?

"Ya, benar, Pak. Saya belum pernah ke rumah Bu Lina. Jadi, Pak Firman yang menuntun jalannya."

"Oh, begitu. Baiklah, Bu, silahkan."

"Terima kasih, Pak."

Aku buru-buru menekan pedal gas begitu portal di angkat. Karena mobil suamiku itu sudah menghilang di tikungan depan.

Kupelankan laju mobil, begitu melihat pajero hitam itu berhenti di depan sebuah rumah minimalis. Tampak Mas Firman melangkah tergesa masuk ke dalam rumah itu.

Segera kuraih gawai di jok sebelahku. Mengirimkan peta lokasi ke nomor w******p Bang Yudha.

[Oke, abang segera ke sana. Kamu jangan masuk dulu. Tunggu abang datang. Kebetulan banget, Revan baru sampai naik pesawat terakhir tadi.]

[Bang Revan? Kok bisa?]

[Katanya besok dia ada meeting penting dadakan. Sekalian aja dia abang ajak buat menggerebek Firman.]

Aku tersenyum miring. Tamatlah sudah riwayatmu kali ini, Mas!

[Oke, Bang. Aku tunggu!]

***

Apa cuma Mak Othor yang deg-degan yaa🙄

Yang punya gem, jangan lupa bagi gemnya

  yaa🤭

Kamsamida sudah mau mampir. Saranghae💜😘

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   38 - Jane Diculik

    Berbagai cara kuupayakan untuk tetap bisa bercerai dari Mas Firman, kendati ia terus menolak. Sudah tidak ada yang bisa diselamatkan lagi. Bagiku, tidak ada penghianatan yang berhak untuk dimaafkan."Bukti-bukti semua sudah lengkap kan, Bu Jane?" tanya pengacara yang biasa menangani permasalahan di keluargaku."Sudah, Pak.""Baik lah, kita bersiap untuk sidang lanjutan perceraian Ibu.""Jane!" Aku pura-pura menatap kertas mendengar suara yang memanggilku. Itu suara Mas Firman."Jane!" panggilnya lagi dengan suara sedikit lebih tinggi.Steve menyikut lenganku. Ia memberi isyarat dengan matanya.Kuhela napas berat. Malas rasanya menanggapi lelaki satu ini."Apa lagi, Mas?""Aku … Aku mohon, Jane, urungkan perceraian kita," Ia menangkupkan tangan di depan dada."Keputusanku sudah bulat. Kamu dan aku sudah tidak bisa bersama. Seharusnya kamu sadar itu, Mas.""Tapi-- ""Sudah cukup! Aku tidak mau dengar apa-apa lagi darimu!""Ayo, Jane, giliran sidangmu," ujar pengacara berkulit putih itu

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   37 - Aku Nggak Mau Cerai, Jane!

    "Aku pergi dulu ya, Pa," pamitku sembari mencium dahi dan pipinya, berakhir dengan memeluk tubuh yang dulunya tegap, kini semakin kurus."Ya, Nak. Kamu hati-hati ya di jalan. Kalau sudah sampai, jangan lupa kabarin papa.""Baik, Pa. Aku pergi,ya, assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam."Entah kenapa, ada yang berbeda kali ini. Seperti berat untuk melepaskan Papa sendiri, kendati ada Suster Lia yang sudah terbiasa menangani Papa dan juga ada Zahwa yang tidak bisa meninggalkan sekolahnya. Aku berangkat menuju bandara, menggunakan taksi yang juga bisa dipesan melalui aplikasi online, sama seperti di Jakarta.Di dalam taksi, pandanganku melayang ke luar jendela. Kenapa dengan perasaanku ya? Berkecamuk tak menentu. Jika bukan karena hari ini sidang pertama perceraianku dengan Mas Firman, tentu tidak mungkin aku meninggalkan lelaki yang paling kusayang itu, untuk ke sekian kalinya.Sesampai di bandara, aku segera check in, dan mengurus barang untuk disimpan di bagasi pesawat. Setelah itu, se

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   36 - Terbongkar Kebusukan Firman

    Aku segera merampas kertas di tangan Papa. Membaca isi kertas itu dan dugaanku benar. Pria licik ini membujuk Papa untuk menandatangani surat pengalihan kepemilikan perusahaan, menjadi atas namanya. Kertas itu kusobekkan menjadi serpihan-serpihan kecil yang bertebaran di lantai dan kucampakkan ke atas."Apa-apaan kamu, Jane?" tanya Papa bingung. Matanya menatap kertas yang sudah berubah menjadi serpihan-serpihan kecil yang jatuh ke lantai seperti hujan."Papa jangan mau ditipu sama orang ini. Dia ini jahat, Pa. Dia penipu!" Kudorong bahu Mas Firman hingga terjengkang ke belakang."Penipu? Jahat? Apa sih maksud kamu?""Sebenarnya kami sedang dalam proses cerai, Pa. Dia sudah selingkuh dengan sekretarisnya di belakangku dan dia juga menggelapkan sebagian uang perusahaan."Papa menatapku lalu berpindah ke Mas Firman yang tertunduk lesu di pinggir ranjang."Benar begitu, Firman?" Mas Firman menggeleng cepat. "Nggak, Pa. Itu semua bohong! Aku nggak sejahat itu.""Halah, sudahlah, Mas! Ng

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   35 - Akhir Sandiwara

    KUBALAS PENGHIANATANMU, MAS!💜💜"Jadi, nggak usah macam-macam, Jane. Hidup papa kamu ada di tanganku sekarang," tukasnya pongah. "Jangan sombong kamu jadi orang, selagi hidupmu pun bergantung padaku dan keluargaku, Mas. Budayakan punya malu dikit, dong," Kudorong tubuhnya hingga mundur selangkah.Dengan kesal, aku masuk ke kamar dan membanting pintu. Kuhempaskan tubuh ke atas ranjang dengan hati yang membatu marah. Tak kuduga, Mas Firman menyusulku masuk ke dalam kamar yang lupa untuk dikunci. Aku terperangah melihat pria itu berdiri dengan senyum yang entah."Ngapain kamu ke sini, Mas?""Memangnya kenapa? Kamu masih sah istriku. Itu artinya, aku masih berhak penuh atas dirimu," tukasnya penuh percaya diri.Aku mendengus sinis. "Pede banget jadi orang. Kamu dan aku itu sudah selesai, Mas. Hanya tinggal menunggu ketuk palu aja. Kalau bukan karena Papa, aku sudah nggak mau berurusan denganmu lagi."Mas Firman diam. Ia berjalan pelan ke arah ranjang tanpa sepatah kata."Kamu mau apa,

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   34 - Sandiwara Di depan Papa

    KUBALAS PENGHIANATANMU, MAS!"Omong kosong! Telepon dia sekarang, biar Papa yang ngomong!""Tapi, Pa-- ""Telepon Firman, Jane! Se-ka-rang!"Mau tidak mau kubuka daftar kontak di aplikasi whatsapp, menekan tombol panggil. Terdengar suara nada sambung dari panggilan video tersebut."Halo, assalamualaikum, Jane.""Wa'alaikumsalam, Mas. Kamu lagi apa? Aku kangen," ujarku."Ka-kangen?" Pasti Mas Firman kebingungan dengan ucapanku barusan.Aku melirik ke arah Papa. Ia tengah menatap dengan mata sendunya. Semoga aja Mas Firman bisa mengerti dengan maksudku barusan."Iya, Mas. Aku kangen. Oh ya, ini Papa mau ngomong sama kamu," Kualihkan panggilan video itu ke Papa."Halo, Firman, assalamualaikum," sapa Papa dengan suara serak dan pelan."Halo, Pa. Wa'alaikumsalam. Papa gimana keadaannya, udah sehat?"Papa terbatuk kecil. "Ya, seperti yang kamu lihat. Masih sering ngedrop. Kamu kok nggak ikut ke mari bareng Jane dan Zahwa?"Aku memejamkan mata seraya meneguk ludah. Semoga saja Mas Firman tid

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   33 - Dilema Buah Simalakama

    KUBALAS PENGHIANATANMU, MAS! "Kalau begitu, suruh Firman besok datang ke mari. Papa kangen sama dia." "Tapi, Pa-- " "Nggak ada tapi-tapian! Suruh Firman datang ke sini besok, titik!" Aku dan Zahwa kembali saling pandang. Papa merupakan sosok yang tegas dan sulit untuk dibantah perintahnya. Tapi, bagaimana mungkin aku membawa Mas Firman ke sini. "Eyang, aku mau ke kamar dulu ya. Gerah, pengen mandi. Sekalian beresin barang-barang," pamit Zahwa. Papa mengangguk. Sebelum ke luar, Zahwa mendaratkan sebuah kecupan hangat di dahi kakeknya. "Eyang, cepat sembuh ya. Aku kangen jalan-jalan lagi sama Eyang." "Doain eyang ya, Nak." Zahwa mengangguk tersenyum, lalu beranjak ke luar. "Papa udah makan?" "Udah tadi sama suster." Kuraih tangannya dalam dekapan. Kemudian mencium punggung tangan itu. Lagi-lagi ada sesuatu yang berdenyut di dada. "Kamu pasti lagi ada masalah 'kan, Jane?" tebak Papa tepat. Aku menggeleng. "Nggak ada, Pa. Aku cuma kangen Papa. Aku terlalu sibuk dengan uru

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status