Share

Mulai dekat

Setelah kejadian hari itu, Mia semakin dekat dengan Gilang. Pria itu tak lagi menghindar dan bersikap baik padanya. Gilang memang bukan pria brengsek yang meninggalkan wanita setelah apa yang mereka lakukan, dia punya rasa tanggung jawab dengan apa yang sudah ia perbuat.

"Kamu jadian sama, Mia?" tegur Robi.

"Gue ... ya, begitulah." Gilang tak menampik kedekatannya dengan Mia.

"Gue ikut senang, akhirnya lo laku juga." Robi tertawa.

"Sial*n lo!" Gilang meninju lengan Robi.

Sebenarnya Gilang sama sekali tidak ingat kejadian malam itu, dia hanya takut akan timbul masalah di kemudian hari gara-gara malam itu.

Kedekatan Gilang dengan Mia membuat para mahasiswi patah hati. Pemuda itu tak lagi sendiri, di mana ada Gilang di sana pasti ada Mia.

Wanita mana yang tidak silau dengan kekayaan, Gilang adalah tiket menuju ke sana. Tentu saja Mia tak melepaskan pria itu begitu saja.

"Gilang, nanti malam kamu mau ke klub?" tanya Mia sebelum pulang.

"Mmm ... belum tahu," sahut Gilang, dia tak mau wanita itu datang ke klub seperti kemarin.

"Aku ikut ya, bosan di rumah," rengek wanita itu.

"Aku belum tahu," elak Gilang sambil berlalu.

Kalau Mia nanti malam ikut semua bisa kacau, harusnya dia bisa mabok dengan tenang tanpa dia. Namun bukan Mia namanya kalau dia mudah menyerah.

Saat malam tiba wanita itu menyelinap keluar dari rumah, ia menghubungi Robi menanyakan keberadaannya, kemudian dia pergi ke klub untuk menemuinya.

Dentuman musik mengalun kencang membelah malam, para penikmat malam larut dalam hingar-bingar dunia malam. Ada yang bersama pasangan, ada juga yang mencari pasangan sekedar kencan semalam.

Mia turun dari taksi kemudian melenggang masuk klub, dia mencari Robi yang katanya sedang berada di tempat itu. Mata wanita itu akhirnya menangkap sosok pria yang sedang dicari.

"Rob!" Mia menepuk pundak Robi.

"Hai!" Robi tersenyum, dia asyik bergoyang mengikuti irama musik.

"Mana Gilang?" Mia tak melihat Gilang bersama Robi.

"Dia nggak jadi datang," sahut Robi santai sambil menenggak minumannya.

"Kok, kamu nggak bilang sih!" gerutu Mia kecewa.

"Kamu tadi nanya aku di mana, bukan nanyain Gilang." Robi malah asyik dengan alunan musik.

Mia sangat kecewa, ternyata Robi tidak bersama Gilang. Pria itu memesan segelas long island untuk Mia.

"Ayo minum, jangan manyun aja!" seru Robi.

"Nanti aku mabok," tolak Mia saat tahu minuman yang datang beralkohol.

"Ini manis, coba dulu!" Robi menyodorkan ke bibir Mia.

Mia mencoba dengan meminum sedikit, rasanya pahit, manis dan terasa panas di tenggorokan.

"Enak 'kan?" Robi tertawa melihat Mia mau mencoba minuman itu.

Tubuh Mia mulai terasa hangat, kepalanya mulai ringan, suara musik yang memekakkan telinga kini terasa enak didengar.

"Ini permen." Robi meminta Mia membuka mulutnya.

"Permen apa ini kok pahit?" Mia meminum minumannya menetralkan rasa pahit di mulutnya.

"Itu karena minuman ini, makanya permennya jadi terasa pahit."

Robi mengajak Mia menari ke hall, semakin malam wanita itu merasa tubuhnya begitu ringan. Entah kenapa malam ini ia merasa sangat bahagia.

"Gimana, asyik 'kan?"

"Asyik banget Rob!" pekik wanita itu senang.

Robi membawa Mia ke sudut gelap, berdansa sambil berpelukan. Tubuh Mia semakin panas, rasa aneh geli berbaur menjadi satu, dia ingin dipeluk dan dicumbu. Robi tersenyum melihat Mia belingsatan menahan napsu.

"Pulang yuk!" ajak Robi.

Wanita itu berjalan mengikuti Robi, saat mereka keluar dari pintu klub, Gilang masuk ke tempat itu, dia terkejut melihat Robi sedang bersama dengan Mia.

"Kalian di sini?" tegur Gilang.

"Gilang, kamu dari mana sih? Aku nungguin kamu dari tadi," rengek Mia langsung bergayut manja pada Gilang.

"Kamu mabok?" Gilang mencium aroma alkohol dari mulut Mia.

"Sedikit," jawab Mia sambil tertawa.

"Minum apa dia, Rob?" Gilang menatap teman prianya.

"Long island seperempat aja udah kayak gitu, makanya mau kuantar pulang, ya udah kalau gitu gua cabut ya bye ...." Robi meninggalkan Mia bersama Gilang.

"Eh ... Rob!" panggil Gilang bingung, akan tetapi Robi terus berlalu.

Gilang kesal pada Robi, sudah bikin Mia mabok, malah ditinggalin sekarang dia yang ketiban sial ngurusin wanita ini.

"Aku antar pulang," ujar Gilang memacu mobilnya ke rumah Mia.

Tiba di depan rumah, Mia malah menolak turun dari mobil. Wanita itu ingin melakukan hal lain bersama Gilang.

"Aku nggak mau pulang, kita ke hotel aja yuk!" ajak Mia tanpa rasa malu.

"Duh Mia, gue mau happy malah ngurusin elu, kampr*t!" umpat Gilang kesal.

"Please!" Mia memohon.

"Gue antar ke hotel, ya," ucap Gilang.

Mereka pergi ke sebuah hotel lalu memesan kamar, rencananya Gilang hanya mengantar Mia setelah itu ia akan pergi dari sana.

Setelah memesan kamar, Gilang mengantar Mia ke kamar, wanita itu memeluk lehernya dengan erat.

"Mia lepasin, aku mau pulang!" Gilang mencoba melepaskan pelukan tangan Mia.

"Sini aja," rengek Mia manja.

Mia sudah terpengaruh obat yang diberikan oleh Robi, pria itu bukan memberinya permen tapi obat perangsang. Obat itu membuat sensasi melayang dan menambah birahi.

"Aku mau kamu, Gilang," bisik Mia menciumi leher Gilang.

"Mia, apaan sih kamu!" Gilang mencoba menghindar.

"Aku nggak tahan lagi, Gilang!" Wanita itu melucuti pakaiannya sendiri.

Gilang yang memang belum pernah melakukan hal sejauh itu jantungnya langsung berdebar tak karuan, kemarin dia melakukan karena sedang mabok, apa seperti ini juga kelakuannya malam itu.

"Mia, sadar dong!" seru Gilang menepuk pipi Mia agar sadar.

"Aku sadar!" bentak Mia.

Kali ini dia berusaha membuka baju Gilang, pria itu mencoba menepis tangan Mia yang mulai menyentuh tubuhnya.

"Please ...."  Mia meminta Gilang diam dan membiarkan dia bekerja.

"Mia ...."

Gilang mendorong tubuh Mia, setelah berhasil lepas dari cengkramannya dia bergegas keluar meninggalkan wanita itu lalu pulang ke rumah. Gagal sudah acara dugemnya malam ini.

Wanita itu merebahkan tubuhnya yang hampir telanjang dengan perasaan kesal, marah. Rasa yang menggelora campur aduk menjadi satu. Dia kembali memakai pakaiannya, kemudian keluar dari hotel lalu memesan taksi. Saat itu dia hanya ingin mengejar Gilang.

Sampai di rumah Gilang uring-uringan, sudah dua kali Mia mengacaukan malamnya. Dulu hidupnya begitu tenang sebelum wanita itu masuk ke dalam dunianya. Sekarang mau bersenang-senang saja susah.

"Si*l!" umpat Gilang emosi.

Dia melempar kemejanya sembarangan, lalu menghempaskan tubuhnya di ranjang. Mencoba memejamkan mata melupakan kesialan yang telah ia lalui malam ini.

Bel pintu berbunyi berkali-kali, Gilang yang sudah terlelap tak mendengar suara bel di rumahnya. Dirga, papanya Gilang terbangun lalu bergegas memeriksa keluar.

"Siapa malam-malam begini bertamu?" gerutu pria itu.

"Mbak, Mas Gilangnya sudah tidur, besok aja ketemunya," bujuk satpam penjaga rumah.

"Aku mau ketemu Gilang!" Mia terus memencet bel pintu berkali-kali.

Pintu itu terbuka, Dirga membuka pintu dengan raut wajah kesal. Dia heran melihat seorang wanita muda sedang berdebat dengan satpam di depan pintu rumahnya.

"Ada apa ini?" seru Dirga melerai kedua orang di depan pintunya.

"Gilang!" Mia langsung memeluk Dirga yang ia sangka Gilang, wajah mereka memang mirip hanya berbeda usia.

"Kamu siapa?" Dirga berusaha melepaskan pelukan wanita itu.

"Gilang, kamu tega ninggalin aku di hotel ...." rengek Mia.

"Hah, hotel?" Dirga langsung syok, dia tak percaya putranya meninggalkan wanita di hotel dalam kondisi seperti ini.

Mia terus meracau bicara tanpa sadar, Dirga menyuruh satpam membawa wanita itu ke kamar tamu agar tak menimbulkan keributan di luar.

"Kasih dia minum susu!" Dirga memerintahkan pelayan memberi susu agar Mia sadar dari maboknya.

Setelah meminum susu Mia mulai tenang kemudian dia tertidur pulas, Dirga membiarkan wanita itu tidur di ruang tamu di temani pelayan rumahnya.

Pria tua itu memutuskan kembali ke kamar untuk beristirahat, besok pagi dia akan menanyai wanita itu apa yang telah terjadi, dan putranya Gilang harus menjelaskan padanya semua kekacauan ini.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status