Cakra sekarang sedang ada disebuah gedung tua yang gunakan oleh Laskar sebagai basecamp. Di belakangnya terdapat 20 orang, mereka semua adalah anggota Salamender yang terbukti tidak ikut campur dalam pembunuhan Evan.
Ia tersenyum tipis, saat melihat kenalannya sedang mengintainya dari atas gedung. Kenalannya itu memang sangat suka dengan ketinggian. Setelah sekian lama, akhirnya kenalannya itu pun menghilang dari atas gedung.
Langkah Cakra dan anggota Salamender yang lain semakin lama semakin pelan. Mereka memelankan langkah mereka, karena sebentar lagi mereka akan memasuki gudang kosong tersebut.
Saat Cakra masuk ke dalam gudang, ia melihat kalau sudah banyak anggota Laskar sedang melihat ke arahnya.
"Lo nggak akan menang. Mending lo pergi dari sini," ucap Elvano sambil berjalan mendekat ke arah Cakra.
"Kumpulin para Heaven sekarang. Nya
Aksa sedang mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Sekarang sudah jam 19.30, yang berarti 30 menit lagi acara pertunangan Pitaloka akan segera dimulai.Ia baru saja memasuki daerah hutan Pinus. Seharusnya ia berangkat sendiri, tetapi kenapa sekarang di belakangnya banyak motor dan truck yang sepertinya sedang mengikutinya.Ada dua truck yang semakin cepat. Kedua truck itu beriringan dengan motor Aksa. Bak truck tersebut dipenuhi oleh banyak orang yang dari tadi meneriaki namanya."Jangan sok jadi pahlawan. Kita di sini satu komando," ucap Nova.Ada satu motor ninja berwana putih polos mendekati motor Aksa. Pengendara motor tersebut adalah Elvano. Ia mempersempit jarak antara motornya dan motor Aksa, agar saat ia mengucapkan suatu kalimat bisa terdengar oleh Aksa."Hari ini lo yang mimpin kita semua. Jadi, mulai sekarang lo ad
Bagas mendekat ke arah Elvano, Nova, Aksa yang masih sibuk bertarung. Saat semua musuh yang ada di sekeliling mereka pingsan, mereka pun mengadakan sebuah rapat mendadak. Saat mereka berdiskusi, para anggota Heaven yang lain lah bertugas melindungi mereka."Cakra udah bawa Pitaloka, kita bisa mundur sekarang," ucap Putra. Ia mengetahui itu tersebut dari Zilka. Ia sangat beruntung mendapatkan teman seperti Zilka yang selalu bisa ia andalkan disaat-saat genting seperti ini. Walaupun, mereka beda alam."Percuma, sebentar lagi pasukan bantuan akan datang," ucap Henzo. Ia adalah bos mafia Triangle. Orang yang paling ditakuti dipertempuran ini. Dan, di sampingnya ada Gino.Henzo dan Gino turun dalam pertempuran. Mereka sedari tadi selalu mengawasi Elvano, Nova, Aksa, dan Putra. Karena, kelima orang itu terlihat seperti ketua dari geng ini.Gino cuku
Baru saja matahari muncul, tetapi para anggota Heaven sudah memenuhi jalanan. Dengan personil penuh, mereka menuju ke arah hutan Pinus.Sesampainya di hutan Pinus. Mereka langsung memarkirkan motor mereka dengan rapi. Mereka bersama-sama memasuki hutan.Tak lama kemudian, mereka akhirnya sampai di tengah-tengah hutan. Atau, lebih tepatnya tempat di mana terakhir kali berpisah dengan Aksa.Nova mengambil wadah bom asap yang kemarin malam Aksa gunakan untuk menutupi kepergian mereka."Kita berpencar. Satu jam dari sekarang, kita berkumpul lagi di sini," ucap Elvano.Semua anggota Heaven berpencar. Elvano dan anggota Laskar naik ke pucuk pohon. Mereka mencari keberadaan Aksa dari atas.Natch dan Dixie berpencar. Dengan personil segitu banyak, pasti mereka bisa menemukan Aksa, itu pun kalau memang laki-laki itu masih be
Fanny sedang berada di sebuah mini market yang letaknya tak jauh dari perumahannya. Masih jam 09.00, tetapi wanita itu sudah berada di mini market. Entah, untuk sekedar membeli cemilan, atau mengalihkan keriduannya terhadap Aksa.Langkahnya terhenti saat ada seorang laki-laki menghalangi jalannya. Laki-laki itu memakai jaket berwarna hitam, dan di bagian dadanya ada tulisan Natch."Apa lo kakaknya Aksa?" tanya laki-laki itu."Iya, emang kenapa?" tanya Fanny."Gua Putra. Gua ketua geng Natch. Ada hal yang harus Lo ketahui tentang Aksa. Jadi, lo harus ikut gua sekarang," ucap Putra.Ya, benar. Laki-laki itu adalah Putra. Sekarang adalah saatnya yang tepat untuk memberitahu Fanny tentang semuanya.Fanny hanya mengangguk. Setelah membayar belajaannya, ia langsung naik ke dalam mobil Putra. Selama di perjalanan, tidak ad
Mobil sedan berwana putih, memasuki perkarangan rumah Gino. Di dalam mobil tersebut ada Ghibran, yang bertugas menyetir. Dan, ada Pitaloka dan Azkia yang sedang duduk di kursi belakang.Pitaloka masih tetap tinggal di rumah ini, karena tidak ingin merepotkan orang lain. Padahal, setelah membawa Pitaloka menjauh dari hutan Pinus, Cakra sempat menawarkan untuk tinggal di apartemennya untuk sementara waktu. Tetapi, ditolak oleh Pitaloka.Pitaloka dan Azkia pun memasuki rumah. Kali ini mereka hanya berdua, karena Fanny sudah tidak masuk sekolah selama tiga hari. Dan, hari ini mereka berdua berencana untuk menjenguknya, setelah berganti baju.Azkia merasa heran. Karena sejak ia memasuki rumah Pitaloka, ia selalu melihat bekas luka di wajah para pengawal."Pengawal lo habis latih tanding?" tanya Azkia."Mereka diserang sama geng Heaven,"
Pitaloka sedang duduk termenung di dalam kelas. Senyumannya tidak lagi muncul, sejak kejadian ia menangis di depan rumah Aksa. Pikirannya terus-menerus mengingat kejadian saat Aksa memanggilnya dengan sebutan senior. Dan, akhirnya ia sadar kalau ia menyukai sebutan tersebut."Pi, ke kantin yuk. Lo belum sarapan kan," ajak Azkia."Sebentar lagi masuk jam pertama, nanti aja pas istirahat," tolak Pitaloka.Jam menunjukkan pukul 06.50, jadi sebentar lagi akan ada guru mapel yang akan datang. Pitaloka sedang bersedih, jadi dirinya tidak ingin menambahkan kesedihannya hanya kerena mendapatkan sebuah hukuman dari guru."Dia nggak masuk juga hari ini?" tanya Pitaloka."Entah, dari kemarin gua nggak bisa ngehubungin dia," jawab Azkia.Orang yang dimaksud mereka berdua adalah Fanny. Perempuan itu sudah tidak masuk tiga hari t
Pitaloka sudah berada di depan sebuah rumah besar berwarna putih. Sudah lama, ia tidak menginjakkan kaki di rumah ini lagi. Ini adalah rumah milik ibu kandungnya, yaitu Reni.Semenjak Reni dan Gino berpisah, Pitaloka tidak pernah bertemu dengan ibunya lagi. Bahkan, selama ini ia menganggap kalau ibunya itu telah meninggal dunia.Pitaloka berjalan mendekat ke arah bel yang ada di tembok dekat gerbang. Ia memencet bel tersebut, lalu menunggu seseorang dari dalam untuk membukakan gerbangnya.Tak lama kemudian, datanglah seorang laki-laki tua. Kalau dilihat-lihat umur laki-laki sudah sekitaran 50 tahun, atau mungkin lebih."Maaf, cari siapa ya?" tanya laki-laki itu.Pitaloka tersenyum. Ternyata laki-laki itu adalah Satya. Orang yang selalu menjadi pengasuhnya semenjak SD sampai orang tuanya cerai."Mungkin bapak ingat s
Tepat di detik-detik terakhir matahari terbenam, seluruh geng motor langsung memenuhi jalanan menuju ke arah sebuah gudang yang berada di pesisiran kota.Jalanan yang tadinya sepi, sekarang menjadi lautan para anggota motor. Orang-orang yang tadinya berada tengah jalan, langsung menepi. Dan, orang-orang itu melihat bendera Heaven berkibar untuk pertama kalinya setelah vacum terlalu lama.Suara knalpot mereka mendominasi suara keraiman jalanan. Tak ada satu orang pun yang berani menghalangi jalan mereka. Raja jalanan akhirnya bangkit kembali.Setelah sekian lama, akhirnya mereka sampai di gedung tersebut. Sebuah gedung yang di dalamnya sedang ada para anggota mafia Triangle. Mereka pun turun dari motor masing-masing, lalu jalan mendekat ke arah gedung. Kedatangan mereka disambut oleh senyuman sinis para mafia."Kalian tau kan tugas kalian masing-masing," ucap Nova."Jangan remehkan kita," ucap Alka.Kali ini Alka, Cakra dan pasu